Eksotisme Pura Luhur Uluwatu tidak cuma terletak pada keindahan dan kemegahan puranya, tapi juga kecantikan pantai dan pesona alam yang membentang luas di luarnya. Perjalanan dari Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana membutuhkan waktu sekitar 20 menit menggunakan motor tapi bisa jadi lebih cepat lagi jika sudah paham jalannya. Perjalanan melewati jalan yang tidak terlalu besar, teduh karena di samping kanan kiri berupa (mungkin) hutan atau berupa lahan dengan banyak pepohonan, tapi tetap ramai dengan kendaraan yang lebih banyak berupa mobil. Untuk pengendara motor kebanyakan bule-bule dengan papan selancar yang bertengger manis di sebelah motor mereka. Tiket retribusi tiap orang sepuluh ribu saja ditambah dua ribu untuk parkir motor dan bisa parkir di mana saja yang terdapat tanda parkir.
Di sekitar pelataran parkir terdapat jajaran penjual aksesoris dan oleh-oleh Bali seperti baju, topi, ukiran kayu, dan lainnya. Serta ada pula berbagai macam restoran. Meskipun sedikit lapar, kami memutuskan untuk tidak makan di restoran yang ada di dalam Pura Luhur Uluwatu karena terlanjur merinding melihat beberapa tempat makan yang menampilkan gambar babi. Walaupun bisa memesan menu yang lain, tapi untuk berjaga-jaga dan waspada akhirnya kita memutuskan untuk langsung masuk ke dalam area pura.
Untuk masuk ke dalam area pura, kita harus membayar kembali di pintu masuk sebesar 25.ooo rupiah untuk masing-masing orang dan mengenakan kain berwarna kuning atau ungu. Setelah memperhatikan beberapa orang yang memakai kain, ternyata perbedaannya adalah: untuk kain yang berwarna kuning yang bentuknya menyerupai selendang khusus untuk pengunjung yang memakai baju atau celana yang panjangnya minimal di bawah lutut, sedang kain berwarna ungu yang lebar untuk penutup kaki pengunjung yang memakai celana atau rok yang pendek di atas lutut. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk menjaga sopan santun di dalam pura dengan memakai baju yang pantas dan layak. Seperti halnya di agama saya untuk memasuki tempat ibadah dengan pakaian yang menutup aurat. Tapi di beberapa tempat saya melihat ada turis yang melepas selendangnya guna untuk berfoto di depan pura.
deburan ombak yang menghatam tebing menimbulkan suara yang sangat eksotis |
Kuasa Tuhan. Mashaa Allah, indah sekali. Sejuk di mata, damai di hati |
salah satu sisi tebing yang terpasang pagar dengan aman |
ini tebing di bagian dalam setelah melewati jalan setapak yang cukup jauh |
Jalanan di dalam area pura sudah ber-paving sehingga nyaman jika digunakan untuk berjalan kaki. Kami datang saat kondisi masih siang dan masih sangat panas, tapi tidak menciutkan niat kami untuk berkeliling di area pura yang memiliki anak tangga yang cukup banyak. Capek, hehe. Setiap pura ditutup dan dikunci, para turis dilarang masuk ke dalamnya, dimaksudkan untuk tetap mejaga kesucian tempat ibadah. Akhirnya kami berkeliling hampir di semua pura hingga sampai pada salah satu sisi luar pura yang langsung disuguhi dengan keeksotisan pantai yang membentang luas. Deburan ombak yang menghantam tebing menghasilkan suara yang sungguh eksotis. Mungkin akan sedikit menyeramkan jika kami adalah orang yang takut dengan ketinggian, tapi melihat ombak yang terus menerus menghantam tebing membuat saya mengucap Mashaa Allah, Allahu Akbar. Tuhan memang tiada duanya dalam menciptakan keindahan alam seperti ini. Jangan lupa menyiapkan kamera untuk mengabadikan keindahan alam khas Pulau Dewata, surganya dunia.
Setelah puas dan capek berjalan mengelilingi seluruh area Pura Luhur Uluwatu, saya dan suami bersantai di depan salah pura sambil menunggu pertunjukan tari kecak dimulai. Saya bersantai sambil menikmati sapuan angin yang sepoi dan suami antri membeli tiket pertunjukan, hehe.
|
menanti senja di pelataran tempat tari kecak diadakan, sayangnya mendung :( |
Saya selalu punya mimpi memiliki rumah ditepi tebing laut seperi iti >.<
ReplyDeleteaku maunya di tepi pantai mbakk, kek rumahnya brian o cornor gitu hehe
Deleteduh ngeliat fotonya bikin hati ngerasa nyess (dan iri) :p
ReplyDeletemaklum mbaakk masih suasana bulan madu hihi
DeletePinteer, ya. Suami yang diminta antri. Hahaha
ReplyDeletehahha.. istrinya disayang sayang mbakkk
Deletewah, indah bener ini mah!! ((: 25ribu ga terlalu mahal tuk pemandangan seindah ini, hmmm jadi pengen kesana he he!! lovely share sobat (:
ReplyDeleteterima kasih, btw, mas, aku gak bisa buka blog kamu
DeleteMeskipun mendung tetep aja rame dan pengunjung mulai berdatangan iya mba :)
ReplyDeletekonon katanya setiap hari selalu rame
Deletesubhanallah di Medan pantainya butek, gak seindah ini,
ReplyDeleteeh bukannya di medan juga bersih bersih ya mas, apa ya namanya aku lupa
DeleteSubhanallah, langit dan lautnya cantik banget mbaa. :3
ReplyDeletebenerrrr,, saya betah banget nyender di pager liatin pantainya
DeleteWaaaa bagus bangeeet jadi pengin melamun :)
ReplyDeletejangan melamun mbakk,, nanti kesambet hihihi
DeleteTahun kemarin ke sana, dan jadi kangen pengin ke sana lagi gegara postingan ini. Etapi belum posting juga pengalaman ke sananya. Hiks
ReplyDeletesaya aja uda pengen kesana lagi mbakkk..
Delete