Nice Homework #4: Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Izza baru mau umur satu tahun, tapi sebagai bundanya sudah banyak sekali angan-angan masa depannya kelak. Ya dokter, atlet, guru, pintar mengaji, hafal Al-Quran, fasih bahasa Inggris, kuliah di Madinah, dan harapan baik lainnya. Tanpa disadari saya dan suami terus menerus membuat gambaran masa depan untuk Izza tanpa memikirkan bagaimana prosesnya. Yang lebih parahnya lagi, kami sebagai orang tua berangan-angan tanpa bekal dan ilmu yang cukup pantas untuk disebut sebagai pembelajar. Kami lalai bahwa sesunggunya yang harus belajar terlebih dulu adalah kami, orang tuanya. Kami terlalu menikmati harapan di atas awan tanpa memantaskan diri. Dari materi matrikulasi ke empat ini, saya disadarkan bahwa anak saya lahir dengan bakatnya masing-masing dan tidak butuh serangkaian hal yang akan saya ciptakan untuknya tanpa mengetahui apa manfaatnya. Bismillah, dari postingan ini, saya dan suami belajar untuk mendidik anak sesuai fitrahnya. Mendidik dengan benar untuk membangun peradaban yang benar pula.

1. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

>> Menilik lagi ke Nice Homework #1, ilmu dasar yang menurut saya paling penting dan saya butuhkan saat ini adalah ilmu agama dan saya tidak akan pernah mengubahnya. Malah saya semakin mantab dan benar-benar menata hati untuk melahap setiap ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama. Alasanya masih sama, saya tidak ingin gagal menjadi seorang ibu. Masa lalu yang membuat saya memutuskan untuk tidak boleh gagal menjadi seorang ibu terlebih ibu yang senantiasa menyuntikkan ilmu agama pada anak-anaknya. Saya berdamai dengan masa lalu dan akan menebusnya agar tidak terulang pada anak-anak saya kelak. Harapan saya dengan bekal ilmu agama yang kuat maka saya bisa mendidik anak dengan baik dan sesuai syariat. Aamiin Yaa Allah.


2. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.
>> Evaluasi Nice Homework #2, ternyata masih banyak indikator yang belum bisa terlaksana bahkan ada beberapa poin yang belum saya lakukan sama sekali. Mau berubah menjadi baik itu banyak halangannya, ya, terutama rasa malas. Halangan dari diri sendiri yang paling besar. Untuk indikator sebagai individu, poin yang belum bisa terlaksana yaitu: sholat dhuda dan tahajud, ke salon utnuk creambath atau pijat, makan tepat waktu, dan baca buku serta maintenance blog. Untuk arisan dan pengajian memang sedang libur jadi belum terlaksana sama sekali. Indikator sebagai istri, poin yang masih sulit untuk dilakukan adalah: tidak memakai daster karena daster itu seragam emak-emak menyusui, hehe, masak masih kadang-kadang, dan yang paling susah itu no gadget, hiks. Terakhir indikator sebagai ibu: saya masih belum bisa sabar, masih suka ngomel bahkan bentak kalau Izza mogok makan, dan masih susah juga melepas hape. Hape adalah musuh! Memang masih banyak poin yang belum bisa tercapai, tapi Insyaallah pelan-pelan saya akan memperbaiki hal tersebut, terutama peran sebagai ibu.

3. Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
>> Merenungkan Nice Homework #3, kembali melihat potensi diri sendiri sebagai manusia yang lahir di muka bumi ini. Jujur saja, bagian ini adalah hal tersulit dalam mengerjakan tugas minggu ke-4 ini. Saya merasa belum meberikan manfaat apapun sebagai manusia di bumi ini, saya tidak mengambil peran besar apapun di masyarakat untuk menjadikan diri saya berguna bagi manusia lain. Kembali saya disadarkan oleh bunda-bunda di grup matrikulasi Kalimantan 1 batch 4, bahwa menjadi ibu adalah peran yang luar biasa dan tidak semua wanita siap untuk menjalankannya, dengan ikhlas. Betapa kerdilnya pemikiran saya, saat hanya melihat keluar tanpa melihat ke dalam rumah. Selama ini, bagi saya ranah domestik itu hanyalah tugas biasa yang membosankan, nyatanya peradaban itu berawal dari dalam rumah. Padahal ini tugas minggu lalu dan saya melupakannya begitu saja. Untuk itu, saya kembali meyakinkan diri untuk tetap mengambil peran di ranah domestik, memberikan manfaat untuk anak dan suami sebagai ibu profesional.
  • Misi hidup: Menjadi ibu profesional
  • Bidang: Pendidikan anak
  • Peran: Ibu pembelajar

4. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.

>> Untuk menjalankan peran sebagai ibu pembelajar, saya akan mengacu pada tahapan ilmu dari bunda Septi dengan beberapa bidang ilmu yang ingin saya pelajari. Mungkin, ini adalah susunan tahapan saat ini, ternyata butuh waktu yang cukup panjang untuk merumuskannya. Bidang ilmu yang saya tulis di bawah ini bisa saja berubah, tapi secara garis besar seperti inilah harapan saya:
  1. Bunda Sayang: seputar ilmu agama dan parenting, ilmu bahasa dan gaya bicara
  2. Bunda Cekatan: tentang managemen waktu, pengelolaan rumah tangga, managemen emosi dan stres
  3. Bunda Produktif: menguasai content writing dan blogging, menekuni cooking dan baking, belajar menjahit
  4. Bunda Shaleha: menjadi working at home mom, menularkan ilmu agama dan parenting kepada ibu lainnya

5. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
>> Untuk membuat milestone lebih susah lagi, hehe. Karena sebagian sudah saya ‘cicil’ jauh sebelum saya menikah yaitu tentang blogging hanya saja belum begitu serius dan rasanya waktu akan tersita jika terlalu fokus dengan belajar. Pencerahan dari Mba Susindra, fasilitator kami, bahwa setiap hari yang saya lalui adalah proses belajar yang baik jadi tidak boleh terpaku dengan kata belajar. Berarti 24 jam membersamai anak dan suami adalah belajar. Bahkan saat tidur pun belajar, seperti belajar sabar jika anak harus bangun malam minta nyusu.
Dengan satu anak, yaitu Izza yang akan berusia 1 tahun, dan umur saya yang baru saja menginjak 27 tahun, milestone yang saya buat seperti ini:
  • KM 0 – KM 1 (tahun 1) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Sayang, Bunda Cekatan, dan sebagian Bunda Produktif
  • KM 1 – KM 2 (tahun 2) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Produktif dan sebagian Bunda Shaleha
  • KM 2 – KM 3 (tahun 3) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Shaleha

6. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.
>> Setelah membuat milestone seperti ini, maka kembali ke Nice Homework #2, Insyaallah saya akan perbaharui timebond sesuai dengan kondisi real dan akan berlaku  secara efektif setelah bulan Ramadhan. Sebenarnya hampir sama antara bulan Ramadhan dan hari-hari biasa, cuma ada pengalihan waktu untuk ibadah lebih banyak seperti sholat tarawih jadi ceklis belum dapat terlaksana.

7. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan.
>> Bismillah, tidak boleh malas lagi, selalu muhasabah diri sendiri, minta dan saling koreksi dengan suami. Dan yang paling penting, lihat bagaimana kondisi dan reaksi anak, jika Izza cemberut atau bahkan menangis berarti ada yang salah dalam tindakan  atau ucapan saya. Tidak ada yang tidak mungkin, selalu ada jalan untuk belajar menjadi ibu yang lebih baik. Tidak mengharap sempurna, hanya ingin melalui segala proses dengan indah. Semoga tidak ada lagi wanita yang gagal menjadi seorang ibu.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^