Merantau bagi saya adalah hal yang sangat menyenangkan, saya secara
pribadi bisa belajar untuk hidup mandiri dan tidak merepotkan orang tua. Sejak
kuliah saya sudah hidup berpisah dengan orang tua saya, ibu saya berada di
Sidoarjo sedangkan saya kuliah di Surabaya. Masih termasuk jarak yang dekat
sih, dan saya masih bisa pulang ke Sidoarjo setiap saat semau saya. Tapi walaupun
jarak yang saya tempuh hanya sekitar satu jam, hidup terpisah dengan orang tua
mengajarkan saya banyak hal terutama kemandirian. Dan sekarang saya merantau
lebih jauh lagi yaitu di kota Cikarang Jawa Barat. Awalnya saya sangat senang
karena bisa kembali hidup terpisah dengan keluarga. Saya bisa semakin bebas
melakukan hal-hal yang saya suka. Saya bisa bepergian kemanapun saya mau, hehe.
Tapi memang benar saya menikmati hidup di perantauan yang sangat jauh ini dan
tidak harus pulang tiap minggu karena tiket pesawat yang cukup mahal. Hal yang
benar-benar saya sadari adalah saya melakukan semua hal sendirian dan
benar-benar hidup mandiri. Yang pertama saya rasakan adalah betapa susahnya
mengatur keuangan karena biasanya terima beres dari ibu saya, jadi merantau
mengajarkan saya bagaimana mengatur keuangan dengan baik. Pernah suatu ketika
saya tergiur dengan label “BIG SALE” di suatu pusat perbelanjaan yang akhirnya
membuat kondisi keuangan saya keteteran di akhir bulan. Harus benar-benar
ngirit saat itu dan tidak berani untuk menceritakan hal ini kepada ibu saya. Malu
rasanya. Ini membuat saya benar-benar sadar bahwa saya harus bisa mengatur
anggaran belanja saya. Yang semula belanja hal yang diinginkan berubah menjadi
belanja hal yang dibutuhkan. Noted.
Hal kedua yang membuat saya suka dirantau adalah saya mulai belajar
masak. Walaupun hanya sekedar makanan yang mudah untuk sarapan dan makan malam
tapi rasanya saya bangga bisa makan hasil masakan saya sendiri apalagi rasanya
enak, hehe. Sampai sekarang memasak menjadi hobi baru
saya yang cukup menyenangkan dan juga bisa dijadikan alas an untuk berhemat. Saya sudah bisa masak rawon, sop daging, pasta, dan aneka masakan bule dari kentang lho. Lumayan kan bisa masak buat investasi masa depan sebagai istri. Hal lain yang sangat menyenangkan hidup dirantau adalah saya bisa bertemu dengan orang-orang baru, lingkungan baru, dan berbagai tempat baru yang selama ini tidak saya sangka bisa melihatnya seperti Bandung, Jakarta, Bogor, dan tempat menarik lainnya. Hal ini menambah pengalaman saya di kota baru dan membuat saya berpikiran luas. Seru kan? Ayo merantau, hehe.
saya yang cukup menyenangkan dan juga bisa dijadikan alas an untuk berhemat. Saya sudah bisa masak rawon, sop daging, pasta, dan aneka masakan bule dari kentang lho. Lumayan kan bisa masak buat investasi masa depan sebagai istri. Hal lain yang sangat menyenangkan hidup dirantau adalah saya bisa bertemu dengan orang-orang baru, lingkungan baru, dan berbagai tempat baru yang selama ini tidak saya sangka bisa melihatnya seperti Bandung, Jakarta, Bogor, dan tempat menarik lainnya. Hal ini menambah pengalaman saya di kota baru dan membuat saya berpikiran luas. Seru kan? Ayo merantau, hehe.
Tapi hidup di rantau tidak semudah yang kalian bayangkan. Jauh dari
ibu dan keluarga besar itu ternyata cukup tidak menyenangkan juga. Banyak rindu
yang harus tersimpan rapat-rapat dan hanya bisa dilampiaskan melalui suara
yaitu telepon tanpa melihat secara langsung wajah orang-orang yang saya
rindukan. Ada satu hal yang sangat saya tidak suka berada jauh dari keluarga
besar yaitu saat saya sakit. Bukan sakit yang biasa seperti pilek, batuk, atau
demam. Tapi sakit beneran. Waktu itu sudah lebih dari 6 bulan saya berada di
Cikarang dan akhirnya saya terserang demam yang tak kunjung reda hingga
akhirnya di vonis dokter terkena tipes. Tidak hanya sampai di situ saja, saya
juga terkena flek paru-paru pada saat yang sama sehingga saya harus opname di
salah satu rumah sakit di Cikarang selama beberapa hari. Saat seperti itulah
saya sangat membutuhkan orang-orang yang selama ini menemani saya. Ibu saya
hanya bisa menemani saya lewat telepon karena saya memang melarang ibu untuk datang
ke Cikarang karena akan membuat keluarga lain semakin gelisah. Di saat seperti
itulah saya merasakan ingin kembali ke kota asal saya dan tidak ingin merantau
lagi. Walaupun ada beberapa teman yang menemani saya di waktu mereka pulang
kerja tapi rasanya itu berbeda dengan kehadiran ibu dan keluaga saya. Memang
sangat tidak enak jika harus sakit keras di rantau. Mungkin itulah cobaan bagi
saya yang hidup jauh dari orang tua untuk mencari jati diri dan pengalaman
sebanyak-banyaknya.
Suka duka hidup di rantau itu memang sangat bervariasi, tapi saya
sangat menikmati perantauan saya di sini. Banyak sekali pengalaman dan cobaan
yang saya alami dan itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan tidak
bergantung pada orang lain. Intinya adalah bagaimana kita bisa mengatur segala
hal dengan baik seperti mengatur pengeluaran, menjaga kesehatan maka kita akan
bisa menjalani kehidupan dirantau dengan baik. Bukan dengan mulus lho ya. Jangan
cari kemuliaan di kampung kelahiranmu, sungguh kemuliaan itu ada dalam
perantauan di usia muda.
Note: 699 kata
***
“Artikel ini diikutkan dalam Giveaway gendu-Gendu Rasa Perantau”
Makasih udah ikut GA saya :)
ReplyDeleteBiarpun bertahun-tahun di rantau saya masih belum bisa masak. Jadi malu...
@Millati. sama-sama mbak.. hihi saya juga baru belajar apalagi ternyata masak itu hal yang sangat menyenangkan :)
ReplyDelete