Tiang transmisi yang roboh menimpa rumah warga |
Pemadaman bergilir karena tower transmisi roboh. Pemadaman bergilir
saat ini sedang kami rasakan sebagai warga Kalimantan Tengah karena robohnya
tower transmisi 150kV atau yang biasa disebut dengan tiang Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) di Palangkaraya. Robohnya tiang SUTT sebanyak 7 buah itu
terjadi pada Minggu kemarin karena badai atau angin puting beliung yang memang
sangat kencang sekali. Dan malangnya robohnya tiang tersebut mengenai rumah
penduduk dan sebuah gereja.
Untungnya punya suami orang PLN, jadi informasi seperti ini bisa
didapat dalam hitungan menit saja melalui jaringan yang beliau punya. Bahkan saya
bisa mendapat informasi yang akurat daripada yang beredar di lapangan alias
media online lain. Awalnya saya kaget, kok bisa tiang transmisi sekokoh itu
roboh, tujuh tiang pula, padahal kontruksi tiang tersebut harusnya disusun dari
baja galvanis. Parahnya, bukan hanya tiang transmisi 150kV saja yang roboh,
tapi ada 20 tiang transmisi tegangan menengah (20kV) dan rendah (220V) yang
ikut roboh pula. Kalau mau berpikir jeleknya, sih, bisa jadi tiang-tiang itu
roboh karena ada baut yang hilang dan bisa dipastikan ulah manusia seperti yang
terjadi pada tiang transmisi di daerah Batulicin, Kalimantan Selatan. Tapi baut
hilang di daerah Batulicin itu karena tiang masih dalam tahap pembangunan sedang
tiang di Palangkaraya sudah berfungsi sejak 20 tahun lalu. Suami berkata, murni
karena badai. Jadi angin kencang membuat kawat-kawat pada setiap tiang bergerak
mengikuti angin sampai merobohkan tiang saking kencangnya. Dan ada pohon roboh
yang ikut menimpa tiang transmisi tegangan rendah juga.
Baca Juga : Ada Apa dengan PLN?
Kok bisa sampai Sampit pemadaman bergilirnya? Karena tiang transmisi
tersebut terhubung dari Banjarmasin – Palangkaraya – Kasongan – Sampit. Alhasil
dalam satu hari bisa padam listrik 2 kali, pagi dan malam, masing-masing
minimal 3 jam bahkan hari ini saja sudah lebih dari 8 jam padam. Mau marah ya
tidak bisa, wong saya tahu penyebab
padamnya. Apalagi saya dulu mahasiswa elektro arus kuat, jadi ‘terpaksa’
mengerti tentang dunia listrik dan tidak boleh marah jika ada pemadaman, hehe. Kalau
pun marah sedikit langung disindir sama suami, “Percuma dong kuliahnya? Pecuma dong suaminya kerja di PLN kalau masih
mengeluh?” Haha. Namanya juga ibu-ibu yang harus nyuci pakai mesin cuci,
harus setrika baju, harus masak, kalau panas harus nyalakan AC, mengeluh dikit
boleh lah #plak. Kata suami, untuk pemulihan
satu tiang transmisi bisa memakan waktu 1 minggu, berarti total 7 minggu atau
bisa lebih dari 2 bulan untuk pemulihan semua jaringan. Dan untuk sementara ini
dipasang tiang transmisi sementara sebagai bantuan sebelum memulihkan tower
baja raksasa tersebut. Saat ditunjukkan beberapa foto pemasangan tiang bantuan
saya langsung stop mengeluh, kasian melihat lebih dari 100 pegawai PLN
bekerja darurat dan itu pun bantuan dari Kaltim, Kalsel, dan Jawa Bali. Dan saya mah cukup pakai lampu emergensi dan menyediakan baterai cadangan untuk ponsel, tak lupa selalu isi power bank kalau sudah nyala, hehe.
Proses pembangunan tiang pembantu sementara oleh pegawai PLN |
Namanya juga pelayan masyarakat, ya, sebisa mungkin bekerja agar tidak
membuat masyarakat susah. Untungnya adan bantuan dari PLTD jadi listrik tidak padam total. Mungkin bisa dijadikan pelajaran juga bagi PLN untuk selalu
menjaga tiang-tiang transmisi tersebut, melakukan pemeliharaan secara rutin,
dan bisa jadi mengganti alat yang sekiranya sudah tua. Tapi kalau alam sudah
berbicara, sih, mau bagaimana lagi, ada andil Tuhan dalam kejadian seperti ini.
Dalam kondisi seperti ini, warga pun harusnya sadar kalau memulihkan tiang baja
raksasa itu tidak bisa dengan sulap, sekali cling
langsung kokoh berdiri lagi, jadi sedikit dikurangi lah mengeluhnya jika memang
sudah jelas penyebabnya. Kalau pun belum jelas penyebab padam, sih, harusnya
jangan langsung menyalahkan. Kalau di daerah Kalimantan, atau lebih
tepatnya luar Jawa, biasanya pemadaman terjadi memang karena defisit listrik
dan faktor alam seperti robohnya tiang atau adanya monyet bergelantungan di
kabel transmisi, trust me, ini
terjadi beneran. Kalau di Jawa, pemadaman bisa terjadi karena rusaknya
peralatan, bisa karena petir, atau meledaknya gardu induk karena kelebihan beban,
dan karena ulah manusia yang secara tidak langsung bisa merugikan manusia lainnya
seperti pencurian listrik dan penambahan daya secara ilegal yang bisa membuat
beban overload. Jadi, setidaknya mari
menjadi konsumen yang bijak dan dengan tegas melaporkan jika ada kecurangan. Mari
menebar kebaikan.
Narasumber : Suami tercinta
Sumber gambar : Suami terganteng
Narasumber : Suami tercinta
Sumber gambar : Suami terganteng
semoga cepat selesai pembangunannya, dan salut juga sama pegwai PLNnya yg cepet tanggap
ReplyDeleteaamiin,, saat ini tower pembantu uda hampir slese sih mas
Deletekok sama mbaak tanggal 11-11 kemarin di perumahanku travo listrik pusat meledak..hadeh setengah hari lebih menahan panas belum ketambahan air PAM mati lantaran pompalistriknya gak ada aliran listrik. Hikss
ReplyDeletehehehe sabar ya mbaaa,, kalo meledak gitu biasanya overload bebannya
Deleteikut prihatin mbak. dan ikut mendoakan semoga persoalan seperti ini bisa diantisipasi atau setidaknya bisa membuka jalan pengadaan energi alternatif mandiri. ngimpi nggak ya saya?
ReplyDeletereportase ini sangat bagus. masyarakat jadi tahu permasalahannya dengan tepat. keep reporting mbak eh keep blogging...
gak ngimpi sih mbaa, soale di daerah terpencil uda banyak energi alternatif..
Deletemakasih mba ^^
ya amppuuunnnn itu rumah yg kejatuhan gimana mbaa??? ga ada korban kan? itu ga bikin kesetrum rumah yg ketimpahan ?
ReplyDeletekata suamiku, rumah yg kerobohan udah dibenerin sama orang pln, alhamdulillah gak ada korban mba
Delete