credit |
Tubuhnya
yang hitam kekar menggeliat di atas ranjang papan tanpa kasur, matanya
membelalak ke seluruh penjuru rumahnya. Kumisnya yang tebal bersungut saat tak
didapati istrinya di seluruh rumah. Kemarahannya
membuat wajahnya semakin legam. Mulutnya pun mulai menggerutu tak tentu. Meledaklah
amarahnya seketika.
“AVANTI!!
Dimana kau?”
Diulangnya
sekali lagi menelisik ke seluruh penjuru rumahnya, namun tetap saja tak
ditemukan keberadaan istrinya. Dia semakin geram, tangannya mengayun kursi kayu
dan membantingnya ke tanah. Segala yang dilihat matanya menjadi sasaran
kalapnya emosi.
Sorot
matanya menajam mendengar suara kucing dari balik pintu dapur rumahnya. Dengan langkah
gesit dia menuju dapur dan mencari suara manja sang kucing.
“AVANTI!!!”
Seekor
kucing hitam dengan mata kuning menyala menatapnya tajam. Suara kucing yang
nyaring dan manja itu membuatnya semakin geram dan emosi. Diambillah sebuah balok kayu yang bertengger
tak berguna dari balik pintu dapur. Seketika balok kayu itu pun melayang ke
tubuh kucing hitam beberapa kali. Kucing hitam itu berlari terhuyun, namun
lelaki itu pun tak membiarkan kucing hitam itu lolos dengan selamat. Beberapa
kali balok kayu yang ditangannya menghempas tubuh dan kepala sang kucing hingga
tak berdaya.
Meoong…
Suara
kucing hitam itu pun semakin lemah. Akhirnya lelaki itu membiarkan kucing itu
pergi dengan beberapa boncel pada tubuh kurusnya.
*****
Avanti
berjalan terseok menuju rumahnya. Badannya penuh luka lebam, kain sari yang dia
gunakan sobek dimana-mana. Rambutnya terurai sembarang. Dengan wajah yang
merintih dan bekas darah yang mengalir dari hidungnya, dia menghampiri suaminya
yang duduk lesu di atas kursi reot.
“Apa kau mencariku, Suamiku?”
“Apa
yang terjadi denganmu, Avanti?”
“Kenapa
kau mencariku, Suamiku?”
“Aku
hanya ingin kau memotong kuku jempol kakiku yang memanjang ini. Aku tak dapat
melakukannya sendiri. Apa yang terjadi dengamu, Avanti? Jelaskan padaku!”
Istrinya
tak menjawab, mata kuning yang biasanya menyala terang kini terlihat lelah saat
menatap suaminya. Lelaki itu tercekat mengingat kejadian siang tadi saat dia
bertubi-tubi memukul seekor kucing hitam dengan balok kayu. Kucing hitam itu
bermata kuning menyala. Pikirannya menelisik cerita warga tentang kemampuan
wanita suku Bengali asli yang bisa mengubah wujud menjadi seekor kucing hitam.
“Aku
membawakan kau 3 butir telur angsa dari kandang di ujung sana. Untung pemiliknya
tidak membakarku saat mengetahui aku mencuri telur angsanya.”
Maafkan
aku, Avanti. Aku tak tahu.
*****
364 kata
>.<
ReplyDeleteaku memang tidak suka dengan kucing, tapi sebisa mungkin aku tak pernah mau menyakiti kucing atau hewan lainnya..
*salah fokus :D
Ceritanya bagus mbak, namun endingnya kurang mengigit. hehehe...
menurutmu endingnya seperti apa?
DeleteWaahh istrinya sendiri digebukin yah.
ReplyDeleteNo No. coba dibaca lagi :)
DeleteKDRT, NIH! BHAHAHA, WAH! CAPSLOCKNYA GAK BISA MATI! GIMANA, NIH! WAAAAAAaaaaaa, nah normal lagi.... ;-)
ReplyDeletesuaminya baru tau apa gak tau kalo istrinya bisa jadi kucing? Iseng bgt, marah2 cuma pengen dipotongin kuku kakinya... Ckckck
Coba dibaca lagi bang, entar pasti tau ending yang sesungguhnya :)
Deletesalam, bagus ceritanya, ternyata ada ya suku yang bisa begitu, suku Bengali itu di mana mbak?, jadi nambah pengetahuan ku.
ReplyDeleteDi Bangladesh, itu hanya mitos sih, bener gak nya belum tau pasti :)
DeleteHuaa :o
ReplyDeleteHayoo kenapa mbak? :D
Deletengeri ngeliat kucing warna hitam mba...
ReplyDeleteSaya juga serem ngeliat kucing hitam, berasa mistis hehe
DeleteIh selalu keren tulisannya ngiri deh kalao masih mudah udah pinter nulis
ReplyDeleteSaya juga masih belajar mbak, semangat belajar bikin FF :)
DeleteMasih bingung dg endingnya. Mungkin aku harus baca lg ;)
ReplyDeleteHayo tebak, gimana endingnya :D
Deletehuwahhh... baru tau ternyata wanita suku Bengali bisa begitu..
ReplyDeleteMitos lho mbak hehe
Deletemitos cerita ini bagus :)
ReplyDelete