Saat ini saya sedang berada di Makassar karena suami ada tugas dinas di daerah Gowa, sedang saya menginap di kawasan Sam Ratulangi. Tapi yang ingin sedikit saya ceritakan adalah betapa susahnya perjalanan yang kami tempuh untuk sampai di pulau Sulawesi ini. Banyak drama yang terjadi yang dimulai pada hari Jumat lalu. Maskapai yang ada di bandara H. Asan Sampit idak melayani penerbangan langsung Sampit – Makassar, pilihannya adalah Sampit – Surabaya – Makassar. Sayangnya, kabut asap di hari Jumat pagi masih pekat, kami belum beli tiket pesawat padahal hari itu juga harus membuat keputusan terbang. Untungnya suami mempunyai koneksi pegawai di bandara H. Asan dan tidak menyarankan untuk terbang dari Sampit karena saat sejak beberapa hari terakhir semua penerbangan dibatalkan, atas saran orang tersebut, kami pun harus terbang dari Palangkaraya meskipun tetap berjudi dengan kondisi. Menurut info, Palangka masih sama pekatnya dengan Sampit, tapi kami tetap berangkat karena itu pilihan terbaik. Setelah sholat jumat, suami pulang dari kantor setelah memesan travel mobil dari Sampit ke Palangka yang harusnya berangkat jam dua siang berubah menjadi setengah empat karena supirnya terlambat. Drama selanjutnya adalah saya teler sepanjang 4 jam perjalanan karena supir yang membawa mobil dengan kecepatan 100 – 120 km/jam dengan kondisi jalan yang berliku dan naik turun. Ampuuunnnn.
kondisi bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya |
kondisi bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya |
Drama ketiga adalah kunci rumah yang masih di tangan developer, bola lampu yang belum dipasang, dan kasur yang masih ada di rumah tetangga sedangkan dia dinas ke Banjarbaru. Akhirnya kami mendarat di kantor PLN dan mencari hotel, kalau bisa yang murah, untuk menginap semalam. Pilihan jatuh pada Amaris Hotel Palangkaraya meskipun harga per malam jauh dari perhitungan, haha. Drama keempat adalah kabut asap yang cukup pekat di pagi hari dan kian pekat menjelang siang. Tiket sudah dibeli, tinggal berdoa saja. Jam 10 siang mendapat sms dari Citilink kalau penerbangan mundur satu jam dari jadwal, sedikit lega karena tidak dibatalkan. Sekitar jam 1 kami sudah di bandara dan mendapat info, pesawat terlambat datang sedangkan kabut asap semakin tebal saja. Jam 2 siang akhirnya kami berangkat ke Surabaya dengan perasaan sedikit cemas dengan kondisi kabut.
Drama kesekian adalah janji temu kangen dengan orang tua batal karena waktu transit kami cuma satu jam, harusnya 4 jam. Niat makan bersama di depot bebek Harisa pun batal dan kami pun masuk restoran fast food, haha. Kali pertama dalam hidup saya naik pesawat dua kali dalam satu hari dengan rentang waktu yang cukup dekat dan itu mmebuat drama baru yaitu untuk kali pertama telingan saya berdenging sepanjang penerbangan menuju Makassar dan rasanya sakit sekali. Tapi Alhamdulillah sampai Makassar dengan selamat. Semoga drama kabut asap segera berakhir, langit kembali biru dan cerah, udara kembali bersih, semua penerbangan kembali lancar, dan semua tersangka tertangkap dan mendapat hukuman setimpal, aamiin.
Penuh kejadian yang tak terduga dalam perjalanan dinas suami tercinta...bahaya sekali kalau terus nekat dalam kondisi penuh asap pekat.
ReplyDeleteresiko sih yaa.. kalo ditinggal malah kena asap tiap hari
Deletealhamdulillah sampai makassar dengan selamat ya mbak..saya deg2an nih bulan depan mau terbang,semoga Riau sudah g berasap lagi
ReplyDeleteaamiin.. semoga drama asap segera berakhir ya mbakk
DeleteAlhamdulillah, sampai tujuan dengan selamat..
ReplyDeleteAlhamdulillah.. skrng tinggal deg2an buat balik lagi ke sampit, takut ga ada penerbangan
DeleteSama yu aku klo dah mau landing kuping sskit ruaaarr biasa
ReplyDeleteIni aku baru kali pertama sih mba.. kayaknya krn kelamaan di pesawat
DeleteYa ampun full drama. Alhamdulillah bisa dilalui semua. Memang ngeri terbang ditengah kabut. Nggak bisa lihat apa2 diluar.
ReplyDeletePas di palangka itu yg paling drama mba soale delay 2 jam
Deletewas-was ya mbak...duuuuh..
ReplyDeleteserem yaaa terbang dalam kabut gitu.. tapi Alhamdulillah bisa sampe dengan selamat :)
ReplyDelete