Beach, Please!

Jika hari ini sedang banyak "buruh" yang berdemo minta kenaikan gaji yang kurang masuk akal dan segala 'tetek bengeknya', maka saya akan membuat postingan tentang nikmatnya liburan bersama keluarga besar di kantor.

Ini adalah kegiatan rutin tahunan yang kami lakukan. Pada postingan saya sebelumnya, semester awal tahun ini, grup kami melakukan "Great Work Place" di Pangalengan dan mengambil tema utama rafting pada bulan maret. Dan tahun sebelumnya outbound di Lembang. Maka untuk semester kedua tahun ini mengambil tema yang berbeda. Tema baru, tempat baru, suasana baru, dan tentunya semangat baru. Kebetulan pada semester ini saya turut serta menjadi salah satu panitia GWP. Melalui diskusi yang cukup singkat dan angket dari seluruh anggota, maka kami memutuskan utnuk melakukan kegiatan ini di pantai! Yuhuuu, pantai!

Pilihan kami jatuh pada Anyer, setelah mendiskusikan beberapa pilihan dengan beberapa pertimbangan seperti biaya, waktu, dan isi acara. 3 minggu sebelum acara, beberapa panitia termasuk saya melakukan survey ke beberapa cottage yang ada di Anyer. Ehm, jarang-jarang kan pleseiran pas jam kerja.

Akhirnya Anyer Cottage pun menjadi pilihan kami untuk bersenang-senang. Sama seperti kegiatan sebelumnya, tujuan dilaksanakan plesiran seperti ini untuk memompa kembali semangat setelah beberapa waktu hanya berkutat di meja kantor. Kegiatan kali ini diisni dengan berbagai macam permainan agustusan seperti balap kelereng, makan kerupuk, bakiak, tarik tambang, gebuk bantal, dan lainnya. Dan satu bonus adalah permainan banana boat. Pokoknya basah!

[Review] Test Pack

Judul buku : Test Pack
Penulis : Ninit Yunita
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2010
Tebal : 202 hlm

Test Pack adalah sebuah novel yang mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga sepasang suami istri, Rahmat dan Tata. Rahmat yang sering dipanggil Akang oleh Tata adalah seorang psikolog yang menangani kasus rumah tangga. Berusaha mendamaikan pasangan suami istri yang hendak bercerai. Sedangkan Tata adalah pengacara yang justru mengurus kasus perceraian.

Namun, konflik utama dalam novel ini bukan perkara pekerjaan mereka yang saling bertolak belakang. Melainkan masalah anak. Sudah 7 tahun Rahmat dan tata hidup berumah tangga namun masih belum dikaruniai seorang anak. Selama itu mereka berdua selalu rajin untuk mencoba gaya baru dalam berhubungan intim, membaca buku kamasutra. Dan selama 7 tahun itu pula Tata rajin mengamati hasil tes urinnya pada test pack. Dapat dikatakan Tata semakin kecanduan untuk melakukan tes kehamilan menggunakan test pack, hingga dia memiliki koleksi yang cukup banyak.

A Personal Enlightenment

credit
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa teman saya bertanya masalah perubahan yang terjadi pada watak saya. Perubahan sikap bahkan kepribadian yang katanya sudah berbeda dari beberapa waktu lalu, mungkin 2 atau 3 tahun lalu. Saya heran, sebenarnya saya sendiri merasa tidak ada yang berubah terhadap diri saya. Kata teman-teman saya, baik itu teman baik maupun hanya sekedar teman biasa, mereka mengatakan bahwa saya adalah orang yang cerewetnya gak ketulungan, mudah marah dan mudah bahagia, segalanya saya ungkapkan dengan luapan yang dahsyat, dan tentunya orang yang keras kepala dan ambisius. Ya, kalian pasti tahu bahwa saya ini memang seorang yang tercipta dari unsur koleris dan sanguin.

Tapi, sekarang mereka berkata sebaliknya. Mereka berkata saya telah menjadi orang yang introvert dan melankolis. Sudah tak punya gairah, katanya. Jujur saya tertawa saat mereka berkata saya sudah tak punya gairah lagi, karena mereka pun menambahkan bahwa saya sudah tak bisa bersikap sadis. Hmm, mungkin mereka terlalu terpaku pada kepribadian yang saya ciptakan sebagai seorang yang sadis, hehe.

Ngeblog Suka-Suka

Wah, ternyata cukup lama saya tidak membuat postingan untuk blog ini. Memang sih, beberapa minggu ini saya kurang aktif di dunia maya karena memang sedang cukup lumayan kerjaan di kantor. Dan, saya pun sedang menikmati dunia nyata yang tak kalah menyenangkan dengan dunia maya. Dunia maya dan dunia nyata adalah dua dunia yang jelas berbeda tapi senada. Terdapat perbedaan fisik yang tampak jelas dari kedua dunia tersebut, tapi tetap sama-sama memberikan kenikmatan tersendiri. Dalam dunia nyata, saya bisa beinteraksi secara langsung dengan manusia-manusia di luar sana sekaligus dengan segala macam yang ada di sekeliling. Kadang, apa yang saya dapat di dunia maya akan saya bawa dan praktekkan di kehidupan nyata.

Sedang untuk dunia maya khususnya blog telah memberikan satu ruang pada satu sisi pribadi saya yang lain. Bisa jadi apa yang tidak bisa saya lakukan secara nyata, maka akan saya tampilkan dalam dunia maya. Dalam grup wasap warung blogger, saya pernah mengatakan bahwa ngeblog itu suka-suka. Memang benar, bagi saya, ngeblog itu bukan hobi, bukan pula suatu tuntutan yang wajib saya lakukan. Ngeblog itu suka-suka namun bukan asal-asalan. Sampai sekarang saya tetap belajar konsisten untuk memberikan postingan yang positif dan bermanfaat untuk rekan blogger lainnya. Postingan yang bisa diterima dengan baik. Postingan yang saya suka dan nantinya akan disukai oleh pembaca. Itulah ngeblog suka-suka ala saya.

Sedikit nostalgia. Kali pertama saya ngeblog adalah tahun 2008, dikenalkan oleh teman kuliah. Niat awal adalah ingin mengisi blog dengan berbagai macam modul kuliah karena saya berpikir akan sangat bermanfaat untuk mahasiswa lainnya. Eh, ternyata saya tidak bisa konsisten dengan konten seperti itu. Hingga akhirnya saya melupakan email dan password blog saya -_- Lalu pda tahun 2010 saya kembali membuat blog dan mengisinya secara suka-suka, lebih banyak sih tentang curhatan semata dan puisi. Hingga akhirnya saya bertemu dengan komunitas menulis yang klik di hati. Dan akhirnya juga saya mengerti istilah giveaway dan kontes blog. Mulailah saya aktif menjalankan misi ngeblog suka-suka itu. Apa yang saya suka akan saya tulis di blog. Memang banyak blogger lainnya yang menjadikan blog sebagai ladang uang alias pekerjaan utama, ada juga yang dijadikan sarana menyalurkan bakat. Ah, saya selalu kagum dengan mereka yang mempunyai passion yang sangat luar biasa dalam dunia blog. Tapi saya tetap menjalaninya sebagai suka-suka, hehe.

Menyederhanakan Arti Kebanggaan

credit
Siapa yang tak kenal dengan KH. Agus Salim, seorang pahlawan nasional yang pintar berdiplomasi serta seorang penulis handal. Kesederhanaanya patut untuk dicontoh oleh anak muda modern. Ada satu cerita tentang beliau yang menggambarkan betapa sederhananya arti kebanggaan dengan berpikir sederhana pula.

Dalam sebuah pertemuan besar PBB saat jamuan makan siang, seluruh undangan makan dengan menggunakan sendok garpu sedangkan beliau menggunakan jari tangan. Banyak yang mencemooh, namun beliau dengan santai mengatakan bahwa sendok telah masuk ke dalam mulut orang lain terlebih dahulu. Sedangkan tangan, hanya beliaulah yang menjilat dan menggunakannya. Undangan pun terdiam. Tak sampai di situ. Setelah makan siang, kebanyakan undangan merokok terutama undangan dari Belanda. Mereka merokok menggunakan cerutu, sedangkan KH. Agus Salim hanya menyulut rokok kretek. Beliau kembali mendapat sindiran dan dibilang kampungan. Tanpa ragu beliau menjawab, "Karena kretek inilah kalian menjajah Indonesia.". Undangan pun kembali terdiam dan tak berkomentar lagi.

Sesuatu yang dianggap lemah dan diremehkan oleh orang lain menjadi kekuatan besar dalam diri. Bahkan hal sepele bisa menjadi ancaman untuk orang lain. Sederhana bukan?

Lomba Blog Wardah

Jadi gini ceritanya, saya lagi ikut lomba blog wardah. Dan ikutnya memang selalu niat seperti taun sebelumnya. Niat pake banget karena saya lebih memilih dandan ulang dan mengambil foto lagi daripada memberikan foto lama. Biar fresh aja sih maksudnya.

Berikut adalah beberapa foto yang saya sertakan dalam postingan yang berjudul Kosmetik Halal Membawa Berkah pada blogdetik saya.

office look

[Review] ibuk,

credit
Judul : ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : Gramedia Pustaka
Tahun : Juni, 2012
Tebal buku : 293 halaman
ISBN : 978-979-22-8568-0

"Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat." -Ibuk-

Buku ini adalah novel dari penulis best seller Iwan Setiawan. Terus terang saja, saya membeli buku ini karena sampul depan yang begitu menarik. Sebuah kombinasi seorang perempuan dengan segala kesederhanaan dan bergaya kuno. Dalam pikiran saya melayang bahwa buku ini akan bercerita tentang wanita desa. Dan benar saja.

Buku ini menceritakan sebuah kisah perjalanan seorang gadis belia bernama Tinah yang harus putus sekolah dan membantu neneknya berjualan baju bekas di pasar. Seperti kisah remaja lainnya, ada kisah cinta yang akhirnya mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot yang dijuluki playboy pasar berpenampilan ala kadarnya dengan sandal jepit dan berambut klimis berani 'apel' ke rumah nenek Tinah. Sebuah tanda setuju atas lamaran Sim pun mengubah dunia Tinah. Mereka adalah ibuk dan bapak.

Dear Mami


Dalam hidupku, inilah kali pertama aku menulis surat untukmu. Mungkin, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku pernah menulis satu. Ah, tapi aku sudah tak bisa mengingat apakah aku memang pernah merangkai kata demi kata khusus untukmu. Walaupun surat ini aku tulis karena suatu maksud, tapi aku akan menulisnya dari dalam hatiku sendiri, dari apa yang aku rasakan, dari apa yang telah engkau berikan. Bukan riset. Maka ijinkanlah anakmu menyampaikan cinta yang tak sebanding dengan cintamu.

My Mama, masih ingatkah kau dengan berbagai macam panggilan yang aku berikan padamu karena satu sikap protesku atas semua kesibukanmu? Tante, bulek, bahkan mbak adalah panggilan yang sudah tak asing bagimu dari mulut anak gadismu yang penuh dengan rasa protes ini. Ya, saat itu aku sangat protes karena aku iri dengan semua teman-temanku yang bisa bertemu dengan ibunya setiap hari sesuka mereka. Bagaimana bisa aku memanggilmu ibu jika kita tak bertemu setiap hari? Bagaimana bisa seorang ibu hanya menemui anaknya sebulan sekali? Itulah yang ada dipikiranku saat itu. Saat aku sudah bisa merasakan iri, saat aku sudah bisa merasakan sepinya tanpa ibu. Ah, dan ternyata panggilan seperti itu masih aku berikan hingga sekarang meski penuh dengan nada candaan. How cruel I am.

Anak gadismu memang pandai berdiplomasi, protes sana sini jika ada yang tak pas di hati. Yang aku tahu, yang aku mau harus kau wujudkan. Entah sifat ini turunan dari siapa. Apakah sifat ini juga milikmu, Mi?

[BeraniCerita #30] Bangku Tunggu Yang Menua

credit
Mentari masih saja malu untuk menampakkan wajahnya pada dunia. Kehangatan masih enggan untuk menyelimuti tubuh yang sudah kepalang dingin oleh embun pagi dan mendung yang tak kunjung pergi. Dengan mantap kujejakkan kakiku setapak demi setapak menuju deretan bangku tunggu yang terlanjur menua. Di sudut peron itu, seperti biasa, tempatku menunggu.

Perjalanan ini adalah kisah yang kutitipkan pada gerbong kereta yang dengan patuh mengikuti kemana lokomotif berarah. Perjalanan ini akan berhenti ketika peluit menjerit memekakkan telinga, untuk sementara. Dan akan berlanjut saat peluit itu kembali bersautan tanpa henti.