Trauma Healing Ratna Dewi |
Trauma Healing Ratna Dewi - "Rasa sakit fisik pun semua telah hilang, berganti sakit di batin. Iya, sakit, sakit sekali. Rasanya hampa. Melahirkan tanpa tangisan bayi. Aku melahirkannya. Aku melahirkan my Azka, tanpa bisa mendengar tangisnya. Tanpa bisa memeluknya…" Kalimat tersebut adalah penggalan dari salah satu tulisan Mba Ratna Dewi, seorang mantan jurnalis yang mencurahkan isi hatinya lewat blog di ratnadewi.me, yang menjadikan blog sebagai obat untuk menyembuhkan luka di hatinya. Dulunya, Mba Dewi adalah jurnalis di Kompas TV sebagai produser acara Stiletto (atau High Heels) saat masih di bangku kuliah. Setelah lulus, Mba Dewi memutuskan pindah ke Jakarta dan menjadi reporter news daily di TV One. Pantas saja tulisan di blog Mba Dewi sangat rapi, sistematis, dan enak dibaca karena pengalaman di bidang jurnalis lebih dari 6 tahun. Selain tulisan yang rapi, saya mendapatkan kesan syahdu saat membaca tiap baris kalimat pada postingan yang berhubungan dengan Kakak Azka.
Baca Juga: A Happy Project Plan Shine Fikri
Bagi Mba Dewi, blog punya andil dalam menyelamatkan kejiwaannya pasca kehilangan putra pertama di tahun 2014 dan keguguran di tahun 2015. Ya! 2 kali. Saya bisa membayangkan bagaimana rasanya karena juga pernah mengalami hal serupa, meskipun rasa sakitnya tidak sebanding dengan yang dirasakan Mba Dewi. Hingga akhirnya Mba Dewi memutuskan untuk pensiun dini sebagai jurnalis dan menekuni dunia blogging yang pada awalnya bertujuan untuk trauma healing pasca keguguran berulang. Dalam blognya, Mba Dewi banyak menulis tentang perjalanan Kakak Azka hingga mampu membuat sebuah postingan bertajuk trauma healing. Salut luar biasa tangguhnya Mba Dewi bisa keluar dari zona kesedihan dan berdamai dengan hati secepat mungkin, berkat dukungan dari suami dan keluarga tentunya. Beberapa tips yang patut dicontoh akan saya rangkumkan dalam postingan ini:
- Bersedih boleh saja, tapi jangan terlalu lama hingga menghukum diri sendiri. "Kesedihan boleh datang tapi kebahagiaan harus dijemput", tulis Mba Dewi. Seperti yang saya lakukan, menangis sepuasnya dan harus distop secepatnya, jangan sampai menikmati kesedihan.
- Terbuka dengan suami atau keluarga besar lainnya. Curhat sepuasnya tentang masalah apapun yang bisa membuat hati lega dan plong. Kehadiran suami dan keluarga akan sangat membantu kita bangit dari kesedihan.
- Berpikir positif dan salurkan energi untuk menekuni hobi misalnya travelling atau olahraga agar tidak terus-terusan teringat sakitnya pasca keguguran. Kalau Mba Dewi, seminggu pasca lahiran Kakak Azka nonton bioskop dan ngemall, hebat kan ya? Saya saja dua minggu baru bangkit.
- Lebih mendekatkan diri pada Tuhan, karena Tuhanlah pemilik sesungguhnya nyawa seluruh umat manusia di muka bumi ini. Selalu percaya bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia melewati batas kemampuannya.
Baca Juga: Myra Anastasia, Konsisten Menulis Konten
Sesaat setelah melahirkan Kakak Azka |
Sebenarnya yang terjadi pada Mba Dewi bukan hanya keguguran, karena janin pertama sudah berusia 24 minggu. Dalam postingan Mba Dewi pun saya baru kali pertama mengenal istilah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam kandungan. Untuk kasus IUFD, biasanya janin berusia di atas 20 minggu dengan organ fisik sudah terbentuk hampir sempurna, sedangkan di bawahnya adalah keguguran. Penyebab IUFD ini masih menjadi misteri karena tidak ada tanda-tanda pasti. Yang dirasakan oleh Mba Dewi saat itu adalah gerakan janin berkurang dan lama-lama menghilang, sedangkan prediksi awal dokter bisa jadi karena janin terlilit tali pusat atau tali pusat terpilin yang mengakibatkan asupan oksigen dan makanan berkurang. Secara medis, penyebab IUFD bisa karena tidak cocok golongan darah dan rhesus antara ibu dan bayi, kelainan kromosom, infeksi saat hamil, dan penyebab lainnya. untuk mendapat kepastian harus dilakukan autopsi. Biasanya persalinan IUFD disarankan normal dengan cara induksi atau memasang balon kateter. Prosesnya memang lama dan harus sabar dan perjuangan luar biasa Mba Dewi saat melahirkan Kakak Azka. Induksi 35 jam!
Baca Juga: Anisa AE, Blogger Inspiratif
Sekilas tentang IUFD yang saya cuplik dari blog Mba Dewi, untuk lebih jelasnya silakan berkunjung ke blog beliau, ya, dan rasakan betapa syahdunya perjuangan seorang ibu. Hebatnya blog, bisa membantu seseorang untuk memulihkan trauma dan bangkit dari rasa sedih karena menulis sama halnya dengan bercerita. Untuk Mba Dewi, insyaallah Kakak Azka bahagia di rumahnya dan dengan bahagia akan menunggu Mba Dewi di pintu surga, insyaallah. Semoga segera diberikan rejeki dan anugerah yang luar biasa setiap harinya, aamiin.
Ya ampun, saya jg bacanya salut bgt...
ReplyDeletemba ratna sangat tegar dan kuat sekali ya.. menghadapi cobaan seperti ini
ReplyDeleteSalam kenal
www.travellingaddict.com
insyallh azka akan menjadi anak yang sholeh. aminnn
ReplyDeleteBlog bisa mejadi tempat curhat buat Mbak Dewi,,, dan menghasilkan karya yang bisa di nikmati khalayak orang banyak,,,,Subhanallah...
ReplyDeleteKami sekeluarga juga pernah mengalami hal yang serupa seperti mbk Dewi, rasanya hampa tiada tara. Melahirkan seorang anak yang tak ada di pelukan, serasa ada sesuatu yang hilang setelah dikandung selama 7 bulan. Mungkin tuhan memang sayang kepada kita, karena anak merupakan Investasi Akherat.
ReplyDeleteTerima kasih reviewnya, Mbak. Blog sekarang memang punya arti penting dalam hidup dan kesehatan jiwa saya.
ReplyDeleteBukannya mb dewi dulunya jurnalis di tipi one yu, cmiw
ReplyDeleteE sebelume kompas ding, baru bc lebih lengkap hihi
ReplyDeleteTerima kasih tulisannya, Mbak Ayu. Semoga blog, menulis, dan support teman-teman blogger bisa selalu jadi obat yang mujarab buat trauma healing.
ReplyDelete