Adaptasi lagi. Baru seminggu saya tinggal di Sampit, tepatnya sih 4 hari selebihnya ikut suami dinas ke Palangkaraya. Biasanya kalau saya berkunjung ke Kalimantan cuma dalam waktu yang singkat, paling lama 4 hari lalu pulang. Tapi hingga sekarang saya masih ada di sini dan saya ingin pulang. Gak krasan? Mungkin bisa dibilang seperti itu. Segala hal yang ada di sini adalah terbaru dalam hidup saya. Adaptasi yang harus saya lakukan benar-benar ekstrim dan bertolak belakang dengan kehidupan saya empat tahun terakhir ini. Setelah berkelut dengan kehidupan yang penuh dengan hingar bingar harus berubah drastis menjadi orang pedalaman. Biasanya melihat lampu berpendar di mana pun mata terbuka, kini hanya bisa melihat lampu jika ada di dalam rumah. Saya menjadi drama queen setiap harinya, tidak cocok ini dan itu, tidak suka ini dan itu. Ingin ini dan itu tapi susah mendapatkannya. Mungkin hari-hari pertama terasa berat untuk semua orang termasuk saya, tapi adaptasi paling baru ini benar-benar berat untuk saya meskipun sudah terbiasa hidup nomaden. Ya, selama ini kan pindah domisili ke tempat yang dibilang kota dengan banyak fasilitas, sedang sekarang minim fasilitas. Saya bukan mengeluh, tapi ya sebut saya saya sedang mengeluh lewat tulisan ini. Tapi hanya dengan menulis saya merasa mempunyai teman, karena di sini sangat sulit untuk bergaul. Tetangga hampir semua rekan kerja suami yang notabene belum berkeluarga, jadi tidak ada perempuan di dalamnya. Tidak ada organisasi khusus istri karyawan di rayon yang sekarang. Then, I have no one to share my thought, excluded my husband because all I need is women, haha.
Soal fasilitas memang sangat terbatas, tidak seperti Jakarta. Ya memang tidak bisa dibandingkan. Saya tidak mencari mall tapi paling tidak ada tempat bagi saya untuk berlari saat menggunakan
me time. Tempat wisata pun jauh dari kota yang saya tinggali sekarang, harus menempuh puluhan kilometer dan minimal 4 jam hanya untuk pergi ke bioskop. Jadi kalau mau nonton total pulang pergi adalah 8 jam, sediiihhhh. Untungnya, setidaknya ada supermarket besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga meskipun tempatnya juga lumayan jauh. Dan yang sedikit membuat saya gak krasan lagi adalah adanya rumah sakit yang cuma satu yaitu rumah sakit umum daerah yang konon terbatas peralatan medisnya. Tapi ya semoga sehat terus jadi gak perlu pusing mikir nyari rumah sakit yang bagus. Suhu udara semakin lebih
panas daripada di Cikarang. Galau sepanjang hari, itulah yang saya rasakan. Sempat sekali telepon mama dan bilang gak krasan malah kena omel
“ikut suami kok gak krasan”, bukan karena ikut suami tapi karena akomodasi. Kalau ada suami mah betah-betah saja seharian di rumah, hehe. Adakah tips dari kalian untuk
adaptasi di tempat sunyi seperti saya? Bagi dong, butuh
advice dari banyak pihak. Terima kasih.