[Review] Celengan Putih Merah

Penulis: Talhah Lukman Ahmad
Penyunting: Fatimah Azzahrah
Penerbit: Media Pressindo
Ukuran: 11,5 x 18,5 cm
Tebal: 152 halaman
ISBN: 978-979-911-218-7
Harga: Rp 22.500,- *)
Kadang gue berpikir kenapa sih celengan itu selalu identik dengan uang? Apakah sesuatu yang berharga itu harus selalu uang? Sampai-sampai di bank pun, pihak bank rela bikin safety box yang terbuat dari besi dan baja plus dikasih kunci kombinasi yang ribet banget.

Kembali timbul pertanyaan dalam diri gue: apakah yang harus dijaga atau disimpan ekstra ketat harus selalu berupa uang atau sesuatu yang berbentuk real (baca: nyata)?

Okelah, memang uang atau barang berharga lainnya perlu disimpan secara hati-hati supaya nggak dicolong maling tak bertanggung jawab. Tapi menurut gue masih ada hal lain yang bukan benda nyata, yang harus disimpan ekstra hati-hati.

Apakah itu? Jawabannya adalah KENANGAN.
Kecuali kalau kenangan buruk lo lebih banyak daripada kenangan indahya. Itu mah #nasib. Kalau gue sih jelas punya kenangan indah, terutama pas pakai seragam putih merah. Mulai dari demen boker di celana, mainan cingbenteng, sampai… ehm, cinta monyet pertama!

So, kesimpulannya adalah… yang kalian pegang ini bukan buku, melainkan celengan. Silakan dibaca danmulailah menabung gopek per gopek (demi kelangsungan hidup gue)! ^.^

******

Sepertinya, isi dari buku ini sudah dapat terbaca dengan jelas melalui sinopsis yang disajikan pada halaman belakang buku. Buku yang berisi nano-nanonya kenangan masa SD, berisi kegilaan penulis yang dialami secara nyata. Dari sampul bukunya, secara kasat mata sangat menarik dan mengundang pengunjung toko buku untuk membelinya. Tapi menurut saya, pembaca dewasa tidak akan begitu mudah untuk melirik, dan  menurut saya sasaran utama buku ini adalah remaja karena gambar cover yang begitu menunjukkan ke-SD-annya.

Secara konten, buku ini sangat menarik. Semua pengalaman nyata penulis saat masa sekolah dasar tertuang dengan sempurna. Banyak sekali tulisan-tulisan di dalam buku ini mengingatkan saya pada kejadian entah berapa tahun yang lalu. Beberapa tulisan membuat saya berkata dalam hati "ternyata gak cuma aku aja yang konyol di masa lalu" dan sering kali membuat saya tersenyum kecil. Ada cerita konyol bin menjijikkan saat penulis pup di sungai hingga anunya kejepit resleting, ahahaha. Itu membuat saya ketawa abis-abisan dan otomatis mengulik kejadian masa lampau. Bukan, bukan saya yang pup di celana atau anunya kejepit resleting. Tapi teman sekelas saya, cewek, yang pipis di celana di dalam kelas lagi. Aha, itu karena dia gak berani ke kamar mandi, takut ada hantu, katanya. Jadi, siapkan perut kalau mau baca buku ini, tapi dijami bakal sering senyum sendiri baca kisah Talhah. Kisah anak SD era 90-an yang gak ada di jaman serba modern ini. Masih ingat dengan permaian yang bernama cingbenteng? Cari tahu dalam buku ini!

Satu hal tentang konten yang menurut saya sebagai nilai negatif dari buku ini adalah tidak tersusun dengan baik. Awalnya saya mengira penulis akan bercerita mulai dari sekolah dasar kelas satu dan berurutan hingga kelas enam. Nah, ternyata tidak demikian, di awal bab bisa jadi penulis menceritakan tentang ujian nasional dan reuni. Namun bagian akhir kembali diceritakan kisah cinta masa SD. Ada baiknya sih, lebih tersusun rapi. Ah, menurut saya pribadi sih. Jangan ngambek ya, Talhah :)

Penuturan dalam buku ini seperti bercerita langsung kepada pembaca, seolah penulis mengajak pembaca untuk berinteraksi. Saya suka dengan cara demikian, hanya saja saya kurang suka dengan gaya bahasa yang cenderung berlebihan. Misal, penulis membuat sebuah deskripsi konyol kemudian mencoretnya seperti ini. Mungkin maksud penulis ingin menciptakan komedi namun kurang 'nonjok' di bagian komedinya, karena beberapa kalimat yang seharusnya gak perlu dimasukkan. Dan, mungkin karena saya terbiasa membaca buku dengan kalimat yang lugas dan terstruktur, menurut saya tata bahasa dalam penulisan kurang begitu menarik.

Secara keseluruhan, buku ini keren. Bisa membuat saya kembali mengingat masa-masa konyol nan indah yang pernah saya lakukan. Ah, pengobat rindu, adalah kata yang tepat untuk buku mungil ini.

17 comments:

  1. hmm... bagus reviewnyaa... saya lagi nulis novel, nanti kalo jadi dibuatin reviwnya yaa,,hehehe :p

    ReplyDelete
  2. hehehe...review nya bagus, saya bisa menggambarkan bahwa buku ini asik untuk dibaca itung-itung bernostalgia kelakuan dulu.
    makasih boss, salam.

    ReplyDelete
  3. Makasih buat masukannya. Reviewnya bagus :)

    ReplyDelete
  4. review kweren, nih!!!! kapan gue direpiu jugaaa??? hehe

    ReplyDelete
  5. di coret mungkin sengaja, karena kagak ada Tipe X mba, hehehe
    aku lebih suka buku bergenre sastra, dibanding genre yg lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. sesekali baca novel romantic, mas Andy buat refreshing hehee

      Delete
  6. Sebentar, nyimak dulu reviewnya yah? :D

    ReplyDelete
  7. kirain tentang apa postingan ini ternyata review buku ya.
    sayang kalau memang gak urutan or lompat-lompat gitu. mungkin ada hal lain yang dia pertimbangkan kali ya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^