Tak perlu waktu lama, Rino akhirnya sampai di rumah bergaya Jawa kuno yang cukup besar. Halamannya luas dengan beberapa pohon beringin. Tampaknya rumah ini adalah rumah turun-temurun.
Tok, tok! Rino mengetuk pintu.
Tak lama pintu dibuka. Rino terkejut melihat sosok yang berada di hadapannya.
"RATRI? Kaukah itu sayang?" Belum sampai Rino melangkahkan kakinya ke dalam pintu rumah itu, buru-buru ditutup kembali oleh sesosok perempuan yang baru dilihatnya. Rino terus mengetuk pintu rumah itu dan memanggil-manggil nama Ratri. Akhirnya pintu itu pun terbuka, dan Ratri telah duduk di kursi rotan yang sudah usang sambil tersedu. Tanpa banyak bicara Rino duduk disebelah Ratri dan langsung memeluknya.
Keduanya menangis. Cukup lama.
"Maafkan Mas, Ratri. Selama ini Mas terlalu sibuk dengan kerjaan Mas hingga tak tahu apa yang terjadi dengan kamu selama di rumah." Rino memandang wajah perempuan yang sangat dicintainya, tangannya lembut membelai bekas cap setrika di pipi putih Ratri. Sementara Ratri hanya bisa terdsedu dengan air mata masih mengalir dengan derasnya.
"Mari kita pulang ke rumah lagi Ratri, Mas akan berbicara dengan Ibu. Mas pastikan kejadian-kejadian buruk itu tak akan pernah terulang lagi."
"Ratri sudah ndak kuat lagi Mas." Ratri kembali tergugu dan jatuh dipelukan Rino.
"Kembalilah kesini dan jemput Ratri jika kita sudah ndak serumah lagi dengan Ibu Mas."
Akhirnya Rino pulang dari rumah mertuanya dengan hati yang pilu. Istri atau ibu yang harus dipilihnya. Sepanjang perjalanan pulang Rino terus berpikir cara apa untuk membuat ibunya menerima Ratri. Ibunya dari awal memang tidak menyukai gadis pilihannya yang merupakan cinta pertamanya.
"Perempuan itu tidak sederajat dengan kita Rino. Buka matamu lebar-lebar!!" Kalimat itulah yang selalu dikatakan ibunya saat Rino meminta restu untuk menikah. Walaupun akhirnya Rino tetap menikahi Ratri.
Dirumah. Rino bertengkar hebat dengan ibu yang telah membesarkannya. Rino terus berusaha untuk meminta restu tinggal hanya berdua dengan Ratri di rumahnya sendiri. Rino memohon dan berkata bahwa ini adalah hidupnya yang harus dia jalani. Ratri adalah keluarganya yang dia lindungi.
"Sudahlah, ibu sudah tidak mau tahu lagi. Terserah!"
********
Rino duduk di kursi rotan usang yang sangat di kenali, kepulan asap dapur masih terasa harumnya saat Ratri membuatkan nasi uduk untuknya.
"Kita akan pindah Ratri, kita akan hidup bersama. Hanya berdua."
"Bagaimana dengan Ibu Mas? Ibu pasti kecewa dengan Mas."
"Mas sudah berbicara dengan Ibu, kalian berdua sangat Mas sayangi. Tapi Mas tidak mau lagi kamu dilukai oleh Ibu, Ratri. Sebagai suamimu, Mas akan selalu melindungimu sayang."
Rino kembali membelai bekas luka di wajah Ratri. Ratri tersimpuh dan memeluk suami yang sangat dia cintai dan hormati. Rino hanya berharap dengan pindahnya mereka berdua ke rumah mereka sendiri bisa membuat keadaan menjadi lebih baik. Berharap ibunya akan menerima Ratri sebagai menantunya, dan menerima calon cucunya yang akan meneruskan silsilah keluarga ini.
*********
448 kata
oh, pas endingnya itu, mereka tinggal di rumah orang tua nya Ratri yah? hmm..
ReplyDeletebeli rumah sendiri mbak, hehe
DeleteDuh bekas setrika...
ReplyDeletehiks hiks
kasihannn >.<
iya ih mbak, kejam banget ya.. masih ada gak ya mertua kayak gitu?
Deletekok setrika bisa ke pipi ya ???? klopun jatuh mungkin ke kaki kan ?
ReplyDeleteapapun bis aterjadi di dunia fiksi, hihi
DeleteYozz... Sadis banget si ibu mertua! Huhuhu
ReplyDeletebapak mertu ajuga gak boleh sadis :p
Deleteserem bgt pny ibu mertua ky gt huhu..
ReplyDeletehedehhh...kejam bgt ibu mertuanya T__T"
ReplyDeleteWaduh ternyata disiksa ibu mertuanya. Tadinya saya kira dia disiksa sama majikannya waktu jadi TKW. Eh ternyata malah ibu mertuanya sendiri.
ReplyDeleteNyesek bener.. :|