bandar udara Sampit |
Hampir satu bulan saya tinggal di Sampit berdua dengan suami terganteng karena suami baru saja dimutasi dari Palangkaraya kira-kira 5 bulan lalu. Proses mutasi agaknya sedikit mendadak padahal kami sudah membeli rumah di Palangkaraya, jadi untuk di Sampit kami menyewa rumah karena menurut suami, di Sampit mungkin tidaklah lama. Sebagai pemanasan, saya akan sedikit menceritakan tentang kota ini. Pasti sudah banyak orang yang mengenal kota ini dengan sejarah kelamnya, tapi ada juga beberapa orang yang ternyata tidak tahu Sampit itu ada di pulau mana. Ini beneran, loh, teman sendiri bertanya di mana lokasi Sampit berada haha. Mengenang sejarah kelam yang pernah terjadi di kota ini memang tragis dengan begitu banyak korban tapi Alhamdulillah kota kecil ini sekarang damai. Hampir di setiap sisi kota dan keramaian akan sangat mudah dijumpai orang-orang asli Madura. Bahkan banyak penjual yang berasal dari Madura. Itu berarti kedamaian memang sudah tercipta antara dua suku tersebut. Semoga selalu damai dan tentram ya. Sampit itu kota kecil yang rapi dan bersih. Tata kotanya tidak berantakan dan di sepanjang jalan atau tempat umum tidak pernah saya jumpai tumpukan sampah atau sampah yang berceceran. Tak heran jika kota Sampit mendapat penghargaan Adipura.
Hal yang membuat saya nyaman adalah tidak ada pengemis, anak jalanan,berandalan, dan sebagainya yang berkeliaran di jalan atau lampu merah. Hanya saya jumpai penjual koran saja di lampu merah dan selama di sini saya baru menjumpai satu pengamen saat makan di tempat umum. Menurut suami, tingkat kriminalitas di Sampit memang sangat kecil, tidak pernah mendengar aksi pencopetan atau pencurian. Saya pun selama ikut suami kerja lembur di kantor dan pulang larut malam pun tidak pernah terjadi hal yang tidak baik, Alhamdulillah dan semoag tetap aman tentram. Sejauh ini hal-hal tersebutlah yang membuat saya betah disamping panasnya yang cukup menyengat dan kabut asap jika ada pembakaran lahan.
ikan jelawat, ikon kota Sampit |
Dan ada beberapa hal yang mungkin kurang saya suka antara lain tidak ada lampu jalan. Penerangan jalan hanya dari cahaya lampu teras rumah orang sedangkan kebanyakan jalan di sampit itu melewati kebun sawit jadinya gelap gulita. Nyenggol suami yang kerja di perusahaan listrik dikomen tentang pemerintahan, hehe. Jadi kalau setelah dari luar terus sampai rumah itu lega banget rasanya. Hal kedua yaitu susah untuk belanja kebutuhan dapur. Kalau di Jawa kan sangat mudah menjumpai penjual sayuran keliling atau dekat dengan pasar. Berbeda dengan di sini, jadi saya harus belanja seminggu sekali untuk nyetok bawang dan kawan-kawannya. Di postingan selanjutnya saya akan membahas tentang ini. Termasuk susah untuk mencari kesenangan di luar rumah. Tidak ada bioskop dan mall. Untuk nonton k bioskop harus ke Palangkaraya dengan menempuh jalak lebih dari 200km selama lebih dari 4 jam. Saya pernah melakukan hal ini dan akhirnya maraton nonton, hihi. Tapi sisi positifnya bisa berhemat kali ya, meskipun biaya hidup di Sampit lebih mahal dari Jakarta.
Itulah sekilas tentang Sampit, ke depannya saya akan sharing hal lain tentang kota ini, tentang tempat wisata atau kuliner khas dan hal menarik lainnya. Melalui tulisan-tulisan dalam blog ini, saya ingin membantu pemerintah kota yang mempunyai visi menjadikan Sampit sebagai kota wisata. Yuk, main ke kota Sampit.
dari Palangkaraya ke Sampit jauhhnya segimana Yu??
ReplyDeleteWah kayak aku tuh, sukanya nyetok belanjaan sayur #meski di sini banyak penjaja sayur...ini karena aku males efeknya kadang jadi layu di kulkas hehehhe
wow berasa kayak di film-film ni bisa melintasi kebun sawit ... dalam keadaan gelap..
220 km mbakk.. kalo gak nyetok bisa2 boros buat makan doang hehe
DeleteSampit...masuk Kalimantan Timur kah?
ReplyDeletekalimantan tenga mas hehe
Deletekalau disana susah di temuin penjual sayur, wah bisa jadi lahan bsnis tuh mb, seperti tetangga saya di surabaya, jualan botok / ungkusan, Alhamdulillah omsetnya lumayan besar dan sampai sekarang g ada saingannya.
ReplyDeletetapi bingung impornya mas hehe
DeleteAlhamdulillah lah mbak, kalau keadaannya sekarang sudah damai seperti yang mbak ceritakan.
ReplyDeleteSebab, dalam ingatan saya sampit itu dulu memang kota yang penuh konflik berdarah antar etnis. Kalau tidak salah kejadian hangat2nya itu waktu saya masih SD. Jadi, yang terbayang dalam fikiran saya, sampit itu masih dalam keadaan yang tidak stabil.
iya mass.. sekarang sih sudah aman kalo menurutku uda banyak orang dari madura juga kok
DeleteSelalu setia menemani ya mbak....
ReplyDeletewajib itu mas, ladang pahala bagi saya
DeleteBelum pernah ke sampit :(
ReplyDeleteKe daerah kalimantan dulu pas masih umur 3 tahun di Banjarmasin. Terus sekarang kalau ke kampungnya suami yaa ke Balikpapan. Semoga suatu saat bisa lihat yang namanya sampit :)
mari mari mbakkk berkunjung ke kota kecil sampit
DeleteHai, mbak.
ReplyDeleteHaha. Pas buka dashboard blog saya dan menemui postingan yg berjudul tentang sampit ini, saya langsung tertarik untuk membukanya, bukan karena apa, tapi tidak lain adalah karena saya orang madura, dan saat saya kecil, beberapa keluarga dan kerabat dekat saya yang ada di sampit pada pulang ke madura dengan keadaan menyedihkan. Tanpa harta benda sedikit pun.
Mengenang cerita mereka selalu bikin sedih. Tapi ya... alhamdulillah kalau sekarang sudah damai.
Bumi Allah itu luas, rezeki dari-Nya pun tersebar ke mana-mana, semoga betah tinggal di Sampit, mbak.
benar mas,, semoga keluarganya sehat selalu yaaa..
Deleteklo denger sampit pasti jadi inget jaman ada kerusuhan antara suku dayak sama madura dulu :3
ReplyDeletebener kaangg.. aku juga gitu mikirnya
Delete1. Sampit kota yang rapi & bersih ? semakin sering mengelilingi Kota Sampit perlahan-lahan akan mengikis statemen ini.
ReplyDelete2. Sulit belanja kebutuhan dapur ? Mungkin iya di beberapa kawasan pemukiman, tp secara umum banyak koq pedagang sayuran keliling.
3. Biaya hidup di Sampit lebih mahal dari Jakarta ? sepertinya tidak, apalagi jika sudah mengenal seluk beluk Kota Sampit
aku belum ke pelosok2 sih baru sekitaran kota dari hypermart ke mentaya yg keliatan rapi..
Deletemahal2 loh biaya hidup di sini, aku bernai bilang karena aku juga udah pernah tinggal di jakarta hampir 4 taun
saya belum pernah ke sampit ,,,, kalau ingat nama sampit yang teringat ; masa2 kelam .. sama kota perdagangan ... soalnya teman saya serang sales selalu berpergian ke kota tersebut .... :)
ReplyDeletetempat wisata sampit .. banyak orang yang tidak tahu ... tunggu update-an-nya ...
siyaappp.. saya akan update selanjutnya
DeleteAda info kontrakan rumah kah mba, saya lagi cari di sampit. Baru mutasi juga...hehe.thanks
ReplyDeletepertama kali ke sampit, setahun stl kerusuhan. kota masih mencekam. banyak rumah2 sisa kebakaran yg dibiarkan begitu saja. belum lagi pandangan curiga warganya. alhamdulillah skr situasi sdh jauh lebih baik ya
ReplyDelete