Jumat lalu, seperti biasanya, kaum laki-laki di kantor saya berbondong-bondong menuju masjid untuk menunaikan sholat Jumat. Saya acuh dengan mereka karena saya lebih suka menikmati dua buah layar monitor daripada memperhatikan lalu lalang rekan kerja yang akan berangkat ke masjid. Namun, hari itu hidung saya mencium aroma khas yang sangat saya kenal. Sontak kepala saya sedikit mendongak dan mencari-cari sumber aroma tersebut. Posisi meja saya yang berada tepat di depan, mempermudah saya untuk mengendus aroma tersebut dengan seksama.
Aroma tersebut tercium kuat namun saya masih belum bisa menemukan empunya aroma wangi tersebut. Walhasil hampir semua kaum lelaki sudah keluar dari kantor untuk menuju masjid, tapi aroma wangi tersebut masih sangat tajam di hidung saya. Akhirnya saya bertanya kepada rekan kerja yang bersebelahan dengan saya.
"Mbak, nyium wangi melati gak?"
"Enggak kok Yu."
Nah, saya sedikit merinding karena aroma wangi tersebut adalah wangi khas dari Mbah (kakek) saya yang baru saja meninggal pada hari senin lalu. Apa mungkin Mbah datang untuk menyapaku?
Dari bayi hingga tamat SMA saya tinggal bersama kakek dan nenek saya, jadi setiap hari pun saya selalu bertemu dengan mereka. Mbah adalah orang yang mengajarkan saya sholat dan mengaji. Dan aroma melati itu akan selalu hadir di setiap saya sholat berjamaah dengan mbah yaitu setiap sholat ashar hingga maghrib. Selepas sholat ashar, mbah akan membawa pecut yang terbuat dari janur (daun pohon kelapa) untuk menemani saya mengaji. Dan pecut itu akan mendarat di tubuh saya jika saya mangkir dari kewajiban mengaji selepas sholat ashar. Minyak wangi aroma melati adalah aroma yang sangat disukai Mbah saya terutama sebelum berangkat sholat Jumat pasti tidak akan lupa mengusapkan minyak wangi andalannya. Stok minyak wangi beraroma melati seakan tidak pernah habis dari meja mbah saya, karena beliau sangat suka dengan aroma tersebut.
Hari raya adalah hari dimana rumah mbah saya akan penuh dengan aroma melati, karena beliau akan mengusapkan minyak wangi tersebut ke baju, sarung, kopyah, dan sajadah. Bahkan aroma parfum saya pun kalah dengan aroma melati tersebut. Tapi anehnya, saya sangat suka dengan harum melati itu karena terasa tenang dan damai. Mungkin karena saya sudah terbiasa dengan harum melati itu setiap hari.
Momen penting lainnya yang tak luput dari aroma melati adalah saat mbah ambil raport di sekolah saya. Dari saya SD sampai SMA, mbah adalah satu-satunya orang yang selalu mengambil raport saya. Ya itu karena kedua orang tua saya bekerja di luar kota. Dengan baju safari coklat tua yang selalu beliau kenakan hanya untuk mengambil raport saya dan dengan aroma melati yang tak pernah hilang dari tubuhnya. Dan beliau akan tersenyum bangga melihat nilai raport saya. Tapi saya akan mendapat pecutan lagi jika nilai agama jelek.
Aroma melati seakan sudah menyatu dengan tubuh mbah saya. Mbah yang mengajarkan saya banyak hal. Mbah yang menuntun saya kepada hak yang baik. Dan mbah yang selalu ada untuk saya. Saat ini memang mbah sudah tiada, namun semua hal yang telah beliau ajarkan kepada saya tidak akan pernah terlupakan. Semua masih terekam dengan jelas dan gamblang di hati saya. Pun dengan aroma tubuhnya yang senantiasa harum dengan aroma melati yang tak pernah hilang dari indera penciuman saya.
Mungkin hari Jumat itu beliau datang menyapa untuk meminta doa. Insyaallah tidak akan pernah putus doaku untukmu, Mbah. Dan, Gusti Allah akan memberikan tempat terindah dan terharum untukmu di sisi-Nya, Insyaallah.
Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Cerita di Balik Aroma yang diadakan oleh Kakaakin
aamiinn... Mbahnya disiplin sekali ya dalam mengajarkan agama ke kamu mbak..
ReplyDeleteAku membayangkan sosok yg begitu bijak dan berwibawa ^^
dan mbah adalah orang yang paling keras utnuk mendidik kami, ndak boleh salah bergaul Mbak.
DeleteAamiin. Turut berduka cita ya, mba. Alm ayah saya juga kalo mau sholat jumat, selalu pake wewangian yang khas, dan saya suka aromanya. khas laki2 berangkat sholat jumat.
ReplyDeleteterima kasih mbak
Deletejadi serem ....
ReplyDelete:)
Deleteaamiin..
ReplyDeletemerinding bacanya :)
amiiiin semoga amal ibadah mbahnya mbak diterima olehNya...
ReplyDeletedekat bgt ya mbak sama mbahnya bhkn setelah mbahnya pergi masih bisa merasakan kehadirannya :)
Semoga Mbah Mbak Ayu disana juga harum, seharum bunga melati # Amin
ReplyDeleteMatur nuwun partisipasinya, Mbak, sudah tercatat sebagai peserta :)
Saa juga suka aroma melati. Sayangnya banyak yang mengernyitkan muka saat kita memakai wewangina melati. Hehe... Mungkin karena dianggap seperti orang tua ya...? :D
ReplyDeleteTErima kasih udah ikutan pada GA Cerita di Balik Aroma ya... :)
Terima kasih infonya gan.
ReplyDeleteLumayan buat nambah wawasan.
Parfum Ori
Aroma minyak wangi.
----------