Pasar Terapung Muara Kuin yang Teracam Punah |
Pasar Terapung Muara Kuin yang Terancam Punah – Atau yang sering
disebut dengan pasar terapung sungai Barito karena posisinya berada di atas
sungai Barito di muara sungai Kuin Banjarmasin. Termasuk salah satu destinasi
wisata yang sejak dulu ingin sekali saya kunjungi terlebih lagi pasar ini
pernah menjadi maskot salah satu televisi swasta yang terkenal dengan jempolnya
itu. Disebut sebagai pasar terapung karena semua transaksi jual beli berada di
atas perahu atau jukung (dalam bahasa Banjar) karena memang pada jamannya
Banjarmasin mendapat julukan sebagai kota seribu sungai sehingga aktivitas
dilakukan melalui jalur air. Sayangnya, pasar terapung muara Kuin ini saya
masukkan dalam kategori yang terancam punah karena beberapa hal.
Untuk mengunjungi kawasan wisata pasar terapung muara Kuin harus
menyiapkan diri sebelum subuh, karena pasar tersebut hanya buka pada pukul 5
hingga 7 pagi waktu Indonesia barat. Sayangnya saya dan suami berangkat bersama
beberapa rekan lainnya yang terhitung ngaret
jadi kami sampai pasar sekitar pukul setengah tujuh. Untungnya jarak pasar
dengan hotel kami menginap hanya sekitar 15 menit dan suami memacu mobil dengan
kecepatan cukup tinggi. Sampai di kawasan sungai, akan banyak orang yang
menawarkan perahu, tanpa banyak pilih suami berhenti di salah satu dermaga yang
punya tempat parkir luas (di halaman rumah orang, hehe). Pemilik perahu
menawarkan harga tiga ratus ribu rupiah untuk menuju pasar terapung muara Kuindan singgah ke Pulau Kembang untuk melihat ekosistem monyet. Suami menawar dan
sepakat pada harga dua ratus lima puluh ribu, sewa perahu ini tanpa batas waktu
jadi sesuai permintaan kami saja asal tujuan tetap di pasar terapung dan Pulau
Kembang. Ternyata perjalanan dari dermaga menuju pasar terapung cukup jauh
meskipun kami menggunakan perahu motor masih menyita waktu lebih dari 15 menit.
Alhasil kami sampai saat pasar sudah mulai bubar dan menyisakan beberapa
penjual saja.
Rombongan lain yang sedang bertransaksi, saya agak ngeri dengan orang-orang yang berada di atap perhau tersebut, takut tergelincir, hehe |
Penjual buah di pasar terapung sungai Barito |
Salah satu pedagang yang hendak pulang |
Pedagang makanan dan kue yang akhirnya kami hampiri |
Cara membeli menggunakan tongkat berpaku |
Baca Juga : Sakralnya Tanah Lot
Dari beberapa pedagang tersebut beberapa yang kami jumpai adalah penjual sayur, buah, ikan, kebutuhan rumah tangga, makanan, aneka kue, topi tradisional, dan lainnya. Ada beberapa pedagang yang masih menjalankan sistem barter antar pedagang. Yang unik adalah cara membeli barang dagangan, pedagang akan melemparkan kayu yang ujungnya terdapat paku lalu pembeli mengambil dagangan melalui tongkat kayu tersebut. Mungkin hal tersebut berlaku saat posisi pedagang dan pembeli berjauhan, tapi karena penasaran, saya pun mencobanya meskipun perahu kami saling berdempetan, hehe. Harga kue (wadai, dalam bahasa Banjar) terbilang murah, sih, seribu rupiah saja, cukup lah untuk mengganjal perut di pagi hari.
Dari beberapa pedagang tersebut beberapa yang kami jumpai adalah penjual sayur, buah, ikan, kebutuhan rumah tangga, makanan, aneka kue, topi tradisional, dan lainnya. Ada beberapa pedagang yang masih menjalankan sistem barter antar pedagang. Yang unik adalah cara membeli barang dagangan, pedagang akan melemparkan kayu yang ujungnya terdapat paku lalu pembeli mengambil dagangan melalui tongkat kayu tersebut. Mungkin hal tersebut berlaku saat posisi pedagang dan pembeli berjauhan, tapi karena penasaran, saya pun mencobanya meskipun perahu kami saling berdempetan, hehe. Harga kue (wadai, dalam bahasa Banjar) terbilang murah, sih, seribu rupiah saja, cukup lah untuk mengganjal perut di pagi hari.
Hal yang mungkin cukup disayangkan adalah lokasi pasar terapung muaraKuin ini sendiri, yaitu berada di tengah pemukiman dan industri kayu
gelondongan sehingga terlihat kumuh. Melihat warna air saja sudah terkesan
kumuh ditambah lagi dengan tercemarnya lingkungan sekitar dengan kayu-kayu yang
berserakan. Belum lagi sepanjang mata memandang harus melihat warga sekitar
mandi, cuci baju, dan sebagainya. Duh, mata saya berdosa melihat bapak-bapak
atau mas-mas yang sedang mandi hanya dengan celana dalam saja, hiks, mbok ya ditahan dulu mandi dan cuci
bajunya hingga pasar bubar, haha. Itulah alasan saya memasukkan wisata pasarterapung muara Kuin ini dalam kategori terancam punah, sepertinya, kok, tidak
terjamah oleh pemda setempat agar dilestarikan. Seharusnya kan tempatnya
eksklusif, kalau bisa jauh dari industri kayu gelondongan agar tetap bersih. Pengunjung
masih banyak yang datang, lho, hanya saja mungkin mereka sama kecewanya dengan
saya yang mehilat kondisi pasar tersebut. Sedih, sih, pas bisa datang
berkunjung pas kondisinya sudah memprihatinkan seperti ini. Semoga pemda
setempat tidak hanya memikirkan kemajuan daratan, sungai pun harus diperhatikan
agar sejarah tidak pernah hilang. Setelah dari pasar terapun Muara Kuin, perahu
kami berangkat menuju sisi lain sungai Barito yaitu Pulau Kembang, nantikan di
postingan selanjutnya.
Di sekeliling banyak sekali anak kecil yang mandi di sungai ini |
Foto bapak/mas yang mandi diganti foto anak kecil ini saja, ya? hehe |
Memangnya sungai tersebut nggak dalam ya mba banyak anak kecil yang terjun secara bebas disana takutnya kenapa-napa hihihi *baper
ReplyDeleteNah, kayaknya sih gak seberapa dalam mbak, airnya keruh soale
DeleteHarusnya objek seperti ini bisa dijaga oleh pemerintah setempat, Yu. Bisa jadi aset wisata, liat dua foto terakhir kok miris ya. Gak sedap banget pemandangannya. Apa perlu pasar terapung ini direlokasi. :)))
ReplyDeleteHarusnya, Da, tapi apa mau dikata.
DeleteBeuh, itu baru dua poto, coba kalo liat sendiri, geliiiiii :D
Keren banget. Aku dulu pernah baca tentang eksistensi pasar ini. Sampai yg "RCTI OKE" pakai pasar apung ini bukan, Ay? Kayaknya kehidupan mereka guyub gitu ya di perairan.
ReplyDeleteIya, mbak, yg jadi slogan jempol, eman ya mbak
DeleteTerus..ujung pakunya ditancepin ke kue atau gimana? Kuenya rusak nggak bentuknya?
ReplyDeleteIyappp, mbak, rusak sih enggak, cuma takut tetanus hehe
DeleteKatanya di siring juga ada wisata naik kelotok ini cuma aku juga blm pernah coba
ReplyDeleteSiring itu dimana, mas? :D
DeleteDi seberang Masjid Sabilal Muhtadin yang ada patung Bekantan gedhe
DeleteHooo tau kayaknya, sempat beberapa kali lewati patung bekantan, trus pagi2 sempat lihat pasar apung juga di sungai tengah kota dan lebih rame!
DeleteSayang sekali ya Mak. Kudunya dilestarikan ya.
ReplyDeleteEman bangeetttt.. kayak gak diurus, syediihh
DeleteSayang banget ya kalau punah, padahal itu masuk kekayaan budaya. Kebetulan pernah ke Kuin, saudara suami ada yg disana.
ReplyDeleteIya mbak, kan uda terkenal sejak dulu, saya aja berprinsip harus kesini tapi sayang kecewa
DeleteFotonya bagus-bagus loh mbak, menarik dan inspiratif.
ReplyDeleteBisa jadi destinasi wisata belanja itu..
emang tempat wisata :p
Deletewah, jangan Mb, saya belum ke sana
ReplyDeleteBuru-buru gih kesana mbak sebelum lenyap :(
DeleteAaah, jadi pasar ini ya yang ada di RCTI waktu itu ._. dulu kayaknya rame ya mbak ._. sekarang udah sedikit sepi :(
ReplyDeleteIyaaa benerrr.. rcti punya dulu
DeleteDari dulu pengin banget ke pasar terapung sejak lihat iklan salah satu stasiun tv swasta. Sukaaa banget, lha ini kk posting ginian aku jadi makin pengin ke sini :((
ReplyDeleteHayukk liburan, Uni, sebelum tempatnya semakin menghilang :D
DeleteAhhh teringat ma RCTI zaman dulu. Dulu pas aku kecil, pingin banget ke pasar ini. Sampe gedhe juga belum keturutan >,<
ReplyDeleteInsyaallah nanti ada rejeki berkunjung ke Banjar ya mba nisa :)
DeleteWah seru banget, jadi pengen ke Banjar lagi supaya bisa mampir di pasar apung :-)
ReplyDeleteDulu uda pernah ke Banjar, Rud? gak kesini?
Deletepadahal seru banget ya... sayang banget klo sampe ga terurus dan punah :(
ReplyDeleteNah itu mbak, syedih liat kondisinya
DeleteAnak-anak itu nyaman banget berenangnya, padahal airnya kotor, hihiii
ReplyDeleteAku geli banget loh mbak, soale di sebelah yang mandi ada yg nyuci baju, di sebalh lagi ada WC hehe
Deletesemoga ya pemda nya lebih peka. Ini kan aset wisata daerah dan Indonesia. aaah jangankan sungai barito di banjar. Sungai kapuas di pontianak juga tercemar mbak. Sedih sedih. hiks T^T
ReplyDeleteKayaknya sungai besar emang kurang diperhatikan ya sekarang, alhamdulillah di sampit sungai mentaya jadi pelabuhan
DeletePertama kakli tahu pasar terapung dr jingle iklan RCTI jaman dulu.
ReplyDeleteSemoga pemerintah segera tanggap dengan aset wisata yg satu ini ya Mak :)
Aamiin, mbaakk.. biar tetap terjaga :)
Deleteaku gak bosen2 liat foto2 di postingan ini. Bagus2 dan menangkap suasana di sana... sayang ya kalau smp terancam punah... Sementara org jauh2 dtg ke Bkk utk lihat suasana seperti ini. Padahal di dalam negeri ternyata ada
ReplyDeleteAda buaya gak di sungainya :O *salah fokus* hahaha
ReplyDelete