Tinggal bersama mertua memang tidak pernah menjadi pilihan kami terutama saya alasannya sih tidak ada yang khusus, tidak mau saja karena memang ingin hidup mandiri dalam membangun rumah tangga. Untungnya keinginan tersebut terdukung dengan tempat kerja suami yang, terlampau, jauh dari kampung halaman yakni di Sampit Kalimantan Tengah. Untuk saya secara pribadi ada beberapa alasan kenapa tidak mau berkumpul dengan mertua atau pun dengan orang tua saya sendiri. Alasan pertama, karena pola pikir. Pasti akan banyak perbedaan pola pikir antara saya dan terutama ibu mertua terlebih kami memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda. Pernah terjadi sedikit masalah antara saya dan ibu mertua saat persiapan pernikahan salah satunya saat menghias mahar. Saya tipe orang yang suka dengan design yang sederhana, terlalu rapi, dengan hasil akhir yang elegan dan cantik. Sedangkan ibu mertua suka dengan hiasan yang rame dengan banyak pernik. H-1 menjelang akad nikah, hasil hiasan mahar diperlihatkan kepada saya melalui foto, spontan saya kaget karena sangat tidak suka dengan hasil hiasan tersebut siapa pun yang menghiasnya. Saat itu juga saya menghubungi si mas untuk mengubah total hasil hiasan tersebut sesuai dengan keinginan saya. Ya, itulah saya, kalau sudah punya keinginan apalagi hal penting seperti itu tidak mau dibantah apapun resikonya. Nah, jika saya dan ibu mertua disatukan dalam satu rumah, bisa dipastikan akan sering terjadi perbedaan pendapat.
Alasan kedua, saya tidak mau ada dua rumah tangga dalam satu rumah. Setiap rumah tangga pasti punya aturan masing-masing, punya kebiasaan, rahasia, dan kehidupan berbeda dengan rumah tangga lainnya. Meskipun dikata itu orang tua sendiri tapi kami punya hak untuk menentukan arah tujuan rumah tangga sendiri. Suami punya pola ajar yang berbeda dengan mertua, jadi yang saya mau hanyalah suami yang saya patuhi, bukan orang lain. Cuma suami yang menjadi sumber perintah untuk saya karena tidak mau ada dua pemimpin dalam satu rumah. Alasan ketiga, rumah sendiri menjadi tempat untuk belajar. Biarlah kami yang menentukan bagaimana kami membangun rumah tangga tanpa campur tangan orang lain even orang tua apalagi mertua. Jika ada masalah, biarkan kami yang menentukan cara penyelesaiannya. Jika terus mendapat masukan dan arahan dari orang tua, kapan kami akan belajar untuk desawa dan berlaku sebagai orang tua. Masukan dari orang tua memang penting tapi kami tidak ingin mendengarnya setiap hari, itu saja.
Alasan terakhir, kami ingin hidup suka-suka. Bukan berarti hidup seenaknya, terutama saya, tidak suka diperintah untuk melakukan ini itu. Misalkan saya mau bangun tidur jam berapa itu kan suka-suka saya asal sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan suami. Saya punya aturan sendiri dalam rumah tangga, misalkan ingin masak ini itu, bahkan berapa kali harus mencuci sprei pun saya perhitungkan. Kalau di rumah mertua kan malu bangun siang, jadinya terlalu banyak pencitraan. Tinggal di pondok indah mertua memang menjadi pilihan masing-masing pasangan, saat lebaran idul fitri, baru seminggu saja sedikit tidak kerasan karena tidak bisa bebas berekespresi semau saya, hehe. Tapi mungkin berbeda dengan pasangan lain yang malah lebih senang tinggal bersama mertua. Adakah kalian yang mau share cerita tenang pondok indah mertua??
Lagi2 kok ya sependapat dg km
ReplyDeleteYa meski mertuaku baikkkk bgt, tetep yg namanya idup dg rumah tangga sendiri lebih enakeun..
Ga sungkan ato apa apa gacenak. Mau masak ap aja bebas
benarrr mbakkk.. aku suka kikuk kalo di rumah mertua hihhi..
DeleteIya sih emang enak punya sendiri. Tapi kalo mertua dah sepuh kasian juga gak ada yg nemenin
ReplyDeletehmm, iya mba.. kasusku saat ini alhamdulillah masih sehat dan segar semua
DeleteAne belum berumah tangga jd belum bisa share cerita. Tp menurut analisis sotoy gue, ane setuju ama anti,, sebisa mungkin kita harus hidup mandiri,, punya rumah sendiri, ga cuma nebeng,, ahaha
ReplyDeletehehe benar mas..
Deletesaya jg ga mau... alesannya, sm ortu sendiri aja suka beda pendapat, tp ya cuek aja da sm ortu sendiri ini... klo beda pendapat sm mertua, ujung2nya suka dipendam sendiri deh, ga sehat :D
ReplyDeletenaahhh ini mbaakk aku juga samaaa.. takutnya ntr kebanyakan nyimpen di hati
Deleteberhubung belum berumah tangga, cuman bisa nyimak saja mbak dan tidak bisa berkomentar :)
ReplyDeleteahahhah.. semoga disegerakan
Deleteiya mbak, aku pun kalau nanti nikah gak mau untuk serumah sama mertua, karna ya itu pasti pola pikirnya udah beda ya daripada nanti debat tiap hari mending menjauh aja lah hehe
ReplyDeletehihihi.. rata2 cewe emang gak mau tinggal sama mertua ya
DeleteBerapa kali dikau nyuci sprei dalam sebulan, Yuk? Bhahaha
ReplyDeleteTerpenting pilih yg paling nyaman ya. Ountputnya, biar bisa ngerasain hdup bahagia, tenang.
wkwkwkwk sebulan bisa ganti 3-4 kali :D
Deleteiya bener mbak, kalo nyaman tinggal bareng ya gpp..
saya juga termasuk yg memilih jalan ga hidup bersama mertua....
ReplyDeletetapi kalo bisa ngajak orang tua, ikut saya.. karena status saya suami. hehehe
dan istri ga boleh nolak.. bila itu yg terjadi... hehehe
beda ya,.. antara tiggal dirumah mertua dan mengajak orang tua tinggal bersama kita?
mmmm.. sama tapi ada bedanya sih mas.. kalo ngajak orang tua bisa jadi lebih nyaman krn di rumah sendiri
DeleteKalau aku maunya punya rumah sendiri ^^ dan jika mertua ingin ikut tinggal ya enggak apa-apa ^^ karena sudah gak punya orangtua, saya bersyukur sekali punya mertua, terutama mama.
ReplyDeleteiya mbakk.. seneng bis aketemu amu dan cerita banyaakk ngalor ngidul hehe
Deletetinggal sendiri emang lebih asyikkk,, seru bisa sesuka kita ngatur rumahnya :D
ReplyDeletehahah benar sekali
DeleteBelum pernah main ke rumah doi, belum tau sifat calon mertuanya kayak apa, jadi ya nyimak aja :D
ReplyDeletecepetan nikah gih :p
ReplyDelete