Kali ini aku akan sedikit bercerita tentang buku yang baru aja slese aku baca. Buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara ini cukup membuat aku termehek mehek dengan berbagai macam kisah yang ada di dalamnya..
Setelah halaman content, pembaca disuguhi dengan terjemahan dari syair Sayyid Ahmad Hasyimi yang diajarkan pada tahu ke-4 di Pondok Modern Gontor. Syair ini mengajarkan bagaimana manusia harus selalu bersabar dan iklhas dalam segala hal yang di dapat di hidup ini dan juga mengajarkan kaum muda untuk merantau dan mencari kemuliaan. Dan lirik yang paling aku sukai dari syair ini adalah: Jangan cari kemuliaan di kampung kelahiranmu, sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda. :)
Kisah Alief dalam novel ini di mulai dengan tekadnya mengikuti ujian kesetaraan SMA dan juga UMPTN, dan yang selalu dipandang sebelah mata oleh semua orang bahkan kerabat dekat dan sahabatnya sendiri, Randai. Tapi bagi Alief, gunjingan2 itu hanyalah sebuag angin lalu karena dia selalu berpegang pada nasihat Imam Syafi'i, "berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang." Dan untuk mengusir rasa bosan dan malas obat yang paling mujarab adalah: "Semakin banyak yang melihat aku dengan sebelah mata, semakin menggelegak semangatku untuk membuktikan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain, bahkan tidak boleh meremehkan impian kita sendiri, setinggi apapun. Sungguh Tuhan Maha Mendengar."
Dan akhirnya Alief berhasil menaklukkan UMPTN dengan keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orang tua, dan keajaiban doa.
Dengan berbekal sepatu hitam baru hasil ayah Alief menjual motor kesayangannya, Alief berangkat merantau ke Bandung, dan dengan pesangon dari para orang tua yang tidak lain adalah nasihat yang berbunyi:
"Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan kelakuan. elok-elok menyeberang. Jangan sampai titian patah. Elok-elok di negeri orang. Jangan sampai berbuat salah."
Yeepp.. begitulah nasihat yang kiranya harus aku lakukan di tempat rantauanku sekarang, selalu menjaga kelakuan dan nama baik orang2 yang kita bawa di pundak kita,,hehe
Ngomong2 soal rantau, jadi inget perjalanan panjangku sebelum bisa sampai seperti ini.. mulai dari keinginan masuk SMP dan SMA favorit di kota, secara aku dari kampung yang gak ngerti apa2, hahahha.. mulai dari bahasa Inggris yang hanya lancar melafalkan "where is the post office?"hehe. Dan di lanjut lagi harus gagal PMDK prestasi dan SMNPTN dan berlabuh di UMPENS. Subhanallah, hanya Allah yang tahu.
"Sungguh doa itu didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti dengan yang lebih cocok buat kita."
Setelah gagal tes dan interview di perusahaan A dan B, alhamdulillah, sekarang dapat pekerjaan yang InsyaAllah telah dicocokkan Allah denganku :). Begitu juga dengan Alief yang akhirnya bisa memampangkan tulisannya di beberapa media cetak baik lokal maupun nasional.
Dan yang membuatku sedikit merinding adalah salah satu pesan yang disampaikan lewat bayangan Alief yang telah diterpa berbagai macam masalah, soal uang itu pasti, masalah dengan sabahat kecilnya, Randai, dan dimana Alief bener2 dalam keadaan terpuruk.
"Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang. Di saat kurang senanglah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhnya Dia berjalan dengan orang yang sabar."
Subhanallah,, sungguh rasanya tertampar aku dengan kalimat ini. Aku yang baru dan hanya di beri sakit seperti ini sudah menyerah dan putus asa. Aku yang hanya di uji seperti ini sudah lunglai tak berdaya. Sungguh berdosanya aku ini atas nikmat yang telah aku dapat hingga seperti ini.. MasyaAllah...
Dalam novel ini, sihir man jadda wajada: siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses; manshabara zhafira: siapa yang bersabar akan beruntung; man sara ala darbi washala: siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai ke tujuan, masih sangat berpengaruh dalam hidup Alief dan dengan ditambah satu obat mujarab lagi Min haitsu la yahtasib: betapa Tuhan suka memberi surprise. Akhirnya Alief bisa menginjakkan kakinya di bumi yang selama ini dia idam-idamkan. Amerika. Dan bukan hanya Amerika, Alief mendapatkan banyak sekali bonus dalam perantauannya. Dan semoga hal ini bisa terjadi juga denga diriku,, gak akan ada penyakit yang berani hinggap di tubuhku..aamiin..
Yang sedikit menarik lagi adalah kisah asmara Alief yang dikisahkan dalam novel ini. Jatuh cinta pada pandangan pertama dan akhirnya menjadi teman dekat bahkan saat di Amerika. Dan Alief pun akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga dirinya mendapat gelar sarjana untuk mengungkapkan perasaannya kepada Raisa. kira2 lebih dari 4 tahun dia menahan rasa cintanya kepada seorang gadis dan akhirnya kandas juga. Ternyata sahabat kecilnya, Randai, telah memiliki hati Raisa. sungguh kisah cinta yang akhirnya gak sempat diucapkan oleh bibir Alief.
Sungguh berbagai macam bentuk pelajaran untuk bersabar yang harusnya bisa kita pahami dan petik hikmah dibalik kisah ini. satu lagi kalimat yang telah menggugah hatiku untuk selalu berpikir positif adalah:
"Bila badai datang. Hadapi dengan iman dan sabar. Laut tenang ada untuk dinikmati dan disyukuri. Sebaliknya laut badai ada utnuk ditaklukkan, bukan untuk ditangisi. Bukankah karakter pelaut andal ditatah oleh badai yang silih berganti ketika melinta lautan tak bertepi?"
Subhanallah... semoga aku termasuk golongan yang pandai bersyukur atas nikmat-MU ya Allah....
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^