Showing posts with label Sampit. Show all posts
Showing posts with label Sampit. Show all posts

Tahun Baru, Rejeki Baru, Tanggung Jawab Baru

Patung Ikan Jelawat, ikon Kota Sampit
Patung Ikan Jelawat, ikon Kota Sampit
Tahun Baru, Rejeki Baru, Tanggung Jawab Baru – Ini adalah postingan pertama di tahun 2017, menyempatkan diri disela-sela ‘bermain’ dengan anak dan aktivitas pindahan rumah dalam rangka suami yang kena mutasi. Beberapa bulan terakhir ini memang aktivitas ngeblog sedikit terhambat, disamping karena sudah malas gerak sejak ngurus anak, terputusnya akses wifi juga membuat semakin malas, kode untuk suami agar pasang wifi lagi, hehe. Tepat di awal tahun baru, kabar bahagia datang pada keluarga kami atas seijin Allah yang Maha Kuasa. Suami akhirnya mutasi! Ada beberapa orang yang merasa tidak bahagia dengan adanya mutasi ini, tapi Alhamdulillah pindahan kali ini membawa rona segar bagi kami karena mutasi ke kota yang lebih ramai dibanding Sampit, yaitu Palangkaraya.

Gerhana Matahari Total di Sampit, 9 Maret 2016

Gerhana Matahari Total di Sampit, 9 Maret 2016
Gerhana Matahari Total di Sampit, 9 Maret 2016
Gerhana Matahari Total di Sampit, 9 Maret 2016 – Bismillahirrohmanirrohiim, tanggal merah hari ini saya dan suami tidak mau bermalas-malasan di pagi hari, biasanya setelah subuh tidur lagi, hehe. Langsung mandi dan berangkat mencari masjid yang mengadakan sholat berjamaah sholat sunnah gerhana matahari yang terjadi di Indonesia setelah 30 tahun yang lalu. Sayangnya sedari subuh sudah turun hujan yang bisa dibilang cukup deras padahal beberapa hari sebelumnya terang benderang, nothing to lose lah, tidak bisa melihat gerhana matahari total pun tak apa yang penting melaksanakan ibadah sunnah terlebih dahulu. Awalnya tetangga mengajak kami ke lokasi bandara karena ada tanah lapang tapi jauh dari masjid besar, jadi kami berdua berangkat sendiri.

[Review] Gerobak Cokelat Sampit

[Review] Gerobak Cokelat Sampit
[Review] Gerobak Cokelat Sampit
[Review] Gerobak Cokelat Sampit – Gerobak Cokelat merupakan salah satu kafe yang sudah populer di beberapa kota dan Alhamdulillah di Sampit telah dibuka cabang sejak oktober 2015. Sebenarnya saya dan suami bukan tipe pasangan yang suka nongkrong di kafe sambil ngerumpi ngalor ngidul, hanya saja kami punya hobi yang sama yaitu doyan makan. Memang, sih, tak banyak tempat makan baru yang bisa kami coba selama tinggal di Sampit, karena sebagian besar juga mirip dengan yang ada di Jawa, tapi ya tetap saja agenda plesir dan kuliner tetap diselipkan dalam satu minggu. Kadang, kami mengunjungi tempat makan yang sama selama tiga minggu berturut-turut, hehe.

Misteri Hilangnya Helm

Helm Bogo
sumber
Misteri hilangnya helm – Hari ini saya ingin sedikit berkeluh kesah tentang kejadian kehilangan benda yang sama secara berturut dalam waktu berdekatan. Dari judulnya sudah terlihat bahwa benda-benda it adalah helm. Benar, sih, hanya helm, tapi jika itu helm yang baru dibeli dan hilang berkali kali pun rasanya bikin sakit hati juga. Sebelum membeli helm baru saya biasa memakai helm suami, tapi karena kami sering keluar berdua menggunakan motor akhirnya memutuskan untuk membeli helm. Ehem, namanya juga wanita, pengennya punya helm yang bagus dan keren, yang modelnya tidak umum di pasaran dan berbeda dengan helm suami. Sayangnya penjual helm di Sampit tidak menjamur seperti di Jawa, hanya ada beberapa toko penjual helm yang lokasinya juga cukup jauh dari rumah. Dan berikut adalah dua misteri hilangnya helm yang baru saya beli dalam waktu yang cukup berdekatan.

Drama Pasang Indihome: Bagian 2

Baca Dulu : Drama Pasang Indihome: Bagian 1

Sepulang dari kantor telkom untuk mengajukan komplen perihal tawaran pemasangan jalur gelap kami tidak berharap lagi untuk pasang indihome di rumah. Wes kadung marah dengan sikap tidak profesional para frontliner yang ternyata seperti ikut andil dalam permainan uang tersebut. Tapi mungkin Tuhan ingin menjawab itikad baik kami memasang dengan jalur resmi, 3 hari kemudian suami mendapat tamu dari orang telkom di kantornya. Kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan baik, suami menceritakan kejadian yang kami alami kepada orang telkom yang ternyata asisten manajer bagian pemasangan jaringan. Siang itu juga asisten manajer tersebut bersama dengan seorang rekan kerjanya tiba-tiba datang ke rumah dan menanyakan perihal yang sama dan saya pun menceritakannya seperti yang saya tulis pada bagian 1. Setelah meminta maaf dan meminta kontak pribadi oknum teknisi, mereka beruda pamit untuk survey lokasi jaringan terdekat dan undur diri. Selang dua jam kemudian, dua orang telkom lain kembali datang ke rumah yang ternyata asisten manajer bagian pelayanan plasa telkom. Dan kali ini sedikit lebih rumit karena beliau meminta saya menghubungi kembali teknisi yang memberi tawaran gelap pada saya. Dengan keberanian yang sedikit menciut, saya menelpon teknisi tersebut dengan mode pengeras suara. Anehnya, teknisi tersebut berkata tidak perlu lagi membayar biaya tambahan dan akan mencarikan alternatif lainnya lalu sms saya yang isinya sudah mendapat alternatif lain (ini aneh sekali, kalimat yang bertolak belakang dengan tawaran sebelumnya, mungkin dia sudah ditegur oleh bosnya). Setelah itu, sang asisten manajer bagian pelayanan mengatakan pada saya kalau beliau baru saja menghubungi tetangga saya dan meminta penjelasan perihal permaian uang tersebut. Parahnya, tetangga saya berbohong dan berkata dia tidak memberikan uang pada teknisi. Untungnya, semua pesan melalui sms yang berisi penawaran dari teknisi masih saya simpan dan saya tunjukkan pada beliau berdua. Terjawab, kan siapa yang bohong.

Drama Pasang Indihome: Bagian 1

Paket dan harga indihome untuk wilayah Sampit
Paket dan harga indihome untuk wilayah Sampit
Drama pasang indihome ini dimulai saat saya dan suami memutuskan untuk mengganti TV berlangganan lokal karena perut saya yang semakin membuncit sehingga tidak bisa klayapan mencari wifi gratis. Sejak saya hamil, suami juga makin sering bawa kerjaan di rumah daripada lembur di kantor sehingga pemborosan paket internet di ponsel semakin membengkak. Untuk menghemat pengeluaran akhirnya kami memutuskan untuk pasang indihome karena tetangga persis sebelah rumah juga sudah pasang. Tapi ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, ada beberapa drama yang harus kami alami hingga akhirnya sekarang bisa menikmati internet unlimited 24 jam.

Sedihnya Tinggal di Sampit

Selamat datang di Sampit
Selamat datang di Sampit (sumber)
Sedihnya tinggal di Sampit itu, tidak ada cabang bank dari rekening bank yang saya buka yaitu cimb niaga dan bri syariah. Dari semua bank, kedua bank itulah yang menjadi pilihan saya, niaga karena dulu menjadi rekening payroll dan ternyata saya terlanjur nyaman menggunakannya terutama untuk internet bankingnya. Sedangkan bri syariah untuk tabungan jangka panjang karena biaya admin lebih murah. Sayangnya, kedua bank tersebut belum membuka cabang di Sampit. Untuk bri syariah masih bisa saya akali menggunakan bri konvensional untuk setor uang atau tarik tunai, tapi untuk kegiatan seperti deposito atau keperluan lainnya sedikit susah. Rencananya saya memang ingin membuka deposito dan merencanakan tabungan emas yang bisa dibeli melalui bank syariah. Sayangnya, memang belum ada cabang di Sampit, jika terpaksa mungkin akan saya lakukan di Palangkaraya saat ada kesempatan pulang kesana. Dan untuk niaga, hampir semua traksaksi menggunakan bank ini diantaranya tarik tunai dari mesin atm yang membuat sedikit boros karena harus terkena biaya admin yang cukup  mahal. Transfer antar bank, honor menulis, transaksi belanja online, hingga bulanan dari suami, semua menggunakan bank niaga jadi ya antara boros biaya admin atau tarik tunai saja sih. Terlebih lagi ada cukup banyak program dari bank cimb niaga yang saya lewatkan seperti nonton di bioskop dengan poin ekstra yang tidak berlaku di Kalimantan atau potongan makan di restoran. Inginnya sih membuka tabungan baru dari bank yang cukup banyak cabangnya seperti mandiri atau bca, tapi jika dipertimbangkan ulang, membuka rekening baru juga bisa membuat pemborosan, hehe.

Pantai Sei Bakau, Seruyan

Pantai Sei Bakau, Seruyan
Pantai Sei Bakau, Seruyan
Pada postingan sebelumnya saya bercerita tentang kunjungan wisata ke Pantai Ujung Pandaran yang ada di Teluk Sampit yang sayangnya sedikit mengecewakan karena kondisi pantai yang tidak terawat. Berhubung hari masih siang, saya, suami, dan beberapa teman dalam satu mobil melanjutkan perjalanan ke kampung sebelah yang notabene jaraknya cukup jauh yaitu satu jam perjalanan untuk mencari satu pantai lagi yang katanya cukup indah untuk dinikmati wisatawan. Akhirnya kami sampai di pantai Sei Bakau yang ada di kabupatenSeruyan yang masih menjadi bagian dari Kalimantan Tengah.

Pantai Ujung Pandaran Yang [Tidak] Memesona

Pantai Ujung Pandaran
Kondisi pantai dengan kayu berserakan karena terbawa ombak
Hidup di Sampit bukan berarti saya terus berdiam diri saja di rumah atau bermain di kantor suami, segala cara saya lakukan agar setiap akhir pekan saya dan suami piknik meskipun hanya sekedar menyeberang sungai menuju MentayaSeberang. Sempat mencari di dunia maya perihal tempat wisata di sekitar Sampit yang sekiranya layak untuk dikunjungi dan saya menemukan satu pantai yang terletak di Teluk Sampit yaitu Pantai Ujung Pandaran.

Pemadaman Bergilir Karena Tower Transmisi Roboh

Pemadaman Bergilir Karena Tower Transmisi Roboh
Tiang transmisi yang roboh menimpa rumah warga
Pemadaman bergilir karena tower transmisi roboh. Pemadaman bergilir saat ini sedang kami rasakan sebagai warga Kalimantan Tengah karena robohnya tower transmisi 150kV atau yang biasa disebut dengan tiang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Palangkaraya. Robohnya tiang SUTT sebanyak 7 buah itu terjadi pada Minggu kemarin karena badai atau angin puting beliung yang memang sangat kencang sekali. Dan malangnya robohnya tiang tersebut mengenai rumah penduduk dan sebuah gereja.

#MelawanAsap

Kalimantan darurat asap.

Sumatera darurat asap.

Indonesia darurat asap.

Sudah hampir tiga bulan saya tinggal di Sampit yang selalu diselimuti kabut asap yang semakin hari semakin pekat dan tebal. Katanya sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi kabut asap seperti membuat hujan buatan, yang sayangnya hanya untuk kota tertentu saja tidak untuk semua wilayah. Menurut kabar di televisi, katanya kabut asap sudah menipis berbeda dengan NASA yang mengatakan kabut asap semakin tebal dan merupakan kabut asap terparah sejak 18 tahun terakhir. Memang bencana ini sudah puluhan tahun dialami oleh warga Indonesia, sayangnya belum ada penanganan yang pasti untuk membuat bencana kabut asap benar-benar berhenti dan tidak terulang lagi. Setiap tahun selalu berulang, padahal sejak dulu sudah tahu kalau kabut asap terjadi karena kebakaran yang disengaja oleh oknum tertertu yang tamak akan uang. Secara teori, membakar lahan dan hutan memang cara yang paling ampuh dan cepat untuk membuka lahan baru yang subur. Biasanya lahan baru tersebut untuk membuka kebun sawit atau kopi. Otak bisnis yang kebablasan membuat orang menggunakan segala cara termasuk mengorbankan nyawa jutaan manusia. Orang seperti itu pantas disebut manusia, huh? Mirisnya lagi, sebagian oknum pengusaha tersebut tidak mempunyai ijin mendirikan lahan perkebunan, di Palangkaraya saja ada 30 pengusaha gelap yang sudah dijadikan tersangka. Mau sampai kapan negara kita terus dalam kondisi seperti ini?

Drama Terbang dalam Kabut Asap

Saat ini saya sedang berada di Makassar karena suami ada tugas dinas di daerah Gowa, sedang saya menginap di kawasan Sam Ratulangi. Tapi yang ingin sedikit saya ceritakan adalah betapa susahnya perjalanan yang kami tempuh untuk sampai di pulau Sulawesi ini. Banyak drama yang terjadi yang dimulai pada hari Jumat lalu. Maskapai yang ada di bandara H. Asan Sampit idak melayani penerbangan langsung Sampit – Makassar, pilihannya adalah Sampit – Surabaya – Makassar. Sayangnya, kabut asap di hari Jumat pagi masih pekat, kami belum beli tiket pesawat padahal hari itu juga harus membuat keputusan terbang. Untungnya suami mempunyai koneksi pegawai di bandara H. Asan dan tidak menyarankan untuk terbang dari Sampit karena saat sejak beberapa hari terakhir semua penerbangan dibatalkan, atas saran orang tersebut, kami pun harus terbang dari Palangkaraya meskipun tetap berjudi dengan kondisi. Menurut info, Palangka masih sama pekatnya dengan  Sampit, tapi kami tetap berangkat karena itu pilihan terbaik. Setelah sholat jumat, suami pulang dari kantor setelah memesan travel mobil dari Sampit ke Palangka yang harusnya berangkat jam dua siang berubah menjadi setengah empat karena supirnya terlambat. Drama selanjutnya adalah saya teler sepanjang 4 jam perjalanan karena supir yang membawa mobil dengan kecepatan 100 – 120 km/jam dengan kondisi jalan yang berliku dan naik turun. Ampuuunnnn.

Tempat Ngeblog Favorit di Sampit

Plasa Telkom Sampit
Nongkrong di Plasa Telkom demi unlimited internet
Karena bosan ngeblog di rumah, saya pun berpendar ke penjuru sampit untuk mencari spot-spot strategis yang menyediakan layanan wifi gratis. Sebenarnya lebih nyaman di rumah, bisa pegang laptop dengan model apa saja, tapi kok resah dan gelisah jika setiap hari harus di rumah. Lagi pula selama ngblog di rumah saya masih mengandalkan paket internet ponsel dan modem yang tidak cukup bagi saya jika ingin donwload Running Man dan The Return of Superman, hehe.

Borneo City dan Cara Menikmatinya

Borneo City Mall
Borneo City Mall, satu-satunya di Sampit
Hampir dua bulan saya tinggal di kota Sampit bersama suami tercinta. Pada postingan yang berjudul: Sekilas Tentang Sampit, saya berkata bahwa Sampit adalah kota kecil tanpa tempat plesir seperti mall dan bioskop. Pada awal bulan Juli, saat pertama saya menginjakkan kaki di tanah Borneo ini, suami membawa saya ke Borneo City Mall yang merupakan satu-satunya mall yang ada di Sampit yang belum bisa saya sebut sebagai mall karena belum ada isinya.

Hilangnya Hasrat Untuk Kuliah Lagi

Beraksi saat kuliah instalasi listrik
Ini saya saat mata kuliah instalasi listrik, meskipun rumit tapi saya suka. Abaikan bibir ndomble.
Hasrat untuk kuliah lagi sudah ada sejak saya masih bekerja di Cikarang dan masih terbawa hingga sekarang. Waktu di Cikarang dulu sudah mencari tahu kampus yang bisa menerima mahasiswa ekstensi dari D3 ke S1 plus membuka kelas karyawan. Setelah berkelana di internet dan bertanya sana sini saya mendapat dua rekomendasi kampus yang punya fasilitas seperti yang saya mau.

Bertandang ke Mentaya Seberang

Gapura di Mentaya Seberang
Gapura di Mentaya Seberang, pengennya foto dari depannya tapi sedang banyak pria berkumpul dan suami enggan untuk ke sana, maybe next time I can give you guys the great picture of it
Minggu lalu saya dan suami bertandang ke Mentaya Seberang karena rasa penarasan atas kampung yang berada di seberang sungai Mentaya. Menurut suami yang pernah bertandang ke daerah tersebut, Mentaya Seberang adalah nama daerah yang merupakan bagian dari Mentaya Hulu yang berisi beberapa rumah dan selebihnya adalah hutan.

Belanja di Pasar Kaget

Pada postingan sebelumnya, selama di Sampit saya mengatakan bahwa susah untuk belanja kebutuhan dapur apalagi untuk belanja bahan masak setiap hari. Ceritanya kan saya ingin masak setiap hari sehingga tidak perlu membeli makan di warung dan hal itu saya jadikan tantangan untuk diri sendiri yaitu masak sendiri. Bangun pagi yang kadang sebelum subuh untuk menyiapkan bahan masakan, kadang juga berjalan ke depan komplek untuk belanja sayur. Ke depan komplek di sini bukan berarti ada di depan gang perumahan, tapi harus keluar ke jalan raya yang lumayan jauh hanya untuk beli temu kunci. Dan ternyata temu kunci tersebut tidak ada, batal deh membuat sayur bayam. Akhirnya temu kunci dan daun salam saya temukan di hypermart.

Baca juga: Masak Sendiri, Jangan Beli di Warung
Belanja di Pasar Kaget
aneka sayur mayur di pasar kaget

Masak Sendiri, Jangan Beli di Warung

pesmol ikan mujaer
pesmol ikan mujaer
Masak sendiri, jangan beli di warung adalah tantangan yang saya buat untuk diri sendiri sejak menginjakkan kaki di tanah Sampit dan berkumpul dengan suami. Sudah cukup masanya suami harus makan masakan warung yang tidak bisa dipastikan gizi dan kebersihannya. Kalau gizi mungkin bisa dilihat secara kasat mata dari isi makanan tersebut, tapi faktor kebersihan belum tentu dijamin. Apalagi saya termasuk orang yang pemilih tempat makan, bukan makanannya tapi tempat makannya. Sebelum makan di luar pasti melihat lingkungan sekitar termasuk tempat cuci piringnya yang berakhir dengan membawa pulang makanan tersebut dan tidak makan di tempat. Alasan kedua ya karena ini seorang istri yang harus melayani suami termasuk menyiapkan makanan meskipun skill memasak masih ala kadarnya. Ditambah lagi saya masih belum berminat untuk mencari pekerjaan di luar rumah jadi dapur adalah tempat favorit selama seharian di rumah.

Sekilas Tentang Sampit

bandar udara Sampit
bandar udara Sampit
Hampir satu bulan saya tinggal di Sampit berdua dengan suami terganteng karena suami baru saja dimutasi dari Palangkaraya kira-kira 5 bulan lalu. Proses mutasi agaknya sedikit mendadak padahal kami sudah membeli rumah di Palangkaraya, jadi untuk di Sampit kami menyewa rumah karena menurut suami, di Sampit mungkin tidaklah lama. Sebagai pemanasan, saya akan sedikit menceritakan tentang kota ini. Pasti sudah banyak orang yang mengenal kota ini dengan sejarah kelamnya, tapi ada juga beberapa orang yang ternyata tidak tahu Sampit itu ada di pulau mana. Ini beneran, loh, teman sendiri bertanya di mana lokasi Sampit berada haha. Mengenang sejarah kelam yang pernah terjadi di kota ini memang tragis dengan begitu banyak korban tapi Alhamdulillah kota kecil ini sekarang damai. Hampir di setiap sisi kota dan keramaian akan sangat mudah dijumpai orang-orang asli Madura. Bahkan banyak penjual yang berasal dari Madura. Itu berarti kedamaian memang sudah tercipta antara dua suku tersebut. Semoga selalu damai dan tentram ya. Sampit itu kota kecil yang rapi dan bersih. Tata kotanya tidak berantakan dan di sepanjang jalan atau tempat umum tidak pernah saya jumpai tumpukan sampah atau sampah yang berceceran. Tak heran jika kota Sampit mendapat penghargaan Adipura.

Mudik 12 Jam

Rute Sampit - Palangkaraya
Rute Sampit - Palangkaraya
Tahun ini akhirnya saya merasakan mudik berdua dengan suami setelah saya diputuskan untuk diboyong ke Sampit dengan sangat mendadak. Seneng rasanya bisa mudik dengan kekasih tercinta. Untungnya kan di Sampit sudah ada bandara yang melayani rute langsung ke Surabaya, meskipun bandaranya kecil yang penting kan tetap memudahkan langkah kami untuk mudik. Sayangnya keinginan tidak selalu sesuai dengan kenyataan.