[BeraniCerita #05] Kakakku Pulang

Sepertinya suasana malam ini tidak begitu bersahabat bagi Riana. Angin yang dingin membuat dia memaki dirinya sendiri kenapa lupa membawa jaketnya yang tertinggal di mobil. Lorong yang tidak terlalu terang karena beberapa lampu mulai dimatikan. Dan kenapa tidak ada orang bersliweran? Padahal masih jam 8 malam.

“Nah, sebentar lagi sudah sampai di kamar Sinta.” Riana mencoba menghibur diri sendiri karena dirinya masih merinding. Cepat-cepat langkahnya diayun, sampai akhirnya dia berhenti tiba-tiba saat melihat sebuah tempat tidur dorong melaju cepat ke arahnya.

Riana menoleh ke sumber melajunya tempat tidur dorong dan berhenti sejenak. Terlihat bayangan perempuan berperawakan tinggi dan berambut panjang seperti miliknya berjalan lambat ke arahnya. Perempuan itupun berlalu dihadapannya. “Ah, buang-buang waktu saja, kupikir Sinta.” Gumam Riana dengan kesal sambil berlalu dan berjalan lebih cepat ke kamar Sinta.

Dilihatnya Sinta yang sedang duduk di kursi plastik dengan tatapan kosong dan tak menghiraukan kedatangannya. “Sinta, bagaimana keadaanmu? Apa kata dokter? Bagian mana yang sakit?” Riana berdiri di hadapan Sinta dan mengelus kepala Sinta yang diperban. Namun Sinta malah tertunduk dan terdengar suara sesenggukan yang  lirih.

“Kenapa kau menangis? Apa kata dokter?” Riana bersimpuh di bawah kaki adiknya dan meluruhkan air matanya.

“Maafkan Sinta, Kak. Sinta yang salah, seharusnya Sinta menuruti semua kata Kakak.”

“Sudahlah Sinta, yang penting kamu selamat. Kakak tidak ingin kehilangan kamu Dek.”

“Sinta yang membuat Kakak datang ke diskotik itu pagi buta. Sinta yang memberikan maut kepada Kakak. Sinta yang menyebabkan kecelakaan ini!!” Tangis Sinta semakin pecah dan keras, dia sama sekali tidak memperdulikan omongan Riana bahkan memandangnya. Sinta beranjak dan tertatih keluar kamar rawatnya. Dia tidak memperdulikan Riana, kakaknya.

“Mau kemana Dek, istirahatlah. Kakak tidak marah padamu, Kakak selalu menyayangimu Dek.” Riana mengikuti setiap langkah Sinta. Tetap saja, Sinta tidak menghiraukannya.

“Apa yang akan kau lakukan di kamar mayat ini Sinta? Mengapa kau kesini? Ayo kita kembali ke kamarmu Dek.”

“Kak Riana, maafkan Sinta. Ini semua salah Sinta. Sinta berjanji akan berubah dan tidak mengulangi kebiasaan buruk itu Kak. Sinta mencintai Kakak.” Sinta membuka kain yang menutupi tubuh seorang perempuan berperawakan tinggi yang sudah terbujur kaku itu. Perempuan yang dilihat Riana di lorong tadi. Perempuan berambut panjang itu.

“Tenanglah di sana Kak.” Kecupan hangat diberikan Sinta pada kakaknya untuk terakhir kalinya.


*******
365 kata

9 comments:

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^