sumber |
Riset Nielsen Pembeli Online Makin Cerdas Dan Lakukan Webrooming - Lembagi riset Nielsen baru-baru ini merilis hasil survei mereka dalam Global Connected Commerce untuk melihat lebih jauh apa yang pembeli lakukan (dan tidak lakukan) secara online. Salah satu informasi big big big adalah pembeli tidak hanya sekedar "showrooming" alias cuci mata produk semata untuk membeli secara online, tetapi juga melakukan "webrooming" meneliti dalam arti amat sangat teliti mengenai berlangsungnya proses jual beli di toko-toko online tersebut.
Baca Juga: Perempuan, Internet, dan Bisnis
Dengan kata lain Nielsen mengatakan, belanja online saat ini makin "jalan dua arah". Jika pada awalnya, calon pembeli dipastikan “tidak mungkin” mengambil opsi interaksi dengan toko online yang mereka pikir merepotkan, maka mereka melakukan tindakan “tidak merepotkan” dengan cara melihat hasil aktivitas dari pembeli lainnya, di kolom feedback, komentar, dan bahkan melakukan riset dengan jalan googling pada aktivitas suatu toko online. "Melakukan penelitian online tidak hanya kegiatan yang melengkapi pengalaman berbelanja," jelas Nielsen dalam rilisnya. Tiga aktivitas online melakukan skor tinggi secara konsisten, terlepas dari kategori produk menarik atau tidak: pembeli selalu mencari tahu informasi produk, memeriksa/membandingkan harga dan mencari tawaran/promosi/voucher tambahan dalam kategori produk perjalanan atau jasa.
Pada produk travel atau produk layanan contohnya, 63% responden yang belanja sepanjang enam bulan terakhir 2015, mengatakan mereka melihat-lihat informasi produk lebih detil, 52% dari mereka melakukan cek ricek dan lakukan komparasi harga, dan 46% mencari bonus bonus voucher. "Mungkin yang lebih jitu adalah apa yang konsumen tidak lakukan secara online," tambah Nielsen. Dari semua kategori yang diulas, aktivitas belanja online dengan kadar penyebutan paling lemah adalah dari mereka yang meraih konsumen semata mengandalkan penetrasi iklan online, email dan atau iklan langsung lewat sosial media, dengan demikian produk produk yang dipasarkan luas lebih mendapatkan kepercayaan. 49% menyatakan mereka memilih belanja online untuk produk yang sulit ditemukan di toko-toko fisik. Yang agak mengganggu adalah kenyataan bahwa mayoritas 57% dari responden mengatakan mereka merasa ragu bahwa situs e-commerce menjaga informasi pribadi mereka secara aman.
Hal ini juga diamini oleh Deddy, SEO specialist dari salah satu digital marketing agency yang berbasis di Jakarta. Apalagi di Indonesia yang notabene masyarakatnya masih “takut ditipu” kalau belanja online. Namun keraguan ini menurutnya bisa diminimalisir dengan menambahkan halaman privacy policy statement, tampilan testimoni yang jelas, CS yang mudah dihubungi, badge policy online, foto asli resi yang terkirim, dan sebagainya.
Masih kurang paham aku sama tulisannya. -_-
ReplyDeletedibaca lagi ajah 3 kali :)
Deletewajar klo konsumen makin hati2 yah. Coz klo liat di K*skus ada bbrp kasus seller online emang niat nipu
ReplyDeletegara2 kejadian pelanggan Lazada yg sempat heboh di akhir bln Februari itu saya tambah ragu utk menggunakan kartu kredit sbg pembayaran online. Untung bbrp situs belanja online bisa bayar COD. Tp tetep aja utk sepatu dan baju, milih beli langsung deh.
ReplyDeletesaya sendiri kalo mau belanja online sangat selektif, nggak asal toko online, apalagi untuk pembelian dg nilai besar
ReplyDeletesaya paling kapok beli sepatu lewat online, udah 3x selalu bermasalah dengan ukuran dan 1x ga sesuai dengan gambar :(
ReplyDelete