[BeraniCerita #09] Primadona

Primadona, itulah julukan untukku. Aku tinggi semampai, tubuhku ramping berisi, rambutku hitam lebat, bibirku ranum dan seksi. Aku cantik sempurna. Banyak pria yang menginginkan aku untuk menjadi kekasih bahkan ada yang berani melamarku. Ah, bodoh rasanya jika aku harus menerima lelaki jelek dan miskin. Calon suamiku harus laki-laki yang berbobot.

“Shinta, ada acara gak entar malem. Dinner yuk.”

Andri. Dia memang lelaki tampan, badannya berisi dan berotot, tubuhnya harum dan tampilannya pun rapi. Dinner malam ini pun lumayan berkelas, tapi sayang dia menjemputku dengan sebuah taksi. Lelaki tanpa mobil, jangan harap bisa mendapatkan hatiku.

Bagiku, memilih lelaki sebagai pasangan hidup harus benar-benar sempurna. Karena aku tak mau hidup susah dan menanggung malu karena muka suamiku yang tak sedap dipandang mata. Amit-amit deh.

“Eh, denger ya culun. Elu itu jelek, item, kriwul lagi. Mana gue mau sama Elu. Pergi sana!”

Seorang rekan kerja di kantor beraninya menyatakan cintanya padaku. Aku rasa urat malunya sudah putus. Dia jelek dan aku cantik, apa kata dunia?

******

Hidup yang sempurna.

Hari-hari yang aku nantikan akan segera datang. Menunggu kelahiran jabang bayi dari suamiku yang super tampan ini. Tidak salah aku memilih bule seberang yang kaya raya dan sangat mencintaiku. Hidupku lengkap sebagai seorang primadona.

Lampu penanda di ruang persalinan telah menyala sedari tadi.

“Selamat Bu, anak Anda perempuan. Cantik.”

Mataku nanar melihat anakku. Aku teringat saat malam menunggu hujan lebat di kantor. Sukri, office boy hitam itu, berhasil menyetubuhiku.

******

235 kata

Tema : If you judge people, you have no time to love them. ~ Mother Theresa