[PojokWBIdol] Manusia Harus Beradab

Alhamdulillah lolos dan menjadi pemenang pada tantangan sebelumnya. Pada tantangan kali ini, juri memberikan tema yaitu: Pancasila dan saya mendapat tema untuk sila ke-2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, itulah bunyi sila kedua dari Pancasila yang sedari tahun 1945 menjadi dasar bangsa ini dalam hidup berdampingan sesama manusia. Meskipun Pancasila adalah dasar negara tapi pada kenyataannya tidak semua orang bisa menerapkan dengan baik, atau bahkan enggan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Jangan semena-mena terhadap sesama.
Sila ini dilambangkan dengan rantai yang saling terhubung satu sama lain yang berarti mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban setiap manusia tanpa membedakan ras, keturunan, agama, adat, warna kulit, bahkan kedudukan sosial. Masih ingat, kan, pada tema pertama, saya sedikit membahas tentang beberapa teman SMP yang menghina saya karena asal muasal saya yang dari kampung, sepeda butut, dan wajah yang jelek. Hal tersebut bisa digolongkan sebagai perlakuan yang tidak berperikemanusiaan dan semena-mena, padahal kami sama-sama manusia. Perlakuan buruk terjadi mulai dari saya kelas 1 hingga 3 SMP, sepanjang 3 tahun itu ada beberapa orang yang memang setia untuk menghina saya, mengolok latar belakang saya, dan mencaci penampilan saya. Mungkin maksud mereka adalah bercanda, tapi rasanya tidak nyaman jika setiap hari mendengar celotehan yang sama dari orang yang sama pula. Untungnya kok saya tidak sampai mutung ke sekolah. Itulah contoh kecil perlakuan kasar yang pernah saya terima di masa muda, tapi tidak pernah ada niatan untuk membalas mereka disaat saya sudah bisa membuktikan prestasi-prestasi yang telah saya raih. Cukup saja mereka tahu bahwa olokan itu tidak menghancurkan mimpi-mimpi saya.

Menegakkan keadilan meskipun untuk hal kecil.
Kecurangan kecil yang dilakukan sedari dini niscaya akan menimbulkan kehancuran besar, percayalah. Hal yang terang-terangan saya tidak suka adalah menerobos antrian. Beberapa kali saya beradu mulut terutama dengan ibu-ibu masalah antrean. Yang paling baru adalah antrean cek in tiket di bandara, seorang ibu dengan 3 orang anaknya dengan santainya nyelip di sebelah kiri di depan saya. Awalnya saya tegur dengan sopan malah melengos dan anaknya pun hanya senyum, padahal ada anak yang paling kecil yang sepertinya masih sekolah dasar. Saat antrean makin panjang, si ibu dan rombongan anak-anaknya semakin merangsek di dalam barisan, saya tegur untuk kali kedua malah marah-marah. Akhirnya saya berkata lirih, “Kok gak punya malu, ada anak kecil nyerobot antrean”, setelah itu saya biarkan saja karena suami tidak ingin ribut di bandara. Jika orang tua tidak bisa memberi contoh yang baik dan benar, mau dibawa ke mana generasi penerus bangsa kita? Antre itu menandakan bahwa kita menghormati hak orang lain yang sudah datang lebih dulu, dengan sabar.

Rasa kemanusiaan yang semakin pudar.
Indonesia saat ini sedang darurat asap untuk pulau Kalimantan dan Sumatera yang sepertinya sudah menjadi masalah tahunan. Dulu, saat masih tinggal di pulau Jawa, saya hanya bisa berdoa untuk semua orang yang terkena kabut asap, tapi sekarang saya merasakannya sendiri. Saya tinggal di kota Sampit dengan kabut asap yang selalu tebal sepanjang hari bahkan jarak pandang hanya 1 meter saja. Beberapa minggu sebelumnya, saya sempat berlibur ke pantai Ujung Pandaran yang berada di Teluk Sampit, yang ditempuh 1,5 jam sari kota Sampit. Sepanjang jalan yang kami lewati adalah hutan pinus dan ladang gambut dengan banyak sekali titik api. Sedangkan di sekitar pun ada beberapa rumah penduduk. Menurut info yang saya dapatkan, ladang dan hutan tersebut memang tanpa tuan dan sengaja dibakar untuk membuka lahan kebun, biasanya kebun sawit. Tanpa memikirkan dampak yang sangat fatal bagi orang banyak, mereka membakar lahan demi keuntungan semata. Saya rasa, orang-orang semacam itu tidak pantas disebut sebagai manusia. Membunuh banyak nyawa hanya karena uang, dan memang, uang bisa membuat manusia gelap mata. Biarlah Tuhan yang membalas perilaku jahanam mereka.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Seharusnya memang bisa dijadikan landasan utama bagi kehidupan agar tercipta kehidupan yang selaras, rukun, dan damai. Tapi memang pada prakteknya akan selalu ada manusia yang lebih dikuasai nafsu dan berperilaku seperti binatang. Sebagai manusia normal dan masih memiliki akal, setidaknya landasan tersebut masih berlaku untuk saya dan jutaan manusia lainnya. Masih banyak manusia yang rela membagi rejekinya untuk manusia lain yang membutuhkan terlepas apa agamanya. Masih banyak manusia yang ikhlas memberikan beberapa kantung darahnya untuk menusia lain terlepas ada di posisi mana tingkat sosialnya. Masih ada manusia yang bersedia memberikan kursi di kereta untuk manusia lain terlepas apa warna kulitnya. Masih ada jutaan manusia yang dengan sukarela membagikan masker untuk korban kabut asap terlepas apa sukunya. Masih banyak manusia yang lebih beradab tanpa peduli siapa dirinya.

10 comments:

  1. Sering kali memang keserakahan manusia membuat "mereka" jadi tidak beradab. Tapi tetep, seharusnya mereka bisa lah sedikit mengontrolnya, kan pada punya otak buat mikir. Sayangnya lagi, otak yang dianugerahkan itu digunakan untuk memikirkan hal-hal yang kurang pantas, seperti misalnya untuk mencari cara agar keserakahannya bisa terpuaskan. Solusinya? Ambil aja otaknya. Wkwkwkwkwk :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkkwwk emang mau diambil otaknya, huh? emang harus dari akarnya kalo mau ubah total, revolusi, reformasi, restorasi

      Delete
  2. wahh kamu berani yu nringatin yg nyrobot antrean, kalo aku cemen dan pasrah aja takut disemprot balik

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahhha.. aku paling sebel kalo disrobot mbakk.. ada bapak2 pake baju polisi aja aku tegor

      Delete
  3. Manusia tidak akan pernah bisa 'adil', karena sifat adil hanya milik Tuhan semata.
    Namun seharusnya manusia bisa Beradab. ---> seperti judul postingan ini. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, bener mas,,, susah kalo mikir manusia bakalan adil

      Delete
  4. Waduuh, asapnya sampai sampit, yuk?
    Jaga kesehatan, ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sampit darurat asap mbakk.. jarak pandang 1 meter pun pernah :(

      Delete
  5. Hidup memang tidak adil jadi biasakan dirimu -Patrick Star-

    Sempat ane berpikir tentang kutipan dari si patrick setelah membaca postingan agan, ya hidup gitu gan gak semua harus lurus dan gak semua bengkok mulu. Yang terpenting bagaimana kita bisa menyikapi semua dengan bijak

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti, gak akan ada hidup yg lurus dan sempurna, tp kalo pun belok2 jgn ke hal yg negaitf dan menyusahkan orang lain

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^