Showing posts with label Institut Ibu Profesional. Show all posts
Showing posts with label Institut Ibu Profesional. Show all posts

Aliran Rasa Matrikulasi IIP Batch #4 Kalimantan1

Institut Ibu Profesional
sumber gambar: Facebook IIP
Aliran rasa Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 4 wilayah Kalimantan 1. Bismillahirrohmanirrohiim. Saya mengenal IIP sejak dibuka batch 3 dari seorang teman kuliah, hanya saja saat itu saya sedang sibuk pindahan dan renovasi rumah, jadi memutuskan untuk fokus dalam satu hal terlebih dulu. Batch 4 dibuka langsung daftar, lalu dimasukkan ke grup foundation Kalimantan Tengah serta grup matrikulasi Kalimantan 1. Setelah perkenalan dan pemilihan ketua kelas serta korming, saya memberanikan diri untuk mengajukan diri saya sendiri menjadi ketua kelas. Alasannya? Karena saya tidak punya kegiatan lain selain membersamai Izza dan agar melatih kembali komunikasi dengan orang lain. Materi demi materi kami terima, mulai dari materi yang ringan hingga materi yang benar-benar membuat berpikir serta menguras hati. Demikian pula dengan tuags-tugasnya.

Nice Homework #9: Bunda Sebagai Agen Perubahan

Tak terasa sudah di ujung kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional dengan saya mengerjakan Nice Homework ke – 9 yang bertema tentang Bunda Shaliha. Sejak bulan Mei, pekan pertama kelas, kami dituntun dan dikenalkan secara perhalan tentang ibu profesional, dan inilah gongnya. Bunda sebagai agent of change, seorang ibu yang bisa membuat dan membawa perubahan dalam suatu lingkungan. Entah itu dalam ranah keluarga atau di masyarakat. Setelah tes bakat, menemukan personal branding, dan menentukan passion untuk melakukan kegiatan produktif, seorang bunda pun harus bisa memiliki rasa empati terhadap lingkungan sekitar. Bukan sekadar simpati, tapi empati yang diikuti dengan tindakan aktif untuk memberikan solusi bagi isu yang sedang berkembang bagi lingkungan sekitar.

Dalam mengerjakan tugas kali ini menggunakan sebuah rumus, yaitu:
PASSION + EMPHATY = SOCIAL VENTURE

Social venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social enterpreneur baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. Sedangkan social enterpreneur adalah orang yg menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan enterpreneur. Pada dasarnya, seorang bunda bisa menjadi seorang agen perubahan yang didasari rasa empati dengan bekal minat bakat yang dimiliki agar sesuai dengan misi hidup yang telah dibentuk. Dengan begitu, seorang bunda bisa menjadi wanita mandiri serta bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat. Hanya saja, menjadi bunda produktif yang berperan aktif dalam masyarakat tetap memakai rambu-rambu. Rambu kuning berarti warning dari suami yang berarti harus ada analisa, rambu merah berarti rambu dari anak yang berarti harus stop dulu dan memperbaharui misi.

Nice Homework #8: Misi Hidup dan Produktivitas

bunda produktif
bunda produktif, sumber gambar
Nice Homework pekan 8 ini lanjutan dari pekan sebelumnya yaitu tentang Bunda Produktif. Jika di pekan 7 baru masuk tahapan menjadi bunda poroduktif dengan cara menentukan bakat, di pekan ini bekat tersebut dicocokkan dengan misi hidup yang sudah pernah kami tulis sebelumnya. Hanya saja, menentukan misi hidup dengan yakin 100 persen tanpa ragu itu susah. Pasti aja belok kanan dan kiri untuk terus memperbaiki misi hidup tersebut. Sampai saat ini pula, misi hidup yang pernah saya tulis belumlah mantab, yaitu tentang pendidikan ibu dan anak. Ilmu saya masih sangat jauh dari misi tersebut, tapi saya akan terus belajar agar tidak kalah dengan jaman yang semakin canggih. Dalam tugas pekan ini lebih mengarah ke arah teknis, secara nyata, ingin jadi apa saya hidup di muka bumi ini? Berikut rincian tugasnya:

Nice Homework #7: Tahapan Menjadi Bunda Produktif

Kelas matrikulasi sudah masuk di pekan ke-tujuh dengan materi yaitu tahapan menjadi bunda produktif. Terus terang saja, pada materi ini, saya lebih banyak menyimak dan menikmati sharing pengalaman oleh bunda lainnya karena saya sendiri masih merasa belum produktif. Atau cenderung tidak produktif sama sekali. Terlebih lagi, di pekan ini pula, dihadirkan dua orang hebat dan luar biasa dalam kelas kami yaitu Mbak Farda Semanggi dan Ibu Septi Peni dalam program 30 menit lebih dekat. Masyaallah, ilmu yang mereka bagikan kepada kelas kami sungguh syahdu, rasanya ingin seharian penuh bersama mereka. Terima kasih untuk Mbak Farda dan Ibu Septi yang menyempatkan waktunya berbagi ilmu dengan kami di Kalimantan. Terima kasih juga untuk Mbak Susi yang sudah menggiring kami untuk menacri tahu tentang makna bakat yang sebenarnya. Bakat-bakat ini untuk mengetahui kekuatan dalam diri yang nantinya akan menjadikan aktivitas sebagai bunda semakin produktif. Dan inilah hasil Nice Homework minggu ini:

  • Ketahuilah tipe kekuatan diri (strenght typology) teman-teman, dengan cara sbb :
    1. Masuk ke www.temubakat.com
    2. Isi nama lengkap anda, dan isi nama organisasi : Ibu Profesional. Jawab questioner yang ada disana, setelah itu download hasilnya
    3. Amati hasil dan konfirmasi ulang dengan apa yg anda rasakan selama ini.
    4. Lampirkan hasil ST30 (Strenght Typology) di Nice Homework #7
  • Buatlah kuadran aktivitas anda, boleh lebih dari 1 aktivitas di setiap kuadran

Nice Homework #6: Belajar Menjadi Manajer Keluarga Handal

Kuliah matrikulasi sudah masuk di pekan ke enam yang artinya postingan ini khusus untuk mengerjakan Nice Homework alias tugas ke enam pula. Semakin kesini, materi belajar di kelas matrikulasi semakin berbobot dan semakin membuat saya bercermin. Materi dan tugas yang semakin membuat saya malu dan merasa sangat jauh dari kata pantas menjadi seorang ibu profesional. Tapi, Insyaallah tidak akan membuat nyali saya ciut untuk terus belajar dan mengasah diri. Berubah atau kalah! Itulah kalimat yang sering digaungkan oleh Mbak Susi, fasilitator kami. Kalau tidak mau kalah ya harus berubah demi masa depan keluarga, anak, dan diri sendiri yang lebih baik.

Tugas kali ini mengenai belajar menjadi manajer keluarga yang handal. Peran menjadi manajer keluarga itu cukup penting bagi seorang ibu, karena ibu-lah yang akan mendampingi anak-anak serta suami serta akan memudahkan kaum ibu memahami perannya, terutama peran hidup. Dari materi dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang membuat kaum perempuan lupa atau tidak bisa menemukan peran hidupnya, salah satunya yaitu rutinitas yang biasanya monoton, itu-itu saja. Hal ini juga terjadi pada diri saya, menjadi ibu dan bekerja di ranah domestik membuat saya terjebak dalam aktivitas yang tidak ada habisnya. Setiap hari bertemu dengan cucian baju yang menumpuk, baju yang minta disetrika, cucian piring, dapur kotor, mainan anak yang berserakan, suami yang minta masakan ini itu, atau minta uang ke suami untuk ini itu. Bahkan kesempatan untuk mandi pun tergadaikan. Bukannya mau mengeluh, tapi saya memang mengeluh. Bukannya tidak bahagia, tapi badan pun terasa capek. Mungkin, saatnya untuk mendelegasikan tugas rumah tangga dan bukan berarti lepas tangan. Melalui tugas ini pula, saya akan memilih dan memilah aktivitas harian mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa didelegasikan, entah itu kepada suami atau merekrut seorang asisten rumah tangga.

Nice Homework #5: Learning How to Learn

BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR*📝 (Learning How to Learn)
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat *Design Pembelajaran* ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/

***

Nice Homework ke-5 Matrikulasi IIP membuat berpikir lebih kreatif lagi karena tidak banyak panduan yang diberikan melainkan sesuai dengan cara berpikir masing-masing bunda. Design Pembelajaran, adalah tema tugas minggu ini, dan bagi saya tema tersebut merupakan tema yang cukup awam karena tidak pernah bersinggungan dengan dunia pendidikan. Oleh itu, saya ikut dengan teman-teman matrikulasi batch 4 Kalimantan 1 untuk membuat kelompok belajar melalui WhatsApp grup. Grupnya terdiri dari Mba Nelli, Mba Tipa, Mba Nonny, Mba Amanda, dan Mba Monic. Alhamdulillah ada mba Nonny yang punya latar belakang pendidikan sesuai tema tugas, jadi bisa memberikan sedikit gambaran mengenai Design Pembelajaran. Sayangnya, jadwal mengerjakan tugas bertepatan dengan mudik lebaran dan minimnya sinyal internet di desa jadi saya sedikit terlambat menyelesaikan tugasnya. Bismillah, dalam postingan ini saya akan membuat Design Pembelajaran yang sesuai dengan arah dan tujuan rumah tangga yang telah saya susun bersama suami. Mungkin desain ini tidak berjalan terus menerus dan akan berubah sesuai dengan kebutuhan.

Nice Homework #4: Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Izza baru mau umur satu tahun, tapi sebagai bundanya sudah banyak sekali angan-angan masa depannya kelak. Ya dokter, atlet, guru, pintar mengaji, hafal Al-Quran, fasih bahasa Inggris, kuliah di Madinah, dan harapan baik lainnya. Tanpa disadari saya dan suami terus menerus membuat gambaran masa depan untuk Izza tanpa memikirkan bagaimana prosesnya. Yang lebih parahnya lagi, kami sebagai orang tua berangan-angan tanpa bekal dan ilmu yang cukup pantas untuk disebut sebagai pembelajar. Kami lalai bahwa sesunggunya yang harus belajar terlebih dulu adalah kami, orang tuanya. Kami terlalu menikmati harapan di atas awan tanpa memantaskan diri. Dari materi matrikulasi ke empat ini, saya disadarkan bahwa anak saya lahir dengan bakatnya masing-masing dan tidak butuh serangkaian hal yang akan saya ciptakan untuknya tanpa mengetahui apa manfaatnya. Bismillah, dari postingan ini, saya dan suami belajar untuk mendidik anak sesuai fitrahnya. Mendidik dengan benar untuk membangun peradaban yang benar pula.

1. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

>> Menilik lagi ke Nice Homework #1, ilmu dasar yang menurut saya paling penting dan saya butuhkan saat ini adalah ilmu agama dan saya tidak akan pernah mengubahnya. Malah saya semakin mantab dan benar-benar menata hati untuk melahap setiap ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama. Alasanya masih sama, saya tidak ingin gagal menjadi seorang ibu. Masa lalu yang membuat saya memutuskan untuk tidak boleh gagal menjadi seorang ibu terlebih ibu yang senantiasa menyuntikkan ilmu agama pada anak-anaknya. Saya berdamai dengan masa lalu dan akan menebusnya agar tidak terulang pada anak-anak saya kelak. Harapan saya dengan bekal ilmu agama yang kuat maka saya bisa mendidik anak dengan baik dan sesuai syariat. Aamiin Yaa Allah.

Nice Homework #3: Membangun Peradaban dari Rumah

Jika minggu lalu Nice Homework IIP menguras emosi yang luar biasa, berbeda dengan minggu ini yang menguras otak karena harus membuat analisa. Memang, sih, masih menguras perasaan karena harus membuat surat untuk suami, yang mana saya kalau membuat surat itu pasti penuh drama, hehe. Materi matrikulasi IIP minggu ketiga ini tentang bagaimana membangun peradaban dari dalam rumah. Rumah dan keluarga yang merupakan pondasi untuk membangun peradaban dan generasi penerus yang lebih baik. Rumah adalah gerbang yang mengantarkan penghuninya menjadi agen perubahan di masyarakat. Semua yang akan dilakukan di luar rumah berawal dari dalam rumah, bukan? Bagaimana suami akan dihormati, bagaimana istri akan dicintai, dan bagaimana karakter anak yang akan diciptakan, semuanya berasal dari dalam rumah. Nice Homework kali ini membuat saya dan suami saling berdiskusi, saling menganalisa, dan saling bermuhasabah, dan sedikit banyak telah membuat suatu panduan untuk membangun peradaban tersebut.

Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?

Bukan hal sulit bagi saya untuk membuat surat untuk suami, karena pernah beberapa kali membuatnya. Kebetulan dua bulan lalu usia pernikahan kami genap dua tahun dan saya lupa membuat surat untuknya seperti tahun sebelumnya, jadi tugas ini berada dalam momen yang tepat. Surat untuk suami bisa dibaca pada postingan sebelumnya yang berjudul Dua Tahun Terlewati, Surat untuk Suami. Responnya? Sangat bisa ditebak, hehe. Karena suami memang lack of expressions, jadi responnya akan selalu sama dengan surat-surat sebelumnya. Saya memberikan surat itu baru kemarin malam, karena sebelumnya suami sangat sibuk. Malamnya, saat saya bersiap untuk tidur, suami menghampiri saya dan mencium kening lalu berterima kasih. Saya pun lanjut tidur, hehe. Keesokan harinya suami bertanya, “Tugasnya cuma buat surat, Bun?”, lalu saya menjelaskan mengenai visi misi keluarga untuk membangun peradaban yang baik. Suami langsung buka laptop yang membuat daftar visi misi, seperti berikut:

Dua Tahun Terlewati, Surat untuk Suamiku

Assalamu’alaikum, Mas. 
Melalui tulisan ini, ijinkan aku mengungkapkan isi hatiku yang mungkin selama ini aku tutup rapat.

Hmmm.. ternyata sudah dua tahun kita menikah, ah, baru dua tahun, masih seumur jagung. Kenyataan memang telah mengenalmu hampir 10 tahun, tapi masih banyak kejutan baru yang hadir dalam rumah tangga ini. Mas, masih ingat ijab kabul yang kamu ucap dihadapan orang tuaku dan puluhan saksi? Aku masih ingat dengan jelas bagaimana lantang dan tegasnya suaramu untuk menjadikanku istrimu, makmummu, belahan jiwamu. Memang baru dua tahun, tapi seperti roller coster, bukan? Tidak mulus nyatanya membina sebuah rumah tangga.

Mas, terima kasih. 
Atas kesabaran yang selalu kamu tampakkan kala menghadapi sikapku yang labil dan egois. Kesabaran dan ketenangan yang bisa membuatku tersenyum kembali. Hmm, meski beberapa kali kesabaranmu sepertinya hilang kendali, tapi ternyata api amarahmu tak pernah muncul di hadapanku. Aku mohon, jangan pernah tampakkan api amarah itu meskipun aku akan sangat menyebalkan. Aku selalu suka dengan kesabaran dan ketenanganmu. Tetaplah seperti itu dan ajarilah aku menjadi lebih tenang seperti kamu.

Nice Homework #2: Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan

Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan
sumber gambar
Tugas minggu kedua dari kelas Institut Ibu Profesional ini cukup menguras emosi saya. Bagaimana tidak, materinya saja sudah membuat perasaan terhanyut yaitu tentang bagaimana dan tahapan menjadi ibu profesional. Note: saya tidak akan merangkum materi kelas dalam postingan blog, ya, jika ingin tahu materinya seperti apa bisa mengikuti kelas pada batch selanjutnya. Di minggu kedua ini semua peserta belajar diminta untuk membuat ceklis indikator profesionalisme perempuan. Baik itu sebagai individu, sebagai istri, dan tentunya sebagai ibu. Saya secara pribadi sangat sadar, bahwa selama 2 tahun menikah dan hampir satu tahun memiliki anak, belum ada sikap profesional yang bisa saya unggulkan. Saya masih labil, masih sering mengeluh, bahkan cemberut ngambek atau marah entah itu terhadap suami maupun anak. Ditambah lagi, ceklis indikator yang dibuat harus memenuhi satndar SMART yaitu Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time bound. Berarti tidak boleh main-main dalam membuat ceklis.

Baca Juga: NHW #1: Adab Menuntut Ilmu

Nice Homework #1: Adab Menuntut Ilmu

sumber gambar
Bismillahirrahmanirrahim, saya kembali lagi dalam dunia blogging setelah sekian bulan, bisa dibilang hampir satu tahun, vakum menulis karena semangat yang dulu menggebu semakin mengendur sejak memiliki bayi. Bukan, bayi bukanlah alasan dibalik hilangnya saya dalam dunia maya yang membawa saya pada sejagat peristiwa. Baru-baru ini semangat itu kembali muncul, dimulai dari satu titik dimana mengharuskan saya untuk menulis demi menyelesaikan sebuah pekerjaan rumah dari sebuah sekolah online yang saya ikuti. Institut Ibu Profesional, demikianlah namanya, Insyaallah akan saya bahas dilain postingan. Dan, untuk postingan pertama ini saya akan menulis tentang sebuah penggalian jati diri yang mungkin selama ini sembunyi hingga saat ini dari diri saya hingga terasa sebuah kehampaan dan kegamangan dalam menjalani peran sebagai seorang ibu baru.