credit: dokumen pribadi Hana Sugiharti |
Seperti biasa, sore hari setelah memandikannya, aku mengajak Kenya bermain sembarang di ruang tamu. Kadang menata balok-balok kayu mainan atau sekedar mengajarkannya kosa kata baru.
"Kenya... Bunda mana, Nak?"
"Baa."
Sambil menunjukkan deretan gigi mungil dan bersih, Kenya berusaha untuk menyebut namaku. Cuma itulah kata yang keluar dari mulut Kenya saat aku menyebut kata 'bunda'. Momen seperti inilah yang sangat aku suka, sembari menunggu ayahnya pulang ke rumah, aku bercengkrama dengan Kenya tentunya dengan bahasa yang hanya dia sendiri yang menegrti.
Dengan mulut komat kamit seperti merapal sesuatu, aku memperhatikan bidadari kecilku ini memainkan tongkat peri mainan yang dibelikan ayahnya. Seketika dia berdiri dengan mulut terus bergumam lalu menoleh ke arah jendela di samping pintu rumah. Kakinya mulai bergerak dan berjalan sedikit cepat ke arah jendela.
Aku memperhatikan tingkahnya, aku ingin tahu seberapa jauh perkembangan Kenya.
Sambil berjinjit Kenya terus berjalan keluar rumah dan berhenti tepat di depan jendela besar di samping pintu rumah. Tangan kanan yang memegang tongkat peri diayunkan ke kanan dan ke kiri. Aku melihatnya dari balik jendela, kepalanya sedikit terangkat dan wajahnya meringis dan mulutnya tetap berkomat kamit. Sedang apa kau ini, Nak? bathinku. Aku terus memperhatikannya, Kenya kemudian jongkok di depan jendela, tangan kirinya berpegang pada kusen jendela yang cukup rendah untuk diraihnya.
"Kenya, kenapa?"
Tanyaku yang kemudian duduk bersimpuh tepat di hadapannya. Aku tak dihiraunya, mulutnya terus merapal kata yang tak kumengerti dan wajahnya meringis.
"Ba. Baa."
Hanya kata itu yang kudengar jelas. Kurasa, Kenya ingin menyampaikan sesuatu padaku. Maksud hati ingin segera menggendongnya, namun Kenya berontak enggan. Ditolaknya tanganku kemudian dia berdiri dan berlari kecil ke dalam rumah dan berhenti di balik jendela.
Tangan mungilnya dihentakkan ke kaca jendela dan mulutnya serasa memanggil namaku. Apa yang terjadi dengan anak ini? Segera aku menghampirinya dan berusaha untuk menggendongnya.
Seketika aku mencium bau tak sedap di dalam rumah yang semakin lama semakin memabukkan.
"Baa. Ba."
"Oalah, Nak. Kenya pup ternyata."
Aku menggeleng dan tersenyum bahagia.
*****
Keterangan:
Berdasarkan kisah nyata dari salah satu teman kantor, dimana anaknya jika ingin buang air besar selalu menuju ke balik jendela. Cerita ini telah disetujui untuk dipublikasikan :)
waktu liat judulnya aku kira kenya nama negara loh, hehehe...
ReplyDeleteNdak tau mau ngasih judul apa.. hihihihi
DeleteGanti ah judulnya :D
Wah bikin dua ya... hemmm trnyta tongkat peri dan merapal mantra cuma buat twist... hehe
ReplyDeleteiya Jun, yang pertama gambarnya kuganti, otomatis ceritanya beda :)
Deletejangan diganti mba judul nya, bagus judul nya "Kenya Anakku", ceritanya bagus dan hidup, pada akhir kisah ternyata memang kisah nyata...hahahaa. Salam.
ReplyDeleteuda kuganti mas, awalnya bukan itu hihi
Deleteweleh ada dua toh..pantesan prasaan td udah koment kok gak ada hehe...
ReplyDeletewkwkwwk...dah bikin pusing ternyata malah beol...:P
wkwkkwkkk... bebi kalo pup kan gak bisa ngomong :p
Deleteha ha ha... pup ternyata...
ReplyDeletehoree ketipuuu :p
Deletewaduh pantes ada aroma mak..hehe..great mak
ReplyDeletexiixixixi... mamacih :D
Deletepas baca : |Tanyaku yang kemudian duduk bersimpuh tepat di hadapannya. Aku tak dihiraunya, mulutnya terus merapal kata yang tak kumengerti dan wajahnya meringis.| sempet merinding, kukira anaknya kesurupan.
ReplyDeleteternyata :D
bagus mbak.
hehehhe.. anak kecil klo mau pup kan suka ngedumel :D
Deletewah lagi ikutan kontes ya mbak?
ReplyDelete*cengo
bagus lho ceritanyaa :)
bukaan.. prompt FF setiap senin :)
Deletehihihi lucu banget, jadi kayak kebiasaan ngintip jendela :) pas pup.
ReplyDeleteheheh.. iya ada mbak yang seperti itu :)
DeleteLucuuuk :3
ReplyDeleteMakasih mbak nina :)
DeleteAiihh, disenyumin sama mbak Mimin :)
ReplyDelete