Kursi goyang itu berderit dan bergerak lambat. Aku melihat
seorang lelaki bersarung dan memakai baju safari warna coklat usang. Peci hitam
itu tak lain adalah milik ayah. Ah, ternyata lelaki itu memang ayah. Aku berjalan
lambat menuju kursi goyang itu. Aku melihat ayah sedang menikmati rokok
tembakau dan kue cucur yang selalu disediakan ibu di sore menjelang maghrib. Aku
duduk bersimpuh dibawah kaki ayah dan menyalami tangan dinginnya.
“Kenapa kau baru datang berkunjung anakku? Ayah
sangat merindukanmu.”
Ayah mengusap rambutku dengan lembut saat aku
sandarkan kepalaku di tungkai ayah. Aku selalu merindukan saat-saat seperti ini. Menjelang
maghrib ayah selalu mendongengkan sejarah pewayangan untukku. Kadang ayah juga
menyanyikan tembang jawa dengan suara ala kadarnya. Dengan wajah lelahnya, dia
tak pernah surut semangat untuk bercerita kepadaku.
“Ambillah lukisan itu.” Ayah menunjuk salah satu
dinding rumah kami yang sudah berkarat tanah. Aku berdiri dan berjalan menuju
lukisan tua itu. Lukisan itu penuh debu, warnanya sudah usang.
“Dewi Srikandi…” Kataku sambil memberikan lukisan itu
kepada ayah.
“Dewi Srikandi adalah panutan bagi prajurit wanita. Dia
adalah wanita yang bertanggung jawab. Srikandi menjadi senapati perang dan
menghabisi musuh Pandawa. Jadilah Srikandi di masa depan anakku. Ayah selalu
bangga kepadamu.”
Aku mengangguk pelan dan tersenyum simpul kepada
ayah. Aku bahagia bisa melihat ayahku lagi. Sudah sangat lama aku tidak
berkunjung ke tempat ini. Dan sejak itu aku tidak pernah melihat kursi goyang ayah
bergerak lambat menjelang maghrib. Kursi goyang itu sudah usang dan rapuh. Mungkin
seluruh bagian rumah ini telah rapuh.
“Ayah, bernyanyilah untukku.” Ayah terdiam dan
menatapku lamat-lamat. Bibirnya mulai bergerak.
Lir ilir lir
ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo
royo
Tak sengguh
penganten anyar
Bocah angon
bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu yo
penekno kanggo mbasuh dodotiro
Kursi goyang itu perlahan mulai berhenti, suara ayah
menjadi lirih dan semakin sulit untuk didengarkan. Aku merindukanmu ayah.
***
note: 302 kata
Bagus,, tentang ayah.. :D
ReplyDeleteTerima kasih mas Agus :)
DeleteMembuatku rindu ayah >.<
ReplyDeleteKalau ayahnya masih ada dikunjungi mbak, kalau ayahnya (maaf) sudah tidak ada mari dikirimkan doa yang terbaik :)
DeleteHuhuhuu... cerita nya bikin sedih :)
ReplyDeleteAnak saya lagi belajar lagu lir ilir yg diajarkan mbah uti nya hehehe....
Saya dulu diajarkan kakek saya mbak lagu itu. sama lagu sluku-sluku bathok.
Deletemerinding..
ReplyDeletehihi :D
DeleteNice one ;)
ReplyDeletebtw, Srikandi was another woman. Dia prajurit perempuan, tapi penggoda suami orang T.T *lost focus*
wihihihi,, ada beberapa versi ceritanya mbak, kalo versi pewayangan Jawa Srikandi jadi istrinya Arjuna, cmiiw :)
Delete