Showing posts with label Ceritaku. Show all posts
Showing posts with label Ceritaku. Show all posts

Dua Tahun Terlewati, Surat untuk Suamiku

Assalamu’alaikum, Mas. 
Melalui tulisan ini, ijinkan aku mengungkapkan isi hatiku yang mungkin selama ini aku tutup rapat.

Hmmm.. ternyata sudah dua tahun kita menikah, ah, baru dua tahun, masih seumur jagung. Kenyataan memang telah mengenalmu hampir 10 tahun, tapi masih banyak kejutan baru yang hadir dalam rumah tangga ini. Mas, masih ingat ijab kabul yang kamu ucap dihadapan orang tuaku dan puluhan saksi? Aku masih ingat dengan jelas bagaimana lantang dan tegasnya suaramu untuk menjadikanku istrimu, makmummu, belahan jiwamu. Memang baru dua tahun, tapi seperti roller coster, bukan? Tidak mulus nyatanya membina sebuah rumah tangga.

Mas, terima kasih. 
Atas kesabaran yang selalu kamu tampakkan kala menghadapi sikapku yang labil dan egois. Kesabaran dan ketenangan yang bisa membuatku tersenyum kembali. Hmm, meski beberapa kali kesabaranmu sepertinya hilang kendali, tapi ternyata api amarahmu tak pernah muncul di hadapanku. Aku mohon, jangan pernah tampakkan api amarah itu meskipun aku akan sangat menyebalkan. Aku selalu suka dengan kesabaran dan ketenanganmu. Tetaplah seperti itu dan ajarilah aku menjadi lebih tenang seperti kamu.

Tahun Baru, Rejeki Baru, Tanggung Jawab Baru

Patung Ikan Jelawat, ikon Kota Sampit
Patung Ikan Jelawat, ikon Kota Sampit
Tahun Baru, Rejeki Baru, Tanggung Jawab Baru – Ini adalah postingan pertama di tahun 2017, menyempatkan diri disela-sela ‘bermain’ dengan anak dan aktivitas pindahan rumah dalam rangka suami yang kena mutasi. Beberapa bulan terakhir ini memang aktivitas ngeblog sedikit terhambat, disamping karena sudah malas gerak sejak ngurus anak, terputusnya akses wifi juga membuat semakin malas, kode untuk suami agar pasang wifi lagi, hehe. Tepat di awal tahun baru, kabar bahagia datang pada keluarga kami atas seijin Allah yang Maha Kuasa. Suami akhirnya mutasi! Ada beberapa orang yang merasa tidak bahagia dengan adanya mutasi ini, tapi Alhamdulillah pindahan kali ini membawa rona segar bagi kami karena mutasi ke kota yang lebih ramai dibanding Sampit, yaitu Palangkaraya.

Menyambut Piala Eropa 2016

Timnas Inggris
Timnas Inggris, sumber: sindonews.com
Menyambut Piala Eropa 2016 – Euforia liga pertandigan sepakbola seakan tak pernah berhenti dari musim ke musim, dari pertandingan dengan skala kecil di dalam negeri sendiri hingga pertandingan besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa. Saya sendiri sebenarnya tidak bergitu tertarik dengan berbagai macam liga sepakbola yang sedang berlangsung, bahkan cenderung acuh tak acuh. Hanya saja suami tercinta termasuk fanatik segala pertandingan sepakbola, dari yang liga PLN Nasional atau pertandingan besar lainnya. Ada saja alasan agar bisa merebut remote televisi dan mengganti channel menjadi pertandingan sepak bola jam berapa pun itu. Semangat membara itu keluar dari mata suami saat membicarakan tim jagoannya akan bertanding dalam laga besar. Ditambah lagi suami sudah mulai membicarakan Piala Eropa yang akan digelar pada bulan Juni hingga Juli nanti.

Melahirkan Dimana?

Melahirkan Dimana? Banyak sekali pertanyaan dari rekan, sahabat, dan beberapa anggota keluarga perihal saya mau melahirkan di Sampit atau pulang ke Jawa. Awalnya saya menjawab belum pasti karena memang masih mempertimbangkan banyak hal sebelum melahirkan. Tapi setelah mereka tahu saya sudah berada di Sampit dengan usia kehamilan setua ini maka pertanyaan tersebut sudah terjawab dengan pasti. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan saya lebih memilih Sampit untuk melahirkan si anak semok meskipun artinya hanya ada saya dan suami. Alasan pertama, saya ingin melahirkan didampingi suami dan melewati masa-masa hamil tua bersama suami. Terpisah dua minggu saja resahnya luar biasa. Lagi pula mempunyai anak ini kan atas keinginan kami berdua, jadi ya susah senang harus dilalui berdua meskipun orang tua dan mertua sama-sama menawarkan bantuan, tapi saya lebih memilih suami. Alasan kedua, tidak ingin terlalu merepotkan orang tua, karena saya tahu mereka pasti akan menguras banyak energi dan waktu untuk mengurusi saya selama hamil tua hingga melahirkan nanti, sementara mereka masih punya kegiatan lain yang harus dikerjakan.


Sebenarnya mereka pun ingin membantu dengan datang ke Sampit dan tidak mungkin saya tolak, karena akan sangat membantu meringankan kegiatan mengurus bayi dan suami. Siapapun yang datang nanti akan kami terima dengan senang hati. Alasan ketiga, tiket pesawat semakin mahal saat Ramadhan. Jika saya melahirkan di Jawa, dipastikan suami akan terbang bolak-balik dari Sampit ke Jawa dan akan sangat menguras banyak biaya. Alasan terakhir, ini sebenarnya saran dari Ibu Manager PLN Sampit, pada saat arisan beliau memberitahu saya agar jangan meninggalkan suami terlalu lama yang sampai berbulan-bulan untuk alasan keharmonisan rumah tangga. Yang berhubungan dengan kehidupan ranjang dan sejenisnya. Ditambah lagi bidan yang menyarankan bahwa kehidupan ranjang itu penting untuk ibu hamil menjelang melahirkan, haha.

Lulus Trimester Dua

Lulus Trimester Dua – Tidak terasa hari ini usia kehamilan sudah 32 minggu yang artinya sudah 8 bulan, tapi ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa 8 bulan pas itu 34 minggu 2 hari. Berapa pun konversi minggu ke bulan yang penting nanti anak semok lahir di minggu yang pas, hehe. Sekarang saatnya saya membuat postingan tentang hal apa saja yang sudah saya lalui di trimester kedua, meski agak terlambat karena sudah lumayan males untuk ngeblog. Jika saat trimester pertama cukup saya lalui dengan drama mual saat menghirup aroma nasi dari magic com atau puyeng melihat semua makanan hingga akhirnya hanya bisa mengandalkan umbi-umbian, berbeda dengan trimester kedua yang ternyata berubah total. Energi saya seperti datang kembali dan terisi penuh setiap saat sehingga menjadi ibu hamil yang kata orang lincahnya bukan main. Banyak sekali perubahan drastis yang terjadi di trimester kedua ini, mulai dari yang menyenangkan hingga yang menyebalkan.

Baca Juga: Lulus Trimester Satu

Nafsu makan mencuat, timbangan melesat.
Hanya ayam goreng dan aneka sayuran yang membuat saya tidak berselera makan, selain itu hampir semua makanan bisa saya lahap tanpa ampun. Setiap minggu menu wajib adalah kepiting dan cumi-cumi, jika beruntung tumis kangkung akan masuk ke perut dengan paksaan dari suami. Setiap harinya malah bisa masak 2 kali, entah energi dari mana yang datang ke tubuh saya, seakan tidak ada lelahnya untuk berada di dapur. Ditambah lagi hasrat untuk mencoba berbagai resep kue dan cemilan tidak bisa dibendung lagi. Ehem, pernah listrik bengkak karena terlalu sering menggunakan oven, hehe. Anehnya, saya tidak suka masakan warung, jika benar-benar ingin makanan luar maka suami harus membawa ke tempat makan yang menurut pendapat saya luas, terang, bersih, makanan dimasak setelah dipesan bukan yang sudah tersaji, dan tidak ada orang yang merokok, haha, rewel. Tapi Alhamdulillah mulai bulan ke empat bobot sudah bertambah, biasanya setiap bulan nambah 1-2 kilo tapi pernah 3 kilo dalam satu bulan. Dan total berat badan yang sudah bertambah hingga kehamilan 30 minggu adalah 12 kilo, haha. Biarlah, yang penting anak dan emaknya sama-sama semok dan tidak ada ngidam apapun.

Satu Tahun yang Terlewati

Alhamdulillah, sudah satu tahun
Alhamdulillah, sudah satu tahun
Satu Tahun yang Terlewati – Bismillahhirrohmanirrohiim, Alhamdulillah wa syukurillah saya dan suami telah melewati satu tahun menjalani kehidupan berdua yang bernama rumah tangga. Banyak hal yang sudah kami lalui berdua meski dalam waktu yang masih seumur jagung tersebut. Mungkin sudah tak asing lagi postingan dalam blog ini berisi curhatan galau seorang pelaku long distance relathionship atau LDR selama hampir 4 tahun lamanya. Jika dikilas balik, rasanya sedikit tak percaya saya akan menikah dengan si kumis lele yang sejak semester 1 menjadi teman satu kelas semasa kuliah. Tak ada benih cinta sedikit pun kala itu, hingga pertemanan kami harus terpisah jarak yang membuat kami semakin akrab dan merasa saling membutuhkan. Tak ada ucapan cinta, tapi kami berhasil saling menyimpan hati masing-masing selama 4 tahun dipisahkan lautan dan hutan belantara.

Adat Tingkeban di Jawa

Pengajian dalam rangka tingkeban di rumah
Pengajian dalam rangka tingkeban di rumah
Adat Tingkeban di Jawa – Upacara tujuh bulanan bagi ibu hamil yang disebut juga tingkeban atau mitoni merupakan salah satu adat yang mungkin bagi sebagian orang wajib dilaksanakan terlebih lagi jika itu cucu pertama. Jika dalam keluarga yang saklek bisa jadi dilakukan sebanyak dua kali yaitu 4 bulan menjelang 5 bulan dan 6 bulan menjelang 7 bulan. Sebenarnya sah – sah saja melakukan syukuran atas kehamilan yang dianggap sebagai anugerah dari Tuhan, yang tidak wajar jika upacara tersebut dilakukan dengan serangkaian adat yang cenderung bisa membuat kita lalai bahwa kita adalah manusia beragama dengan kata lain bisa menyebabkan dosa menyekutukan Tuhan.

Tes Darah Pada Ibu Hamil

Tes Darah Pada Ibu Hamil – Dua minggu lalu saya melakukan tes darah atas saran dari bidan tempat periksa kehamilan padahal dokter kandungan belum meminta saya untuk tes darah. Oya, saya kontrol kandungan ke dua tempat yaitu obgyn dan bidan mulai usia kandungan 4 bulan karena sejak awal sudah berniat melahirkan di bidan dan baru nemu bidan yang cocok. Masih lanjut kontrol di dokter kandungan karena adanya alat usg dan terlanjur cocok dengan dokter dan vitamin-vitamin yang diberikan. Boros sedikit demi calon anak.

Dokter kandungan sebenarnya meminta saya untuk tes darah jika sudah usia kandungan 7 bulanan, tapi setelah bertanya ke beberapa rekan yang sedang atau sudah pernah hamil, tes darah pada ibu hamil sebaiknya dilakukan di awal usia kehamilan minimal 12 minggu. Akhirnya nurut sama bidan untuk tes darah sesegera mungkin. Niat awal sebenarnya akan tes darah di klinik pribadi dokter kandungan tersebut yang bekerja sama dengan salah satu laboratorium klinik yaitu Prodia. Setelah bertanya-tanya kepada pihak terkait, ternyata oh ternyata bisa memakan biaya tiga juta untuk tes kehamilan lengkap yang isinya tes darah lengkap, hepatitis, hiv, torch, urin, dan sebagainya. Lalu berpikir dong, penting kah semua tes tersebut? Akhirnya saya konsultasi ke beberapa orang termasuk teman-teman bidan dan ibu hamil lainnya. Memang ada yang menyarankan untuk mengambil semua tes tersebut sebagai tindakan preventif demi keselamatan sang jabang bayi dan bisa dilakukan pencegahan dini jika terdapat suatu penyakit. Na’udzubillahi min dzalik. Tapi banyak juga yang menyarankan agar tes Hemoglobin dan urin saja jika tidak punya riwayat penyakit. Dan kabar baiknya, seorang teman dekat dari Persatuan Ibu PLN menyarankan untuk tes darah di Labkesda Sampit karena biayanya jauh lebih murah dari klinik swasta.

Ngidam, Fakta atau Mitos?

Ngidam, Fakta atau Mitos?
Ngidam, Fakta atau Mitos? Ini makanan Makassar bikin ngiler malem-malem, hehe
Ngidam, mitos atau fakta? Orang hamil tidak akan jauh dengan istilah ngidam yang artinya menginginkan sesuatu dengan teramat sangat. Biasanya ibu hamil ngidam makanan khusus yang susah untuk ditemukan atau makanan dengan detil yang dia inginkan di waktu yang tidak tepat. Ada juga yang ingin sesuatu berupa barang unik atau ingin melakukan suatu hal, dan bisa jadi ingin suaminya melakukan ini itu. Konon, ngidamnya ibu hamil ini harus dituruti apapun dan kapanpun itu, tidak peduli seberapa jauh makanan didapat atau jam berapa pun sang ibu hamil menginginkannya. Katanya kalau tidak dituruti anaknya yang lahir bakal ileran atau ngeces. Kasiannya, sang calon ayah lah yang harus pontang panting kesana kesini untuk memenuhi kemauan jabang bayi, katanya, demi cinta pada istri dan calon anak. Sebenarnya ngidam ini fakta dan terjadi karena alasan medis atau sekadar mitos?

Misteri Hilangnya Helm

Helm Bogo
sumber
Misteri hilangnya helm – Hari ini saya ingin sedikit berkeluh kesah tentang kejadian kehilangan benda yang sama secara berturut dalam waktu berdekatan. Dari judulnya sudah terlihat bahwa benda-benda it adalah helm. Benar, sih, hanya helm, tapi jika itu helm yang baru dibeli dan hilang berkali kali pun rasanya bikin sakit hati juga. Sebelum membeli helm baru saya biasa memakai helm suami, tapi karena kami sering keluar berdua menggunakan motor akhirnya memutuskan untuk membeli helm. Ehem, namanya juga wanita, pengennya punya helm yang bagus dan keren, yang modelnya tidak umum di pasaran dan berbeda dengan helm suami. Sayangnya penjual helm di Sampit tidak menjamur seperti di Jawa, hanya ada beberapa toko penjual helm yang lokasinya juga cukup jauh dari rumah. Dan berikut adalah dua misteri hilangnya helm yang baru saya beli dalam waktu yang cukup berdekatan.

Benci Lipstik Saat Hamil

Beberapa warna lipstik yang saya punya
Beberapa warna lipstik yang saya punya
Jika sedikit bernostalgia satu tahun ke belakang, saya adalah wanita yang cukup gemar berdandan, mencoba berbagai macam merk kosmetik dan mengoleksinya hingga kadang harus membagi-bagikan kosmetik tersebut karena saking banyaknya. Kosmetik yang paling banyak dalam daftar koleksi saya adalah lipstik, dari merk manapun, warna apapun, dan bentuk bermacam-macam. Meskipun sejak menikah saya mengurangi kegemaran untuk mengoleksi kosmetik (bukan karena mau berhemat tapi sudah mulai menurun rasa cinta saya terhadap dunia dandan), paling tidak lipstik selalu hadir dalam daftar belanja saya.

Selamat Tahun Baru 2016!

Tidak ada liburan besar seperti tahun-tahun sebelumnya saat saya masih berstatus single yang bisa sampai ke kota mana saja saat ada liburan panjang. Biasanya, tiket liburan sudah ada di tangan beberapa bulan sebelum tanggal libur tiba demi mengejar tiket murah dan menyusun sebuah perjalanan entah kemana dan dengan siapa. Tahun ini menjadi sangat berbeda, tidak ada lagi yang namanya klayapan di malam tahun baru dan plesir ke tempat baru. Jika teman-teman sudah sering membaca tulisan tentang dimana saya berada dan apa kegiatan saya saat ini, pasti akan dengan mudah menebak bagaimana kegiatan di malam tahun baru saya, hehe. Yup, billing! Bukan saya yang kerja, tapi suami. Untuk yang belum tahu, billing itu salah satu pekerjaan rutin suami saya setiap tanggal 22 di akhir bulan hingga tanggal 4 di bulan selanjutnya, inti pekerjaannya itu menerbitkan rekening listrik semua pelanggan dalam suatu wilayah. Bukan perkara mudah karena harus verifikasi puluhan ribu hasil catat kWh meter pelanggan listrik, benar atau tidaknya data yang akan terbit dalam rekening listrik semua bergantung pada suami, belum lagi harus bertanggung jawab atas nilai daya susut sekecil mungkin. Well, setiap tanggal itulah saya harus siap ditinggal lembur sampai dini hari atau subuh, tidak peduli tanggal merah, libur nasional, acara negara sepenting apapun, billing tetap akan berjalan seperti biasanya. Dan, di kantor suami lah saya merayakan tahun baru bersama dua istri lainnya yang bernasib sama. Di kantor sebenarnya ada acara turnamen PES, tapi kan ya para istri cuma bisa jadi penonton sambil cemal cemil peyek kacang buatan saya, resep menyusul, ya.

Asam Manis 2015

Asam Manis 2015
Asam Manis 2015
Bismillahirrohmanirrohim... Tahun 2015 akan segera menemui akhirnya dan segera berganti dengan tahun baru. Postingan ini tidak akan berisi tentang resolusi tahun depan, terlalu mainstream, hehe, melainkan sedikit bernostalgia dengan satu tahun yang sudah saya jalani. Alasannya karena 2015 adalah tahun yang cukup istimewa, banyak hal terjadi di tahun ini, bahkan bisa dibilang 2015 adalah titik balik dalam segala aspek kehidupan #tsahh. Meskipun ada beberapa hal menyakitkan yang harus saya alami, tak pernah membuat jatuh karena masih banyak alasan untuk bangkit dan membuat kebahagiaan. Siapkan keripik singkong, postingan ini sedikit mengarah ke curhat pribadi, hehe.

Menjadi Ibu yang Seperti Apa? #2

foto jadul dengan ibu
It's been a long time, ini foto di rumah simbah. yang cewe itu saya dan adik, yang cowo ponakan
Masih tentang perang antar ibudan peran seorang ibu dalam keluarga terutama untuk anak-anaknya. Bukan sebuah tulisan yang akan memancing peperangan, ini hanyalah sebuah tulisan yang berisi harapan saya kelak saat menjadi ibu untuk bayi yang sudah ada di dalam perut saya. Silakan baca terlebih dahulu: Menjadi Ibu yang Seperti Apa? Bagian 1.

Menjadi Ibu yang Seperti Apa? #1

Ibu, yang sangat susah saya temui tapi tetap saya cintai
Ibu, yang sangat susah saya temui tapi tetap saya cintai
Hari ini digadang sebagai perayaan hari ibu di seluruh dunia, rasanya tidak afdol jika tidak membuat sebuah postingan yang berbau dengan tema besar di dunia pada hari ini, teknik SEO, haha. Mengulas tentang ibu memang tidak ada habisnya bahkan bisa menimbulkan peperangan antar ibu yang biasa disebut mom’s war karena saking banyaknya perbedaan pendapat masing-masing kepala. Tema yang paling populer dalam ‘perang’ tersebut adalah: ibu pekerja vs ibu rumah tangga, bayi asi vs bayi sufor, dan sekolah formal vs homeschooling. Jujur saja, karena saya masih belum merasakan menjadi seorang ibu jadi ya tidak bisa ikut berkomentar dalam peperangan yang terjadi. Hanya saja saya punya kondisi yang saya harapkan ideal jika bayi saya sudah lahir, insyaallah kurang dari 6 bulan lagi. Kondisi ideal itu saya ciptakan dari pengalaman orang-orang disekitar saya, dari apa yang saya rasakan sebagai seorang anak. Ya, kondisi ideal yang saya maksud adalah memberikan pakem agar tidak keluar jalur tapi sebisa mungkin tetap fleksibel dengan keadaan dan saran ‘tetangga’.

Lulus Trimester Satu

Alhamdulillah, pada hari ini usia kandungan saya sudah 13 minggu 3 hari untuk kehamilan kedua ini setelah mengalami keguguran beberapa bulan lalu. Kehamilan kedua ini sengaja memang tidak saya tulis dalam blog ini secara detil seperti sebelumnya, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Oleh itu, saya akan membuat tulisan untuk momen-momen tertentu seperti halnya kelulusan saya pada trimester satu yang cukup menguras emosi. Ceritanya, tepat dua bulan setelah keguguran, saya merasa kalo saya ini hamil tapi belum melakukan tes urin. Seperti ada feeling yang kuat padahal saya belum terlambat mens, hehe. Akhirnya nekad beli testpack dan ternyata ada dua garis meskipun masih sangat tipis. Untuk mengindari hal yang tidak kami inginkan, stop berhubungan intim dan melakukan pekerjaan berat, bahkan suami melarang saya nyapu, haha. Seminggu kemudian saya tes ulang dan ternyata dua garis semakin jelas. Alhamdulillah. Dan akhirnya kata positif hamil keluar dari mulut dokter saat usia kehamilan 6 minggu. Melihat kantung dan janin yang sudah tumbuh sungguh membuat saya terharu, Tuhan memang baik, Allah Maha Baik. Ada yang bertanya apakah saya promil, saya jawab tidak karena semuanya terjadi secara alami. Tapi saya dan suami tetap memegang prinsip untuk tetap hidup sehat, tetap mengonsumsi tauge secara rutin, hehe. Dan yang paling penting memahami masa subur meskipun kami berhubungan semau kami.

Haruskah Saya Bekerja?


Hampir lima bulan lamanya saya berhenti bekerja secara formal dari perusahaan pertama yang memberikan saya status karyawan yaitu Samsung. Memutuskan berhenti bekerja secara terpaksa karena alasan internal di perusahaan dan janji pada suami untuk resign saat hamil karena sebenarnya rencana untuk keluar dari Samsung itu setelah lebaran 2015 tapi ternyata saya harus opname yang sekaligus harus diboyong suami ke Sampit. Sampai di Sampit bukan berarti saya berdiam diri di rumah dan tidak bekerja, sudah ada beberapa lamaran kerja yang saya masukkan ke beberapa perusahaan baik yang skala besar atau kecil. Tapi ternyata mencari pekerjaan dengan status menikah dan hamil itu tidak mudah. Ditambah masalah umur yang sudah masuk angka maksimal yaitu 25 tahun. Aslinya, sih, suami meminta saya untuk tidak bekerja dan saya sangat bersyukur dengan sikapnya yang sedemikian memuliakan saya sebagai seorang istri, ditambah lagi riwayat keguguran dan akhirnya hamil lagi membuat suami saya sangat posesif terhadap pola tingkah saya. Tapi, masih ada beberapa faktor yang membuat saya ingin tetap bekerja dan kembali menyandang status karyawan tanpa bermaksud tidak patuh pada suami yang paling ganteng ini, hehe. Sampai sekarang, sih, masih dalam tahap merayu agar ijin bekerja itu diberikan dengan restu yang ikhlas tapi ya tidak sampai memelas, sih, seikhlasnya suami saja.

Baca juga : Leaving fo Good

Pemadaman Bergilir Karena Tower Transmisi Roboh

Pemadaman Bergilir Karena Tower Transmisi Roboh
Tiang transmisi yang roboh menimpa rumah warga
Pemadaman bergilir karena tower transmisi roboh. Pemadaman bergilir saat ini sedang kami rasakan sebagai warga Kalimantan Tengah karena robohnya tower transmisi 150kV atau yang biasa disebut dengan tiang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Palangkaraya. Robohnya tiang SUTT sebanyak 7 buah itu terjadi pada Minggu kemarin karena badai atau angin puting beliung yang memang sangat kencang sekali. Dan malangnya robohnya tiang tersebut mengenai rumah penduduk dan sebuah gereja.

Pondok Indah Mertua

Tinggal bersama mertua memang tidak pernah menjadi pilihan kami terutama saya alasannya sih tidak ada yang khusus, tidak mau saja karena memang ingin hidup mandiri dalam membangun rumah tangga. Untungnya keinginan tersebut terdukung dengan tempat kerja suami yang, terlampau, jauh dari kampung halaman yakni di Sampit Kalimantan Tengah. Untuk saya secara pribadi ada beberapa alasan kenapa tidak mau berkumpul dengan mertua atau pun dengan orang tua saya sendiri. Alasan pertama, karena pola pikir. Pasti akan banyak perbedaan pola pikir antara saya dan terutama ibu mertua terlebih kami memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda. Pernah terjadi sedikit masalah antara saya dan ibu mertua saat persiapan pernikahan salah satunya saat menghias mahar. Saya tipe orang yang suka dengan design yang sederhana, terlalu rapi, dengan hasil akhir yang elegan dan cantik. Sedangkan ibu mertua suka dengan hiasan yang rame dengan banyak pernik. H-1 menjelang akad nikah, hasil hiasan mahar diperlihatkan kepada saya melalui foto, spontan saya kaget karena sangat tidak suka dengan hasil hiasan tersebut siapa pun yang menghiasnya. Saat itu juga saya menghubungi si mas untuk mengubah total hasil hiasan tersebut sesuai dengan keinginan saya. Ya, itulah saya, kalau sudah punya keinginan apalagi hal penting seperti itu tidak mau dibantah apapun resikonya. Nah, jika saya dan ibu mertua disatukan dalam satu rumah, bisa dipastikan akan sering terjadi perbedaan pendapat.

[PjokWBIdol] Sisters Are Different Flower From the Same Garden

Hidup di muka bumi memang tak akan luput dari cobaan dan rintangan, seperti yang saya tulis pada tantangan Pojok WB Idol pertama, ada beberapa hal yang menjatuhkan saya dan membuat putus asa. Tak jarang memang saya merasa kalah dengan keadaan, mengibarkan bendera putih terhadap segala macam masalah yang datang silih berganti. Bahkan pernah saya berharap sebuah keajaiban untuk mengubah segala kesusahan yang menimpa saya dan keluarga. Pada tantangan pertama, saya beberapa kali menyebutkan untuk stay positive baik sikap maupun pikiran. Percayalah, bahwa perjalanan saya untuk stay positive tersebut sangatlah berliku. Untungnya saya punya keluarga pendamping yang selalu mendukung saya. Tapi ada seorang yang dari dulu hingga sekarang masih menjadi alasan saya untuk bertahan adalah adik perempuan kandung yang usianya berjarak 6 tahun dengan saya, sebut saja Titi. Sebenarnya saya punya adik tiri, dua dari keluarga ayah dan dua lagi dari keluarga ibu, dan mereka punya kehidupan masing-masing. Itu lah yang membuat saya dan Titi harus berdiri sendiri, mandiri, dan tak mengusik dua keluarga tersebut.

Di masa sulit setelah orang tua kami bercerai, Titi yang membuat saya berjanji untuk tidak menjadi remaja nakal seperti korban broken home kebanyakan. Titi memang masih sangat belia saat itu, bisa dibilang kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua, itulah mengapa saya harus menempatkan diri sebagai seorang kakak, ibu, dan ayah untuknya. Saat itu saya berpikir, jika saya menjadi remaja yang rusak otomatis Titi akan lebih rusak dari saya. Tidak mudah, karena saat itu pun saya masih SMP yang juga butuh kasih sayang.