Ulang Tahun Jaman Dulu

Waktu itu umur saya baru 9 tahun ketika ulang tahun saya dirayakan untuk pertama kalinya. Ulang tahun saya dirayakan bersamaan dengan ulang tahun adik perempuan saya yang berumur 3 tahun. Ulang tahun kita tidak pada hari dan tanggal yang sama, tapi ayah saya menempatkan perayaan ulang tahun kami pada hari minggu, saat kedua orang tua dan keluarga besar saya pulang ke rumah di Lamongan karena mereka bekerja di Surabaya. Dan pada hari minggu pula semua teman-teman saya di sekolah bisa hadir di perayaan ulang tahun saya dan adik saya.

Tidak ada kue ulang tahun, hanya ada tumpeng nasi kuning yang cukup besar yang dibuat sendiri oleh nenek saya. Nasi tumpeng itu diletakkan diatas tampah (wadah dari anyaman bambu) dan di sekelilingnya dipenuhi dengan lauk pauk yang semuanya adalah masakan ibu, nenek, dan tante saya. Perayaan ulang tahun ini berlangsung setelah Ashar dan semua teman sekolah yang saya undang menghadiri acara ulang tahun dobel ini. MC dari acara ulang tahun ini adalah ayah saya sendiri. Sedikit mengingat-ingat acara ulang tahun ini cukup sederhana, dimulai dengan menyanyikan lagu ulang tahun secara bersama-sama. Ruang tamu rumah nenek menjadi sangat riuh dengan suara gemuruh nyanyian lagu ulang tahun. Setelah itu tiup lilin secara bergantian antara saya dan adik saya. Saya masih ingat, waktu itu lilin berbentuk angka cukup besar dan berwarna merah. Lilin diletakkan di depan nasi tumpeng dan ditiup bergantian. Setelah saya meniup lilin angka 9, selanjutnya adik saya yang kesulitan meniup lilin berangka 3. Selanjutnya saya memotong ujung tumpeng dan menyuapkannya kepada ayah dan ibu saya.

Oh iya hampir lupa, semua teman yang diundang kami berikan mahkota dari kertas untuk perempuan dan topeng kertas untuk laki-laki, unik kan? Acara selanjutnya adalah penyerahan kado untuk saya dan adik saya. Jadi satu per satu teman-teman yang hadir maju ke depan dan memberikan kadonya untuk saya. Masih jadul banget kan ya? Setelah penyerahan kado selesai ada acara tabur uang receh dari kakek saya. Jadi uang receh di campur dengan beras kuning di tabur di tengah ruang tamu dan semua teman-teman saya akan saling berebut untuk mendapatkan uang-uang receh tersebut. Itu bagian yang saya sukai, karena acara menjadi semakin rame dan seru karena saya pun tidak mau kalah untuk ikut berebut uang receh, hehe. Di penghujung acara ada sesi foto-foto. (Sayang sekali saat ini saya belum bisa upload karena album fotonya ada di Lamongan. Insyaallah saat saya pulang ke Lamongan akan saya upload fotonya di postingan ini walaupun giveawaynya sudah expired.) Semua teman-teman yang hadir mendapatkan bingkisan berupa makanan dan mainan dari saya kalau orang Jawa bilang itu 'berkatan', dan saling berebut untuk mendapatkan balon yang dijadikan hiasan. Malam harinya adalah sesi membuka seluruh hadiah, saya dan adik mendapatkan banyak sekali hadiah. Pada jaman itu hadiah yang nge-trend adalah alat tulis dan boneka, bahkan ada yang memberikan hadiah kue-kue juga. Hihi, I miss that moment.

Itulah pengalaman ulang tahun pertama saya. Sebuah kenangan yang tak akan pernah hilang dari ingatan saya. Yang paling terkenang dari acara ini adalah seluruh keluarga besar saya berkumpul menjadi satu di ruang tamu dalam acara ini. Saling memberikan doa dan nasehat kepada saya. Tapi, yang paling penting adalah kehadiran ayah saya. Kenapa demikian? baca ini. Hampir di setiap acara keluarga tidak ada kehadiran ayah seperti pada postingan ini. Sekarang tidak ada perayaan ulang tahun seperti dulu lagi. Tidak ada kemeriahan di ruang tamu seperti jaman dulu. Tapi setiap tahun saya masih mendapatkan banyak doa dari teman-teman saya seperti tahun lalu. Bagi saya perayaan ulang tahun bukanlah sesuatu yang cukup penting tapi karena terpenting adalah bagaimana kita memaknai hidup kita dan menggunakan umur kita secara bijak. Dan saya berharap tetap bisa mejalani kehidupan ini dengan baik. Satu impian saya yang sampai saat ini belum terwujud dan ingin saya wujudkan: saya ingin merayakan ulang tahun saya bersama ayah saya lagi, entah kapan itu akan terjadi.

***

Postingan ini diikutsertakan pada Give Away Ultah Samara

6 comments:

  1. Seru sekali cerita ultah jadulnya. Saya baru tahu ada tradisi tebar uang receh itu, pasti itu menjadi hal sangat dinanti yaaa :)

    Anyway terima kasih sudah berpartisipasi dalam GA saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, jaman dulu jarang banget merayakan ulang tahun apalagi di desa. beda sekali sama jaman sekarang yang ulang taunnya pasti dirayain dengan mewah, hihi..

      sukses mbak buat GAnya :)

      Delete
  2. boleh jadul, tp biasanya yg jadul yg berkesan krn jrg dilakukan lagi sekarang ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup,, setuju sekali mba Ria. Kenangannya tak pernah terlupakan.. :)

      *nyari tiket pulang bongkar lemari nyari album*

      Delete
  3. wah ultah dengan tumpeng nasi kuning rasa nya tak terlupakan ya mbak. oya sudah saya follow blognya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti mbak, saya tidak akan pernah melupakan ulang tahun pertama saya..
      terima kasih mba, sudah di folbek ^.^

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^