[BeraniCerita#01] Kursi Goyang


Kursi goyang itu berderit dan bergerak lambat. Aku melihat seorang lelaki bersarung dan memakai baju safari warna coklat usang. Peci hitam itu tak lain adalah milik ayah. Ah, ternyata lelaki itu memang ayah. Aku berjalan lambat menuju kursi goyang itu. Aku melihat ayah sedang menikmati rokok tembakau dan kue cucur yang selalu disediakan ibu di sore menjelang maghrib. Aku duduk bersimpuh dibawah kaki ayah dan menyalami tangan dinginnya.
“Kenapa kau baru datang berkunjung anakku? Ayah sangat merindukanmu.”
Ayah mengusap rambutku dengan lembut saat aku sandarkan kepalaku di tungkai ayah. Aku selalu merindukan saat-saat seperti ini. Menjelang maghrib ayah selalu mendongengkan sejarah pewayangan untukku. Kadang ayah juga menyanyikan tembang jawa dengan suara ala kadarnya. Dengan wajah lelahnya, dia tak pernah surut semangat untuk bercerita kepadaku.
“Ambillah lukisan itu.” Ayah menunjuk salah satu dinding rumah kami yang sudah berkarat tanah. Aku berdiri dan berjalan menuju lukisan tua itu. Lukisan itu penuh debu, warnanya sudah usang.
“Dewi Srikandi…” Kataku sambil memberikan lukisan itu kepada ayah.
“Dewi Srikandi adalah panutan bagi prajurit wanita. Dia adalah wanita yang bertanggung jawab. Srikandi menjadi senapati perang dan menghabisi musuh Pandawa. Jadilah Srikandi di masa depan anakku. Ayah selalu bangga kepadamu.”

Aku mengangguk pelan dan tersenyum simpul kepada ayah. Aku bahagia bisa melihat ayahku lagi. Sudah sangat lama aku tidak berkunjung ke tempat ini. Dan sejak itu aku tidak pernah melihat kursi goyang ayah bergerak lambat menjelang maghrib. Kursi goyang itu sudah usang dan rapuh. Mungkin seluruh bagian rumah ini telah rapuh.

“Ayah, bernyanyilah untukku.” Ayah terdiam dan menatapku lamat-lamat. Bibirnya mulai bergerak.

Lir ilir lir ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh penganten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro

Kursi goyang itu perlahan mulai berhenti, suara ayah menjadi lirih dan semakin sulit untuk didengarkan. Aku merindukanmu ayah.

***
note: 302 kata


10 comments:

  1. Replies
    1. Kalau ayahnya masih ada dikunjungi mbak, kalau ayahnya (maaf) sudah tidak ada mari dikirimkan doa yang terbaik :)

      Delete
  2. Huhuhuu... cerita nya bikin sedih :)

    Anak saya lagi belajar lagu lir ilir yg diajarkan mbah uti nya hehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya dulu diajarkan kakek saya mbak lagu itu. sama lagu sluku-sluku bathok.

      Delete
  3. Nice one ;)
    btw, Srikandi was another woman. Dia prajurit perempuan, tapi penggoda suami orang T.T *lost focus*

    ReplyDelete
    Replies
    1. wihihihi,, ada beberapa versi ceritanya mbak, kalo versi pewayangan Jawa Srikandi jadi istrinya Arjuna, cmiiw :)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^