Nice Homework #1: Adab Menuntut Ilmu

sumber gambar
Bismillahirrahmanirrahim, saya kembali lagi dalam dunia blogging setelah sekian bulan, bisa dibilang hampir satu tahun, vakum menulis karena semangat yang dulu menggebu semakin mengendur sejak memiliki bayi. Bukan, bayi bukanlah alasan dibalik hilangnya saya dalam dunia maya yang membawa saya pada sejagat peristiwa. Baru-baru ini semangat itu kembali muncul, dimulai dari satu titik dimana mengharuskan saya untuk menulis demi menyelesaikan sebuah pekerjaan rumah dari sebuah sekolah online yang saya ikuti. Institut Ibu Profesional, demikianlah namanya, Insyaallah akan saya bahas dilain postingan. Dan, untuk postingan pertama ini saya akan menulis tentang sebuah penggalian jati diri yang mungkin selama ini sembunyi hingga saat ini dari diri saya hingga terasa sebuah kehampaan dan kegamangan dalam menjalani peran sebagai seorang ibu baru.


"Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini."
Hmmm, pertanyaan menohok yang selama ini selalu saya hindari, dari sinilah sebuah cermin besar saya hadapi setiap hari. Saya haus, saya lapar, saya butuh semua ilmu untuk berjuang menjadi seorang ibu, ibu rumah tangga lebih tepatnya. Saya butuh ilmu memperbanyak sabar, saya butuh ilmu managemen waktu, saya butuh ilmu disiplin parenting, saya butuh ilmu masak istimewa, saya butuh ilmu bisnis, saya butuh ilmu patuh terhadap suami, saya butuh ilmu hormat terhadap mertua, saya butuh ilmu ini dan itu untuk menjadi wanita, istri, dan ibu yang sempurna. Dan, baru tadi pagi, saya sadar, semakin banyak ilmu yang saya inginkan maka saya akan semakin serakah dan tidak akan pernah menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah, bukan? Akhirnya saya yakin, jurusan ilmu yang sangat saya butuhkan saat ini adalah: ilmu agama. Agama saya, islam.

"Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut."
Saya tidak ingin gagal menjadi seorang ibu dan istri. Bayi saya lahir dalam keadaan suci, belum mengerti apapun tentang dunia ini, maka sebagai ibu ingin mengisi pengetahuannya dengan benar sesuai syariat. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya, bukan? Saya tidak ingin menjadi madrasah yang salah kaprah, yang tidak bisa membedakan haq dan bathil. Dan saya masih merasa sangat kurang dan dangkal tentang ilmu agama, saat ini pun belum siap jika nantinya Izza (nama anak saya) memberikan berbagai pertanyaan krusial mengenai agama. Baiklah, saya rela dan insyaallah ikhlas jika saya gagal menjadi wanita karir (resign dari perusahaan multinasional Korsel), gagal menjadi wanita berpendidikan tinggi (cita-cita meneruskan S1, qodarullah cukup D3 saja), atau gagal berdagang, tapi saya tidak ingin gagal menjadi ibu tentunya sebagai istri pula.

Jika pondasi ilmu agama kuat, saya berharap bisa memberikan bekal pendidikan akhlaq yang baik untuk Izza dan adik-adiknya kelak. Semoga mereka bisa menjadi amal jariyah jika saya mati nanti. Teruntuk suami, surga saya ada ditangannya, saya hanya ingin patuh dan mendapat ridhonya.

"Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut."
  1. Iqra’, baca. Sedikit demi sedikit novel-novel romansa mulai bergeser menjadi buku islami. Artikel-artikel online yang sedikit banyak menambah wawasan. Menang, sih, kadang-kadang, saya masih membaca webtoon romansa atau nonton drama korea, huft.
  2. Diskuji dalam kajian. Entah itu dalam sebuah majelis atau online. Tapi memang lebih banyak online. Tapi yang paling saya harapkan adalah bisa mengikuti seminar atau workshop islamic parenting.
  3. Praktekkan. Pelan-pelan tapi pasti dalam kehidupan sehari-hari, karena saya memang belum siap dengan perubahan drastis dalam hidup saya, padahal agama yang melindungi saya tapi saya masih sedikit menjauh. Kenapa susah sekali berkomitmen?
  4. Ajarkan. Pada anak dan suami, dimulai dari hal kecil seperti mengucap salam setiap pagi saat Izza bangun tidur. Alhamdulillah sampai saat ini masih terlaksana. Semoga nantinya bis menularkan ilmu pada sesam umat.


"Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut."
  • Saat membaca materi tentang Adab Menuntut Ilmu, banyak sekali hal yang menusuk hati dan membuat saya nostalgia ke masa dulu dimana saya sangat sering mengabaikan hal-hal yang menurut saya remeh. Mengacuhkan orang-orang yang saya anggap tidak penting dan tidak berurusan dengan hidup saya. Saya seperti gelas bocor yang susah sekali menerima masukan dari orang lain. Sombong dan sok tahu, itulah hal pertama yang mulai saya ubah hanya saja masih terkesan lamban. Butuh lecutan tajam agar saya bisa stop untuk bersikap arogan karena sebenarnya saya yang butuh belajar.
  • Berhenti untuk berpikiran negatif. Biasanya saya akan menyerah terlebih dulu jika ada hal yang saya anggap sulit. Contohnya, memakai rok yang merupakan musuh terbesar dan tidak akan pernah saya pakai. Asalannya, gak kece! Sepele, bukan? Hingga di awal tahun 2015 saya mengikuti kajian dari Mbak Peggy Melati Sukma (di kantor tempat kerja silam) yang bercerita tentang proses hijrah beliau dan menggugah hati saya. Oke, ayo pakai rok dan jilbab lebar. Meski beberapa kali harus kucing-kucingan bahkan adu argumen dengan satpam bahkan HRD perusahaan (aturannya memang tidak boleh pakai rok, harus pakai celana). Pelan-pelan, saya bisa memakai rok bahkan gamis hingga sekarang. Hal itupun saya coba terapkan pada sisi kehidupan yang lain, stop berpikir negatif, karena saya bisa, Insyaallah.
  • Catat, jangan menghapal. Karena dulunya saya sombong, arogan, dan sok tahu, maka saya jarang mencatat. Ah, pasti ingat! Nyatanya, zonk! Tidak jarang saya kebingungan sendiri jika mencari jawaban yang sebelumnya sudah pernah saya dapatkan. Saat ini mulai terbiasa untuk menggarisbawahi catatan penting, membuat catatan kaki, simpan halaman browser, atau salin materi kajian. Akhirnya saya menjadi seorang blogger yang suka menulis, meski sering vakumnya, hehe.
  • Komitmen. Ya Allah, mau komitmen kok susah banget ya? Sering melencengnya, ingkar sekali dua kali menjadi ingar sering kali.

Alhamdulillah, beberapa pertanyaan sudah bisa saya jawab meski pada beberapa poin malah menimbulkan pertnyaan baru. Inilah jawaban saya yang Insyaallah paling jujur untuk Nice Homework pertama dari Institut Ibu Profesional, disinilah saya sekarang mencoba untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya, mengeruk pengetahuan sebanyak-banyaknya dari semua peserta dan fasilitator. Ya Allah, berkahilah.

#NHW1_AyuCitraningtias_IIPKalimantan1 http://www.gendhiss.com/2017/05/adab-menuntut-ilmu.html


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^