Menua Bersamamu

Menua bersamamu, judulnya manis banget kan, ya? Biasanya kalau judul postingan sudah manis seperti itu, dijamin isi postingan akan semakin manis yang berkaitan dengan seseorang yang tak lain adalah mas suami, hehe. Dalam blog ini sering kali saya menuliskan tentang sosok lelaki yang sudah saya kenal sejak 7 tahun lalu dan kini sudah menjadi imam terbaik bagi saya. Alhamdulillah kami baru saja melewati usia pernikahan yang ke 4 bulan, masih seumur jagung. Mengenalnya adalah sebuah berkah terindah yang tak akan pernah saya dustakan pada Tuhan yang sudah sangat berbaik hati menyatukan kami.

Hampir 8 tahun yang lalu kami dipertemukan dalam sebuah kampus yang akhirnya membuat kami tumbuh bersama setiap hari selama 3 tahun masa kuliah. Kala itu beliau adalah seorang pendiam dan tidak banyak tingkah, namun beliau adalah teman yang dapat diandalkan dalam segala hal. Tak jarang saya berlari menghampirinya untuk menyalin tugas kuliah listrik atau sekedar curhat. Sepanjang masa kuliah saya memang jarang berinteraksi dengan beliau karena saya cenderung lebih aktif dengan aktivitas kampus non akademik. Kami pun dipertemukan kembali dalam satu kepanitiaan pemilu ketua himpunan. Dari sana lah saya lebih mengenal tentang cara berpikir beliau yang luar biasa. Hal yang paling mengena adalah bagaimana beliau mengingatkan kami semua untuk break rapat dan sholat. Berkah yang indah, bukan? Satu dari sekian banyak orang yang saya temui saat itu. Sejak itu lah kami semakin akrab dan lebih sering berinteraksi.

Membuat Batagor Enak dan Gurih

Di rumah sendiri membuat saya semakin rajin masuk dapur dan mengutak atik segala macam bahan masakan. Minggu kemarin, selagi suami futsal saya mengolah daging sapi dan ayam yang tersimpan di dalam freezer selama 4 hari dan pas kebetulan punya tahu dan kulit somay. Karena daging baru saja keluar dari freezer, maka harus didiamkan hingga empuk lagi, diusahakan jangan direndam dengan air karena bisa membuat rasa daging jadi aneh, kalau kata orang jawa “sepo” jadi rasa dagingnya menghilang. Yang jadi masalah adalah saya tidak punya chopper atau pun food processor, biasanya sih kalau nyincang daging manual saja dengan mengandalkan pisau yang cukup besar dan kekuatan tangan. Kalau mau membuat batagor berarti daging harus benar-benar halus bahkan kalau bisa super lembut menyerupai pasta. Akhirnya saya memutuskan menggunakan blender dengan tabung yang kecil. Sebelum dimasukkan ke blender, sebaiknya potong daging menjadi lebih kecil agar cepat lembut. Dan sebaiknya cara yang saya gunakan ini tidak dicontoh karena pisau blender sedikit bengkok dan ada lemak yang nyangkut ke pisaunya. Pe-er banget pas nyuci. Nah, tips juga, kalau bisa gunakan daging tanpa tulang dan tanpa lemak agar memudahkan proses penghancuran. Daging ini bisa diganti dengan ikan tenggiri dan saya kepikiran untuk membuat bakso tahu dari udang untuk percobaan selanjutnya.

Setelah mencari beberapa resep dari internet, saya pun mengombinasikan beberapa resep dan menghilangkan bagian peyedap tambahan. Berikut resep batagor enak dan gurih ala emak-emak kesepian di rumah, hehe.

Saya dan Bank Syariah: Kredit Rumah Murah Tanpa Riba

Tabungan berbasis syariah
Tabungan berbasis syariah
Kredit rumah murah tanpa riba, apa bisa melalui bank? InsyaAllah bisa, pakai tabungan syariah. Mengenai tabungan yang berbasis syariah ini, saya sudah mengenalnya sejak awal tahun 2012 saat masih bekerja di Cikarang. Sebenarnya saya sudah punya tabungan konvensional yang terintegrasi dengan perusahaan tempat bekerja, tapi rasanya kok tidak nyaman jika sepanjang hidup harus berurusan dengan riba. Saya pun membuat tabungan syariah di Cikarang. Keuntungan yang instan saya dapat adalah bebas biaya administrasi setiap bulan dan bebas biaya penarikan di mesin ATM, Alhamdulillah. Akhirnya, tabungan syariah tersebut saya jadikan alat transaksi utama hingga saat ini.

Bali 3D Trick Art Gallery

Bali 3D Trick Art Gallery
Sudah macam jagalan saja, tapi kelihatan kalau pake kaca kan?
Kunjungan ke Bali 3D Trick Art Gallery adalah cerita honeymoon yang hampir terlupa karena mengendap sebagai draft postingan terlalu lama, hehe. Kunjungan ke galeri ini sebenarnya kami lakukan sebelum ke Alas Kedaton dan Tanah Lot. Jadi setelah sarapan dan bersantai sejenak di villa, kami berangkat ke galeri menggunakan motor yang tak sampai 10 menit.

Kompromi dengan Suami

Kompromi dengan suami itu penting untuk mengharmoniskan hubungan rumah tangga. Sejak menikah, akhirnya saya tahu lebih dalam tentang sifat-sifat suami yang baru. Karena selama pacaran pun kami jarak jauh, jadi hanya secara kulit saja saya mengenalnya sedangkan sifat yang saya tahu selama kuliah ternyata berbeda dengan apa yang saya temui saat kami berada dalam satu rumah. Saya dan suami mempunyai sifat dan kebiasaan yang sangat bertolak belakang, berbeda seperti langit dan bumi. Perbedaan tersebut pada awalnya sering membuat saya kesal karena suami seperti tidak mengikuti aturan yang secara eksplisit terbuat, begitu pula sebaliknya. Akhirnya kami melakukan kompromi secara lisan maupun perbuatan. Kami menggunakan dua metode tersebut karena jika cuma salah satu tidak akan efektif.

Beberapa contoh hal yang menjadi kompromi adalah masalah kebersihan dan kerapian rumah. Saya paling anti dengan rumah berantakan termasuk tidak meletakkan barang kembali pada tempatnya. Sering kali setelah mandi sang suami meletakkan handuk di dalam kamar dan dibiarkan nglimprek begitu saja, sisir di meja tivi, atau sandal di atas keset. Pada awalnya memang saya yang membereskan, tapi saya tidak mau hal tersebut menjadi kebiasaan yang mungkin suatu saat bisa membuat jengkel. Akhirnya kompromi pun dibuat, dengan manis nan sinis saya berkata pada suami untuk meletakkan barang-barang tersebut pada tempat yang seharusnya sambil memberikan contoh. Voila! Sampai tulisan ini dibuat, suami bisa membiasakan untuk meletakkan handuk di jemuran atau sisir di tempat kosmetik. Kadang suami lupa akan ‘tugas’ tersebut, saya pun berkata “Mas, handuknya, yaa...” tanpa membereskannya. Memang tugas seorang istri itu melayani kebutuhan suami, tapi saya tidak mau kebiasaan tidak baik itu terus berlanjut, bener gak? Hal lain yang menjadi kompromi kami adalah acara televisi, suami lebih suka acara seperti sepak bola sedang saya lebih suka film. Untungnya masalah ini cepat teratasi karena kami punya dua tivi dan memasang kabel channel. Kadang yang menjadi lebih masalah adalah acara tivi swasta Indonesia yang lebih banyak banyolan tanpa manfaat. Big NO bagi saya untuk melihat acara demikian. Jika suami dengan sengaja atau tidak melihatnya, dengan berat hati saya meminta beliau untuk mengganti acara.

Bertandang ke Mentaya Seberang

Gapura di Mentaya Seberang
Gapura di Mentaya Seberang, pengennya foto dari depannya tapi sedang banyak pria berkumpul dan suami enggan untuk ke sana, maybe next time I can give you guys the great picture of it
Minggu lalu saya dan suami bertandang ke Mentaya Seberang karena rasa penarasan atas kampung yang berada di seberang sungai Mentaya. Menurut suami yang pernah bertandang ke daerah tersebut, Mentaya Seberang adalah nama daerah yang merupakan bagian dari Mentaya Hulu yang berisi beberapa rumah dan selebihnya adalah hutan.

Indonesia Belum Merdeka

perahu penyeberangan di sungai Mentaya
perahu penyeberangan di sungai Mentaya
Dirgahayu Indonesiaku, negeri nan gemah rimah loh jinawi yang semakin menggerogoti, bangsa yang penuh dengan warna yang semakin congkak saling beradu, Selamat atas nikmatnya kemerdekaan yang harus dibayar mahal, dirgahayu kebebasan yang semakin kebablasan. Indonesia belum merdeka.

Belanja di Pasar Kaget

Pada postingan sebelumnya, selama di Sampit saya mengatakan bahwa susah untuk belanja kebutuhan dapur apalagi untuk belanja bahan masak setiap hari. Ceritanya kan saya ingin masak setiap hari sehingga tidak perlu membeli makan di warung dan hal itu saya jadikan tantangan untuk diri sendiri yaitu masak sendiri. Bangun pagi yang kadang sebelum subuh untuk menyiapkan bahan masakan, kadang juga berjalan ke depan komplek untuk belanja sayur. Ke depan komplek di sini bukan berarti ada di depan gang perumahan, tapi harus keluar ke jalan raya yang lumayan jauh hanya untuk beli temu kunci. Dan ternyata temu kunci tersebut tidak ada, batal deh membuat sayur bayam. Akhirnya temu kunci dan daun salam saya temukan di hypermart.

Baca juga: Masak Sendiri, Jangan Beli di Warung
Belanja di Pasar Kaget
aneka sayur mayur di pasar kaget

[Review] Burung Burung Migran

Burung Burung Migran

Judul: Burung Burung Migran (Novelisasi Kisah Nyata Perempuan TKI di Negeri Orang)

Penulis: Miranda Harlan, Sutik A.S

Penerbit: Hikmah

Tahun Terbit: Agustus 2011

Tebal: 330


Burung Burung Migran, adalah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata seorang tenaga kerja wanita Indonesia di Malaysia dan Singapura. Dia adalah Sutik yang berasal dari Malang Jawa Timur. Novel ini menceritakan perjalanan Sutik menjadi TKW bukan karena kondisi ekonomi yang susah, tapi lebih karena emosi, perasaan rindu yang telah lama diendapkan untuk Yamin, suaminya yang kesekian.

Novel ini juga bercerita tentang masa kecil Sutik yang pengalaman buruk yang dia alami. Yaitu saat Sutik dilecehkan oleh keluarganya sendiri dan guru mengajinya, bahkan dia dipaksa menikah diusia 13 tahun dengan orang yang tak dikenalnya. Setelah menikah beberapa kali dan bercerai, akhirnya Sutik bertemu dengan Yamin yang lebih muda darinya. Sutik pun memutuskan bahwa Yamin lah pria terakhir dalam hidupnya. Kehidupan memang tak berjalan mulus seperti kondisi ekonomi yang memaksa Yamin harus melancong ke Malaysia demi gaji yang lebih besar. Yamin pergi tanpa kabar dan tak pulang-pulang, sedangkan Sutik sedang mengandung anak mereka yang Yamin sendiri belum tahu. Selang beberapa tahun kemudian Sutik memutuskan untukmenyusul Yaminke Negeri Jiran.

Masak Sendiri, Jangan Beli di Warung

pesmol ikan mujaer
pesmol ikan mujaer
Masak sendiri, jangan beli di warung adalah tantangan yang saya buat untuk diri sendiri sejak menginjakkan kaki di tanah Sampit dan berkumpul dengan suami. Sudah cukup masanya suami harus makan masakan warung yang tidak bisa dipastikan gizi dan kebersihannya. Kalau gizi mungkin bisa dilihat secara kasat mata dari isi makanan tersebut, tapi faktor kebersihan belum tentu dijamin. Apalagi saya termasuk orang yang pemilih tempat makan, bukan makanannya tapi tempat makannya. Sebelum makan di luar pasti melihat lingkungan sekitar termasuk tempat cuci piringnya yang berakhir dengan membawa pulang makanan tersebut dan tidak makan di tempat. Alasan kedua ya karena ini seorang istri yang harus melayani suami termasuk menyiapkan makanan meskipun skill memasak masih ala kadarnya. Ditambah lagi saya masih belum berminat untuk mencari pekerjaan di luar rumah jadi dapur adalah tempat favorit selama seharian di rumah.

Sekilas Tentang Sampit

bandar udara Sampit
bandar udara Sampit
Hampir satu bulan saya tinggal di Sampit berdua dengan suami terganteng karena suami baru saja dimutasi dari Palangkaraya kira-kira 5 bulan lalu. Proses mutasi agaknya sedikit mendadak padahal kami sudah membeli rumah di Palangkaraya, jadi untuk di Sampit kami menyewa rumah karena menurut suami, di Sampit mungkin tidaklah lama. Sebagai pemanasan, saya akan sedikit menceritakan tentang kota ini. Pasti sudah banyak orang yang mengenal kota ini dengan sejarah kelamnya, tapi ada juga beberapa orang yang ternyata tidak tahu Sampit itu ada di pulau mana. Ini beneran, loh, teman sendiri bertanya di mana lokasi Sampit berada haha. Mengenang sejarah kelam yang pernah terjadi di kota ini memang tragis dengan begitu banyak korban tapi Alhamdulillah kota kecil ini sekarang damai. Hampir di setiap sisi kota dan keramaian akan sangat mudah dijumpai orang-orang asli Madura. Bahkan banyak penjual yang berasal dari Madura. Itu berarti kedamaian memang sudah tercipta antara dua suku tersebut. Semoga selalu damai dan tentram ya. Sampit itu kota kecil yang rapi dan bersih. Tata kotanya tidak berantakan dan di sepanjang jalan atau tempat umum tidak pernah saya jumpai tumpukan sampah atau sampah yang berceceran. Tak heran jika kota Sampit mendapat penghargaan Adipura.

Keguguran

Beberapa minggu lalu saya memberikan kabar bahagia tentang kehamilan saya yang pertama di usia pernikahan kurang dari dua bulan. Mungkin postingan ini akan bernada sebaliknya, yaitu berita sedih tapi saya tidak ingin mengumbar kesedihan dan larut di dalamnya terlalu lama. Saya di sini akan membagikan cerita yang mungkin bisa dijadikan pengalaman untuk wanita yang sedang hamil muda di luar sana. Mungkin bisa dijadikan pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang untung para wanita yang telah diberikan amanah oleh Tuhan berupa janin di dalam rahimnya. Luar biasa bukan rasa menjadi seorang ibu?

Sekitar dua minggu lalu, saya mengalami pendarahan selama dua minggu. Awalnya, saat usia kehamilan 9 minggu saya mengalami flek atau bercak darah di siang hari. Namanya juga flek jadi darahnya tidak terlalu banyak, mungkin dua tetes tapi berulang setiap saya buang air kecil disertai darah yang ikut menetes. Malamnya, saya dan suami memutuskan untuk menemui dokter kandungan karena tidak ingin terjadi hal tidak baik pada kandungan saya. Selama mengantre, saya buang air kecil satu kali dan dari situlah semua kondisi panik saya rasakan. Buang air kecil disertai darah yang mengalir deras dengan gumpalan kecil layaknya saat menstruasi. Saat di ruangan dokter pun saya menceritakan hal yang saya alami yang akhirnya diberikan obat penguat kandungan, kalau tidak salah nama obatnya Preabor, serta vitamin. Besoknya hal itulah yang terjadi, yang kebanyakan orang memberi nama keguguran. Saat bangun tidur saya ke kamar mandi untuk buang air kecil tapi yang meluncur keluar adalah darah yang sangat banyak disertai gumpalan sebesar jempol tangan saya. Astaghfirullah. Setelah itu darah demi darah selalu keluar saat saya buang air kecil bahkan kadang keluar tanpa saya sadari sehingga saya harus mengenakan pembalut yang paling panjang. Keluarnya darah itu berlangsung selama satu minggu dengan jumlah yang cukup banyak, selanjutnya darah keluar sedikit seperti flek selama lebih dari satu minggu.  Selama pendarahan itu saya tetap mengonsumsi obat penguat kandungan dan vitamin yang diberikan dokter. Awalnya suami meminta saya untuk kembali ke dokter saat tahu kondisi seperti itu tapi saya menolak. Alasannya, saya tidak siap jika dokter harus bilang calon anak saya gugur. I am hopeless, I am pathetic right now.