Pilihan Tuhan

credit
Pilihan. Setiap manusia pasti akan selalu dihadapkan dengan yang namanya pilihan. Entah itu hanya sekedar memilih sepatu mana yang akan digunakan untuk pesta dan atau untuk memilih kerjaan atau bahkan pasangan hidup.

Saya kembali dihadapkan pada pilihan untuk memilih suatu kerjaan yang telah ditawarkan kepada saya disaat saya sudah bekerja di suatu perusahaan besar milik Korea Selatan ini. Pada waktu yang terdahulu saya sempat menulis tentang proses rekrutmen Schlumber yang pernah saya ikuti beberapa bulan lalu, dan sekarang saya tidak akan menulis tentang proses rekrutmen lainnya. Terlebih dahulu saya akan menulis tentang betapa pilihan itu sungguh susah untuk dipilih. Saya mendapat tawaran dari salah satu perusahaan BUMN yang cukup besar dibidang perbankan. Memang melenceng sangat jauh dari bidang keahlian yang saya punya, namun saya tetap mecoba peruntungan itu dengan mengikuti beberapa tahap seleksinya yang cukup ketat.

Alasan saya untuk mengikuti rangkaian tes tersebut sangat sederhana yaitu saya berharap bisa mendapatkan penempatan di Surabaya atau Palangkaraya. Banyak teman yang mendukung banyak pula yang mengingatkan saya akan resiko bekerja di bank apalagi posisi yang diatawarkan tidak cukup bagus untuk jenjang karir saya nantinya.
"Mbak Aiy gak eman ta ninggalin 삼성 hanya untuk pindah ke sana? Kerjanya berat loh mbak. Tapi kalo bisa di Surabaya deket keluarga atau di Palangka deket sama si mas si gak apa-apa mbak. Bakal gak krasa capeknya. Tapi menurutku sih eman aja mbak. Gajinya kecil loh mbak...hehe.."
Nah, itu salah satu ucapan teman saya saat saya meminta pertimbangan untuk mengikuti tes di BUMN tersebut. Saya tergila-gila dengan penempatan di kampung halaman saya atau si mas. Ada apa dengan 삼성? Tidak ada apa-apa, saya mencintai pekerjaan saya. Andaikan 삼성 bisa dipindah ke Surabaya atau Palangkaraya, maka saya akan jadi orang pertama yang minta dimutasi kesana.

Akhirnya setelah mengikuti rangkaian tahapan seleksi, saya mendapat panggilan untuk tanda tangan kontrak, dan well saya tidak menerimanya. Alasannya? Sangat kecil kemungkinan saya bisa berpindah ke Surabaya atau Palangkaraya, dan gajinya memang kecil walaupun ada berbagai macam tunjangan yang tetap tidak mengubah nafsu saya untuk menerimanya. "Gaji segitu di Jakarta saya dapat apa?" itulah yang ada di dalam pikiran saya. Kali ini saya melirik gaji, tidak seperti Schlumberger yang saya tidak tergiur dengan gajinya. Karena saya sedang mengumpulkan materi untuk biaya nikah, aamiin :)

Kecewa memang, karena setelah mengikuti berbagai macam rangkaian tes yang berakhir nihil. Sebelum saya mengambil keputusan ini, malamnya saya memohon pada Gusti Allah untuk dikhlaskan apapun pilihan saya nantinya. Dan ternyata benar, rasa kecewa itu tidak mengendap terlalu lama. Insyallah saya bisa mengikhlaskannya dan mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari seleksi BUMN tersebut. Dan akhirnya saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan istiqomah bekerja di 삼성. Saya akan meniati setiap pekerjaan saya dengan ibadah, biar berkah kata si mas. Rejeki sudah ada yang mengatur, dan rejeki bukan hanya dari pekerjaan atau uang saja =D

Insyaallah saya akan share pengalaman saya mengenai proses seleksi rekrutmen salah satu BUMN perbankan ini pada postingan selanjutnya.


6 comments:

  1. selamat deh, keikhalasan itu ada harganya, semoga suatu saat Allah akan mengabulkan permintaan.

    ReplyDelete
  2. Insya Allah, akan dipilihkan yang terbaik ...Amin

    ReplyDelete
  3. Ini yang keren nih.. gak pake galau.. :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar Anda ^.^